Tuesday 29 December 2015

Teknologi aspal porus sebagai alternatif usaha meningkatkan keselamatan pengguna jalan di Indonesia

Teknologi aspal porus sebagai alternatif usaha meningkatkan keselamatan pengguna jalan di Indonesia. Aspal porus adalah suatu inovasi teknologi di bidang bahan perkerasan jalan, dimana memungkinkan air mengalir kedalam campuran aspal melalui rongga menerusnya. Akibatnya permukaan jalan tidak terdapat genangan air, sehingga dapat mengurangi kemungkinan terjadinya kecelakaan akibat jalan yang licin. Keuntungan lain adalah bahwa aspal porus dapat mengurangi silau (menyerap cahaya) dan mengurangi kebisingan akibat lalu lintas, dimana semua hal tersebut akan berujung pada meningkatnya tingkat keselamatan pengguna jalan. Campuran aspal porus merupakan campuran yang didesain sebagaimana sehingga setelah dihampar dan dipadatkan akan membentuk suatu material padat dengan rongga udara lebih besar dari 20 persen. Campuran aspal porus biasanya digunakan untuk lapis penutup (wearing course) and selalu dihampar diatas lapisan dasar yang kedap air.
Permasalahan yang sering dialami campuran aspal porus adalah kegagalan fungsi drainase, penglepasan agregat (aggregate scattering loss) dan daya tahan terhadap deformasi plastis. Meskipun di banyak negara (terutama Jepang) teknologi campuran aspal porus sudah banyak diterapkan namun di Indonesia teknologi ini belum diyakini kemampuannya secara struktural menahan beban lalu lintas.
Makalah ini akan menyampaikan beberapa keuntungan dari penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis permukaan jalan, kerugian akibat kegagalan struktur serta usaha untuk menanggulanginya, dan prosedur desain campuran aspal porus. Diharapkan makalah ini dapat menjadi suatu langkah awal untuk mempopulerkan penggunaan teknologi aspal porus sebagai bahan lapis permukaan jalan.
Kata kunci: keselamatan pengguna jalan, aspal porus, desain campuran.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Jaringan jalan sebagai salah satu prasarana transportasi yang utama dituntut untuk mampu memberikan pelayanan yang terbaik bagi penggunanya agar tercapai suatu pergerakan lalu lintas yang aman dan nyaman. Tingkat keamanan dalam hal ini sangat erat kaitannya dengan kekesatan (skid resistance) jalan. Hampir 37 persen kecelakaan yang terjadi dijalan lebih banyak disebabkan selip akibat permukaan jalan yang basah (_____,1997). Teknologi aspal porus dalam hal ini merupakan
satu cara untuk meningkatkan karakteristik dari lapis permukaan jalan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan permukaan yang lebih nyaman.
Permasalahan awal yang harus dipecahkan adalah bagaimana mencegah selip pada lapis perkerasan jalan yang basah. Beberapa negara Eropa dan Jepang menguji kekesatan permukaan dan pada waktu yang sama membangun ruas jalan percobaan yang pertama dengan campuran aspal porus, ternyata mampu menyerap lebih banyak air permukaan dan menghilangkannya dari jalan. Penelitian-penelitian tentang aspal porus telah banyak dilakukan hampir selama lebih 20 tahun untuk menghilangkan keraguan – keraguan tentang durabilitas, perubahan permeabilitas, fleksibilitas, daya dukung, dan lain-lainnya serta memperkuat rekomendasi pemakaian aspal porus.
Di dunia penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan jalan semakin ditingkat, bahkan di Jepang luasan jalan yang menggunakan aspal porus meningkat pesat dari kurang 5.000.000 m2 pada tahun 1995 meningkat menjadi lebih dari 2.500.000 m2 pada tahun 2000 (Nakanishi, et.al, 2002). Di Indonesia aspal porus pernah di uji coba sepanjang ± 250 m pada ruas jalan tol Jagorawi, dan sirkuit Sentul pada bulan April dan Juni 1997, kemudian sepanjang ± 10 km pada ruas jalan tol Tangerang – Jakarta pada tahun 1999, tetapi mengalami kegagalan (Diana I.W.,2001).

1.2. Maksud dan Tujuan
Maksud dari penulisan ini adalah mempopulerkan penggunaan teknologi aspal porus di Indonesia sebagai bahan lapis perkerasan jalan untuk meningkatkan keselamatan pengguna jalan di Indonesia.
Tujuan dari penulisan adalah : (1) mengenalkan keuntungan penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan, (2) mengenalkan kerugian penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan jalan serta cara penanggulangannya

2. METODOLOGI
Metode yang digunakan untuk penulisan adalah pengumpulan data sekunder melalui studi pustaka, serta hasil penelitian yang telah dan sedang dilakukan penulis.

