Teknologi
aspal porus sebagai alternatif usaha meningkatkan keselamatan pengguna jalan di
Indonesia. Aspal porus adalah suatu
inovasi teknologi di bidang bahan perkerasan jalan, dimana memungkinkan air
mengalir kedalam campuran aspal melalui rongga menerusnya. Akibatnya permukaan
jalan tidak terdapat genangan air, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya
kecelakaan akibat jalan yang licin. Keuntungan lain adalah bahwa aspal porus
dapat mengurangi silau (menyerap cahaya) dan mengurangi kebisingan akibat lalu
lintas, dimana semua hal tersebut akan berujung pada meningkatnya tingkat
keselamatan pengguna jalan. Campuran aspal porus merupakan campuran yang
didesain sebagaimana sehingga setelah dihampar dan dipadatkan akan membentuk
suatu material padat dengan rongga udara lebih besar dari 20 persen. Campuran
aspal porus biasanya digunakan untuk lapis penutup (wearing course) and selalu
dihampar diatas lapisan dasar yang kedap air.
Permasalahan yang sering dialami campuran aspal porus adalah
kegagalan fungsi drainase, penglepasan agregat (aggregate scattering loss) dan
daya tahan terhadap deformasi plastis. Meskipun di banyak negara (terutama
Jepang) teknologi campuran aspal porus sudah banyak diterapkan namun di
Indonesia teknologi ini belum diyakini kemampuannya secara struktural menahan
beban lalu lintas.
Makalah ini akan menyampaikan beberapa keuntungan dari penggunaan
aspal porus sebagai bahan lapis permukaan jalan, kerugian akibat kegagalan
struktur serta usaha untuk menanggulanginya, dan prosedur desain campuran aspal
porus. Diharapkan makalah ini dapat menjadi suatu langkah awal untuk
mempopulerkan penggunaan teknologi aspal porus sebagai bahan lapis permukaan
jalan.
Kata
kunci: keselamatan pengguna jalan, aspal porus, desain campuran.
1.
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Jaringan jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang
utama dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya
agar tercapai suatu pergerakan lalu lintas yang aman dan nyaman. Tingkat
keamanan dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan kekesatan (skid
resistance) jalan. Hampir 37 persen kecelakaan yang terjadi dijalan lebih
banyak disebabkan selip akibat permukaan jalan yang basah (_____,1997).
Teknologi aspal porus dalam hal ini merupakan
satu cara untuk meningkatkan karakteristik dari lapis permukaan jalan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan permukaan yang lebih nyaman.
satu cara untuk meningkatkan karakteristik dari lapis permukaan jalan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan permukaan yang lebih nyaman.
Permasalahan awal yang harus dipecahkan adalah bagaimana mencegah
selip pada lapis perkerasan jalan yang basah. Beberapa negara Eropa dan Jepang
menguji kekesatan permukaan dan pada waktu yang sama membangun ruas jalan percobaan
yang pertama dengan campuran aspal porus, ternyata mampu menyerap lebih banyak
air permukaan dan menghilangkannya dari jalan. Penelitian-penelitian tentang
aspal porus telah banyak dilakukan hampir selama lebih 20 tahun untuk
menghilangkan keraguan – keraguan tentang durabilitas, perubahan permeabilitas,
fleksibilitas, daya dukung, dan lain-lainnya serta memperkuat rekomendasi
pemakaian aspal porus.
Di dunia penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis
perkerasan jalan semakin ditingkat, bahkan di Jepang luasan jalan yang
menggunakan aspal porus meningkat pesat dari kurang 5.000.000 m2 pada
tahun 1995 meningkat menjadi lebih dari 2.500.000 m2 pada tahun 2000
(Nakanishi, et.al, 2002). Di Indonesia aspal porus pernah di uji coba
sepanjang ± 250 m pada ruas jalan tol Jagorawi, dan sirkuit Sentul pada bulan
April dan Juni 1997, kemudian sepanjang ± 10 km pada ruas jalan tol Tangerang –
Jakarta pada tahun 1999, tetapi mengalami kegagalan (Diana I.W.,2001).
1.2.
Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah mempopulerkan penggunaan
teknologi aspal porus di Indonesia sebagai bahan lapis perkerasan jalan untuk
meningkatkan keselamatan pengguna jalan di Indonesia.
Tujuan dari penulisan adalah : (1) mengenalkan keuntungan
penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan, (2) mengenalkan kerugian
penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan jalan serta cara
penanggulangannya
2.
METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk penulisan adalah pengumpulan data
sekunder melalui studi pustaka, serta hasil penelitian yang telah dan sedang
dilakukan penulis.
3.
DESAIN CAMPURAN ASPAL PORUS
Campuran aspal porus merupakan bahan lapis perkerasan jalan yang
dirancang sebagaimana sehingga setelah dihampar dan dipadatkan akan membentuk
suatu material padat dengan rongga udara lebih besar dari 20 persen. Campuran
aspal porus biasa digunakan untuk lapis penutup (wearing course) dan
selalu dihampar diatas lapisan dasar yang kedap air.
Untuk mencapai persentase rongga udara yang besar dalam campuran
kadar mortar aspal harus dikurangi. Sementara persentase agregat halus (<
4,75 mm) adalah kira-kira 35 – 50 % dalam campuran beton aspal tipe lapis
penutup (wearing course), dalam campuran aspal porus persentase ini
turun menjadi 10 – 15 %, sedang kandungan mineral filler dalam agregat
halus berkisar ± 4 %. Secara lebih jelas proporsi campuran agregat dapat
dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik dari agregat hampir sama seperti untuk tipe lapis
penutup yang lain. Agregat kasar harus berasal dari mineral yang keras dan
stabil, karena itu harus tahan aus (Los Angeles < 18 -20), dengan
komposisi bentuk yang baik (flakiness index or shape index), bersih,
kelekatan aspal yang baik, dan tidak mudah berubah. Untuk Aspal disyaratkan
memiliki daya tahan terhadap perubahan temperature (temperature susce
Secara umum untuk desain campuran (Japan method) terdapat 3
parameter utama yang harus diperhatikan, yaitu : rongga udara (air voids),
cantabro loss, dan loss of running off. Ketiga uji ini dilakukan
untuk menentukan kadar aspal minimal yang berfungsi memastikan kecukupan daya
tahan terhadap pemisahan agregat, daya tahan terhadap resapan air, dan
ketebalan film aspal pada agregat untuk menghindari penuaan (aging).
Selain itu juga untuk menentukan kadar aspal maksimal yang berfungsi memastikan
kadar rongga minimal dan menghindari lelehnya pengikat aspal secara berlebihan.
Benda uji dibuat dengan alat penumbuk Marshall sebanyak 50 tumbukan per
sisi, selain itu juga dapat digunakan alat pemadat Gyratory.
Dalam prakteknya, pada desain campuran aspal porus terdiri dari 6
tahapan, yaitu : (1) menentukan persentase rongga udara, (2) memilih 3 gradasi
atau proporsi campuran agregat, (3) menghitung kadar aspal sementara, (4) cek
terhadap persentase rongga udara, (5) menentukan kadar aspal optimum, dan (6)
cek terhadap sifat-sifat campuran.
Uji Loss of Running Off dilakukan untuk mengetahui persentase
kehilangan berat campuran beraspal akibat aspal menetes pada waktu pengangkutan
maupun penghamparan. Selain itu berfungsi untuk memastikan berapa kadar aspal
maksimal dari campuran beraspal agar tidak terjadi bleeding. Uji
Cantabro Loss dilakukan untuk mengetahui tingkat keausan campuran beraspal dan
memastikan berapa kadar aspal minimal dari campuran beraspal agar tahan
terhadap pengelupasan agregat (ravelling). Persentase kadar rongga udara
dilakukan menggunakan prosedur pengukuran aspal konvensional. Uji tambahan yang
biasa dilakukan untuk menilai sifat-sifat campuran aspal porus adalah uji
permeabilitas dan uji wheel tracking. ptibility).
6.
KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah:
-
Penggunaan campuran aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan mempunyai banyak
keuntungan, karena dapat meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan ramah
lingkungan
-
Kerugian aspal porus akibat persentase rongga yang besar sehingga mengakibatkan
rendahnya kekuatan dan durabilitas campuran aspal porus dapat diatasi dengan
pemakaian bahan aspal modifikasi.
-
Pemeliharaan rutin masih diperlukan untuk memelihara dan merawat fungsi
drainase dan mempertahankan daya serap terhadap kebisingan
Saran yang dapat penulis ungkapkan adalah perlu kerja keras
melalui penelitian-penelitian lanjutan berkaitan dengan peningkatan kinerja
campuran aspal porus untuk mendukung upaya mensosialisasikan dan mempopulerkan
penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan jalan.
No comments:
Post a Comment