Evaluasi sistem pemeliharaan jembatan dan lintasan rel kereta api
(Studi kasus: lintas Ambarawa-Bedono). Pemeliharaan suatu
prasarana sangat penting untuk menjaga usia layanan dari prasarana tersebut dan
menjaga kelancaran operasional sarana yang menggunakannya, oleh karena itu
sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono perlu dikaji untuk mempertahankan
agar dapat digunakan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mencari korelasi
antara variabel bebas lintasan rel dan jembatan bagian atas dengan variabel
terikat sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dan mencari faktor-faktor
yang dapat menyebabkan kerusakan pada lintas Ambarawa-Bedono. Pengolahan data
dilakukan dengan menggunakan Statistical Product Service and Solution (SPSS) 9
for windows untuk memperhitungkan besar validitas data, reliabilitas data,
koefisien korelasi (r), uji t dan uji F. Besar koefisien korelasi (r) yang
diperoleh adalah 0.913, menunjukkan bahwa korelasi sistem pemeliharaan lintas
Ambarawa-Bedono dengan pemeliharaan lintasan rel dan jembatan bagian atas
adalah tinggi dan memiliki nilai korelasi positip. Hasil t hitung variabel
lintasan rel –1.144, menunjukkan kerusakan pada lintasan rel disebabkan
karena
pemeliharaan tidak dilakukan secara baik dan dilakukan setelah terjadinya
kerusakan pada salah satu komponen, sedangkan hasil t hitung variabel jembatan
bagian atas +5.804, menunjukkan kegiatan pemeliharaan jembatan telah dilakukan
secara baik. Hasil F hitung sebesar 67.0907, menunjukkan pemeliharaan pada
lintasan rel dan jembatan bagian atas mempengaruhi sistem pemeliharaan lintas
Ambarawa-Bedono.
Kata
kunci : pemeliharaan lintasan rel, jembatan.
1. PENDAHULUAN
1.1.
Latar belakang
Keadaan
lintas Ambarawa-Bedono yang sudah lama penggunaannya akan menjadikan
pemeliharaan lintasan kereta api menjadi salah satu permasalahan utama yang ada
saat ini. Pemeliharaan perlu dilakukan untuk mengetahui secara dini kerusakan
yang ada agar tidak bertambah parah dikemudian harinya.
1.2.
Permasalahan
Berdasarkan
hasil survei dijumpai kerusakan seperti adanya bantalan yang rusak, baut
penambat yang hilang, rel yang bergelombang. Permasalahan tersebut juga
ditambah dengan adanya sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono yang tidak
dilakukan secara baik.
1.3.
Batasan penelitian
Studi ini dilakukan pada lintasan rel dan jembatan di lintas
Ambarawa-Bedono Propinsi Jawa Tengah. Studi ini lebih memfokuskan pada
pemeliharaan bantalan, rel, penambat, dan jembatan bagian atas kereta api
lintas Ambarawa-Bedono.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Tipe rel
Rel
yang digunakan yang digunakan oleh PT. Kereta Api (Persero) pada lintas
Ambarawa-Bedono menggunakan tipe rel R25 dan R33.
2.2.
Penambat rel
Penambat
rel adalah suatu komponen yang berfungsi menambatkan rel pada bantalan
sedemikian rupa sehingga kedudukan rel tetap, kokoh dan tidak bergeser. Jenis
penambat yang digunakan adalah penambat kaku dan penambat elastik.
2.3.
Jembatan pada lintas Ambarawa-Bedono
Jembatan
bagian atas adalah gelagar baja termasuk rasuk-rasuk yang menumpu di atas
gelagar dan rangka jembatan yang membantu menopang gelagar (Rochpradejono,
2000). Tipe jembatan yang digunakan pada lintas Ambarawa-Bedono adalah jembatan
rasuk pelat dengan bentang 15 meter.
2.4.
Bantalan rel
Tipe
bantalan yang digunakan pada lintasan rel dan jembatan pada lintas
Ambarawa-Bedono adalah bantalan kayu dan besi. Bantalan sebagai tempat dudukan
rel pada lintas Ambarawa-Bedono harus memiliki persyaratan sesuai dengan
Peraturan Dinas No.10 PJKA.
2.5.
Sambungan rel
Sambungan
rel yang dimaksud adalah sambungan yang menggunakan pelat penyambung dan
baut-mur. Pelat penyambung harus berfungsi sebagai pasak pada bagian miring
dari kepala dan kaki (Teknik Dasar Perawatan PJKA,1984).
2.6.
Teknik pengukuran data
Skala
Likert digunakan untuk mengukur jawaban yang diberikan oleh responden dengan
cara memberikan nilai berupa angka kepada jawaban tersebut agar diperoleh data
kuantitatif yang diperlukan dalam pengujian hipotesis.
2.7.
Landasan teori
2.7.1.
Sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono
Pemeliharaan
lintas Ambarawa-Bedono dilakukan oleh Distrik 42 D Ambarawa dibawah pengawasan
Resort 42 Semarang untuk pemeliharaan lintasan rel dan Resort 41 Semarang untuk
pemeliharaan jembatan. Setiap satu bulan sekali Kepala Distrik memberikan
laporan kegiatan dan hasil pemeliharaan kepada Resort 42 dan Resort 41
Semarang.