3. DESAIN CAMPURAN ASPAL PORUS
Campuran aspal porus merupakan bahan lapis perkerasan jalan yang dirancang sebagaimana sehingga setelah dihampar dan dipadatkan akan membentuk suatu material padat dengan rongga udara lebih besar dari 20 persen. Campuran aspal porus biasa digunakan untuk lapis penutup (wearing course) dan selalu dihampar diatas lapisan dasar yang kedap air.
Untuk mencapai persentase rongga udara yang besar dalam campuran kadar mortar aspal harus dikurangi. Sementara persentase agregat halus (< 4,75 mm) adalah kira-kira 35 – 50 % dalam campuran beton aspal tipe lapis penutup (wearing course), dalam campuran aspal porus persentase ini turun menjadi 10 – 15 %, sedang kandungan mineral filler dalam agregat halus berkisar ± 4 %. Secara lebih jelas proporsi campuran agregat dapat dilihat pada Gambar 1.
Karakteristik dari agregat hampir sama seperti untuk tipe lapis penutup yang lain. Agregat kasar harus berasal dari mineral yang keras dan stabil, karena itu harus tahan aus (Los Angeles < 18 -20), dengan komposisi bentuk yang baik (flakiness index or shape index), bersih, kelekatan aspal yang baik, dan tidak mudah berubah. Untuk Aspal disyaratkan memiliki daya tahan terhadap perubahan temperature (temperature susce
Secara umum untuk desain campuran (Japan method) terdapat 3 parameter utama yang harus diperhatikan, yaitu : rongga udara (air voids), cantabro loss, dan loss of running off. Ketiga uji ini dilakukan untuk menentukan kadar aspal minimal yang berfungsi memastikan kecukupan daya tahan terhadap pemisahan agregat, daya tahan terhadap resapan air, dan ketebalan film aspal pada agregat untuk menghindari penuaan (aging). Selain itu juga untuk menentukan kadar aspal maksimal yang berfungsi memastikan kadar rongga minimal dan menghindari lelehnya pengikat aspal secara berlebihan. Benda uji dibuat dengan alat penumbuk Marshall sebanyak 50 tumbukan per sisi, selain itu juga dapat digunakan alat pemadat Gyratory.
Dalam prakteknya, pada desain campuran aspal porus terdiri dari 6 tahapan, yaitu : (1) menentukan persentase rongga udara, (2) memilih 3 gradasi atau proporsi campuran agregat, (3) menghitung kadar aspal sementara, (4) cek terhadap persentase rongga udara, (5) menentukan kadar aspal optimum, dan (6) cek terhadap sifat-sifat campuran.
Uji Loss of Running Off dilakukan untuk mengetahui persentase kehilangan berat campuran beraspal akibat aspal menetes pada waktu pengangkutan maupun penghamparan. Selain itu berfungsi untuk memastikan berapa kadar aspal maksimal dari campuran beraspal agar tidak terjadi bleeding. Uji Cantabro Loss dilakukan untuk mengetahui tingkat keausan campuran beraspal dan memastikan berapa kadar aspal minimal dari campuran beraspal agar tahan terhadap pengelupasan agregat (ravelling). Persentase kadar rongga udara dilakukan menggunakan prosedur pengukuran aspal konvensional. Uji tambahan yang biasa dilakukan untuk menilai sifat-sifat campuran aspal porus adalah uji permeabilitas dan uji wheel tracking. ptibility).


6. KESIMPULAN
Kesimpulan yang dapat diambil dari uraian diatas adalah:
- Penggunaan campuran aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan mempunyai banyak keuntungan, karena dapat meningkatkan keselamatan pengguna jalan dan ramah lingkungan
- Kerugian aspal porus akibat persentase rongga yang besar sehingga mengakibatkan rendahnya kekuatan dan durabilitas campuran aspal porus dapat diatasi dengan pemakaian bahan aspal modifikasi.
- Pemeliharaan rutin masih diperlukan untuk memelihara dan merawat fungsi drainase dan mempertahankan daya serap terhadap kebisingan


Saran yang dapat penulis ungkapkan adalah perlu kerja keras melalui penelitian-penelitian lanjutan berkaitan dengan peningkatan kinerja campuran aspal porus untuk mendukung upaya mensosialisasikan dan mempopulerkan penggunaan aspal porus sebagai bahan lapis perkerasan jalan.

No comments:

Post a Comment