2.7.2.
Pemeliharaan pada lintasan rel
Pengukuran
lebar sepur dilakukan dengan mistar pengukur yang disebut matisa. Lebar sepur
yang diukur oleh juru rawat jalan dibandingkan dengan lebar sepur toleransi
sebesar 1067 mm. Hasil pengukuran kemudian ditulis dengan kapur kuning pada
sisi dalam badan rel apabila rel masih dalam batas toleransi dan warna merah
menunjukkan rel mengalami penyimpangan diluar batas toleransi lebar sepur.
Kerusakan bantalan dikategorikan menjadi tiga yaitu : kerusakan ringan, sedang
dan berat. Tahapan penggantian bantalan dilakukan dengan melepaskan semua
tirepon, baut atau alat penambat pada bantalan yang rusak, kemudian mengeluarkan
pelat landas dan bantalan yang rusak dengan cara mendorong bantalan ke arah
balas yang telah digorek. Kegiatan selanjutnya adalah memasukkan bantalan baru
dari bawah rel ke tempat bantalan lama kemudian memasang pelat landas, setelah
itu penambat dipasang dengan sebelumnya dilakukan pengukuran lebar sepur agar
sesuai ketentuan toleransi lebar sepur sebesar -2 mm / +5 mm dari lebar acuan
1.067 mm.
Kerusakan
penambat pada lintas Ambarawa-Bedono antara lain : keausan pada penambat, ulir
baut penambat yang rusak dan penambat yang mengalami keretakan. Penggantian
baut penambat dilakukan dengan menggunakan alat kunci penambat, dimana hal
pertama yang dilakukan adalah melepaskan baut yang rusak dengan kunci baut
kemudian memasang baut yang baru dengan alat pengunci. Baut/tirepon juga perlu
dikencangkan oleh juru rawat jalan untuk menjaga kondisi jalan rel tetap pada
posisinya. Hasil penghitungan jumlah tirepon/baut yang kendor jika lebih dari
1/3 jumlah total tirepon/baut pada daerah tersebut maka juru rawat jalan harus
melakukan pengencangan pada seluruh baut/tirepon pada daerah jalan rel
tersebut.
2.7.3.
Pemeliharaan pada bagian atas jembatan
Petugas
juru rawat jalan harus segera melaporkan kerusakan yang terjadi pada komponen
baja apabila mengalami karat yang menyebabkan luas penampang bersih telah
berkurang sebesar 25%, baja sampai berlubang karena dimakan karat dan juga baja
yang bengkok karena peristiwa luar biasa (misal : gempa bumi). Tindakan
pemeliharaan yang dilakukan pada kerusakan tersebut antara lain melakukan
penggantian komponen jembatan yang rusak atau ditambal dengan pelat baja baru
(dikeling atau dilas listrik). Kerusakan baja yang telah mencapai 25% dari
berat jembatan keseluruhannya maka jembatan tersebut harus diganti dengan
jembatan baru. Pemeliharaan paku sumbat pada jembatan bagian atas harus
memperhatikan kerusakan pada kepala paku sumbat yang telah dimakan karat kurang
lebih 50% atau paku sumbat dalam keadaan kendor. Pengecatan pada komponen baja
bertujuan untuk menghindari terjadinya karat/korosi. Pemeriksaan cat pada
komponen jembatan biasanya dilakukan tiap tiga bulan sekali. Kriteria kerusakan
pada cat antara lain : timbulnya bintik-bintik karat berwarna coklat pada cat,
cat retak atau melepuh dan cat mengelupas.
2.8.
Hipotesa
Hipotesa
pada penelitian sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono adalah :
1. pemeliharaan lintasan rel dan jembatan
bagian atas pada lintas Ambarawa-Bedono tidak dilakukan secara baik,
2. kerusakan salah satu elemen akan
mempengaruhi kerusakan pada elemen yang lain,
3. pemeliharaan hanya dilakukan setelah
terjadinya kerusakan,
4. jangka waktu dalam kegiatan pemeliharaan
akan berpengaruh pada hasil pemeliharaan.
3.
METODOLOGI PENELITIAN
3.1.
Variabel penelitian
Variabel
bebas adalah variabel yang mempengaruhi obyek pengamatan pada lintas
Ambarawa-Bedono terdiri dari lintasan rel dan jembatan bagian atas. Variabel
terikat adalah variabel yang menjadi obyek pengamatan dan dipengaruhi oleh
variabel bebas. Variabel terikat tersebut adalah sistem pemeliharaan lintas
Ambarawa-Bedono.
3.2.
Survei pendahuluan
Survei
pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lintas
Ambarawa-Bedono baik itu lintasan rel maupun jembatan bagian atas. Kegiatan
survei pendahuluan menghasilkan gambaran tentang kondisi lapangan dan data-data
visual mengenai permasalahan yang akan ditinjau.
3.3.
Identifikasi masalah
Masalah
yang muncul dalam penelitian ini adalah kondisi lintasan yang kurang terawat
dan terjadinya kerusakan pada beberapa komponen akibat pemeliharaan yang kurang
dilakukan secara baik.
3.4.
Pengolahan data
Data
yang diperoleh perlu diolah terlebih dahulu agar mempermudah dalam proses
analisa data. Pengolahan data melalui tahap :
1. Editing : proses dimana semua data yang terkumpul
diperiksa apakah terdapat pernyataan yang tidak terisi oleh responden,
2. Koding : proses mengklarifikasikan jawaban responden
menurut macamnya untuk dikelompokkan dalam kategori yang sama,
3. Skoring : kegiatan yang berupa angka pada jawaban untuk
mendapatkan data kualitatif untuk pengujian hipotesa.
4.
PENGUMPULAN DATA
4.1.
Populasi dan sampel
Populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai
satu cirri atau sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1995). Populasi dari penelitian
ini adalah pegawai PT. Kereta Api Daerah Operasi IV Semarang dalam hal ini
pegawai resort 41 Jembatan Semarang, resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang,
distrik 42 D Ambarawa, dan stasiun Ambarawa. Sampel adalah sebagian dari
populasi (Sutrisno Hadi, 1995). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam
penelitian ini adalah Incidental Sampling. Artinya anggota sampel dengan
cara ini ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan memilih responden
terdekat yang dijumpai pertama kali pada saat itu juga.
5.
ANALISA DATA
5.1.
Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang
bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Pendekatan ini menggunakan
rumus korelasi Product Moment sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2000)
:
5.2.
Reliabilitas
Reliabilitas adalah salah satu pengujian yang menunjukkan sejauh
mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Persamaan yang
digunakan pada pengujian reliabilitas adalah rumus Koefisien Alpha Cronbach (S.
Azwar, 1992) :
5.3.
Korelasi
Korelasi berarti hubungan timbal balik. Besar kecilnya korelasi
selalu dinyatakan dalam bentuk angka yang kemudian disebut koefisien korelasi.
Persamaan koefisien korelasi (r) yang digunakan adalah (Suharsimi Arikunto,
2000) :
5.4.
Uji Hipotesis
a.
Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial masing-masing
variabel lintasan rel dan jembatan bagian atas terhadap variabel sistem pemeliharaan
lintas Ambarawa-Bedono dengan taraf signifikansi yang digunakan (α) = 0.05.
b.
Uji F
Pengujian
ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama
(simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel terikat (Algifari, 1997).
Statistik hitung ((Suharsimi Arikunto, 2000) :
6.
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1.
Kesimpulan
Berdasarkan
hasil analisa data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 9 for windows maka
dapat disimpulakan sebagai berikut :
1.
Besar nilai korelasi 0.913 menunjukkan korelasi (hubungan) antara sistem
pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dengan pemeliharaan lintasan rel dan
jembatan bagian atas adalah tinggi dan memiliki nilai korelasi positip.
2.
Hasil t hitung pada variabel lintasan rel (X1) sebesar –1.144, menunjukkan
adanya hubungan antara pemeliharaan lintasan rel dengan sistem pemeliharaan
lintas Ambarawa-Bedono. Kerusakan pada lintasan rel disebabkan oleh
pemeliharaan tidak dilakukan secara rutin sehingga terjadi kerusakan pada rel,
bantalan dan penambat pada lintasan tersebut.
3.
Hasil t hitung pada variabel jembatan bagian atas (X2) sebesar + 5.804,
menunukkan bahwa pemeliharaan pada jembatan bagian atas telah dilakukan dengan
baik. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : mencatat hasil pemeliharaan
struktur bagian atas secara teliti, pemeliharaan dan pengecekan andas baja
dilakukan setiap tiga bulan sekali dan pemeriksaan cat dilakukan secara rutin
pada komponen struktur bagian atas.
4.
Hasil F hitung sebesar 67.907 menunjukkan pemeliharaan pada lintasan rel dan
jembatan bagian atas akan mempengaruhi hasil sistem pemeliharaan lintas
Ambarawa-Bedono.
Gambar
5. Diagram Normal P-P
Sumber : Hasil Perhitungan (2001)
Sumber : Hasil Perhitungan (2001)
6.2.
Saran
1.
Pemerikasaan lintasan rel dilakukan dengan berkala dan lebih rutin sehingga
pemeliharaan lintasan rel oleh pihak Resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang dan
Distrik 42 D Ambarawa dapat lebih baik.
2.
Koordinasi antara pihak Resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang dengan Distrik 42
D Ambarawa perlu ditingkatkan agar pemeliharaan lintasan rel dapat
ditingkatkan.
3.
Pemeliharaan jembatan oleh pihak Resort 41 Jembatan Semarang sebaiknya
ditingkatkan lagi dengan menambah frekuensi kegiatan pemerikasaan.
4.
Perlunya peningkatan kulaitas dari masing-masing personel yang bertugas pada
pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono.
No comments:
Post a Comment