Tuesday 29 December 2015

Evaluasi sistem pemeliharaan jembatan dan lintasan rel kereta api (Studi kasus: lintas Ambarawa-Bedono)

Evaluasi sistem pemeliharaan jembatan dan lintasan rel kereta api (Studi kasus: lintas Ambarawa-Bedono). Pemeliharaan suatu prasarana sangat penting untuk menjaga usia layanan dari prasarana tersebut dan menjaga kelancaran operasional sarana yang menggunakannya, oleh karena itu sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono perlu dikaji untuk mempertahankan agar dapat digunakan dengan baik. Tujuan penelitian ini untuk mencari korelasi antara variabel bebas lintasan rel dan jembatan bagian atas dengan variabel terikat sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dan mencari faktor-faktor yang dapat menyebabkan kerusakan pada lintas Ambarawa-Bedono. Pengolahan data dilakukan dengan menggunakan Statistical Product Service and Solution (SPSS) 9 for windows untuk memperhitungkan besar validitas data, reliabilitas data, koefisien korelasi (r), uji t dan uji F. Besar koefisien korelasi (r) yang diperoleh adalah 0.913, menunjukkan bahwa korelasi sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dengan pemeliharaan lintasan rel dan jembatan bagian atas adalah tinggi dan memiliki nilai korelasi positip. Hasil t hitung variabel lintasan rel –1.144, menunjukkan kerusakan pada lintasan rel disebabkan
karena pemeliharaan tidak dilakukan secara baik dan dilakukan setelah terjadinya kerusakan pada salah satu komponen, sedangkan hasil t hitung variabel jembatan bagian atas +5.804, menunjukkan kegiatan pemeliharaan jembatan telah dilakukan secara baik. Hasil F hitung sebesar 67.0907, menunjukkan pemeliharaan pada lintasan rel dan jembatan bagian atas mempengaruhi sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono.
Kata kunci : pemeliharaan lintasan rel, jembatan.

1. PENDAHULUAN
1.1. Latar belakang
Keadaan lintas Ambarawa-Bedono yang sudah lama penggunaannya akan menjadikan pemeliharaan lintasan kereta api menjadi salah satu permasalahan utama yang ada saat ini. Pemeliharaan perlu dilakukan untuk mengetahui secara dini kerusakan yang ada agar tidak bertambah parah dikemudian harinya.
1.2. Permasalahan
Berdasarkan hasil survei dijumpai kerusakan seperti adanya bantalan yang rusak, baut penambat yang hilang, rel yang bergelombang. Permasalahan tersebut juga ditambah dengan adanya sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono yang tidak dilakukan secara baik.
1.3. Batasan penelitian
Studi ini dilakukan pada lintasan rel dan jembatan di lintas Ambarawa-Bedono Propinsi Jawa Tengah. Studi ini lebih memfokuskan pada pemeliharaan bantalan, rel, penambat, dan jembatan bagian atas kereta api lintas Ambarawa-Bedono.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Tipe rel
Rel yang digunakan yang digunakan oleh PT. Kereta Api (Persero) pada lintas Ambarawa-Bedono menggunakan tipe rel R25 dan R33.
2.2. Penambat rel
Penambat rel adalah suatu komponen yang berfungsi menambatkan rel pada bantalan sedemikian rupa sehingga kedudukan rel tetap, kokoh dan tidak bergeser. Jenis penambat yang digunakan adalah penambat kaku dan penambat elastik.
2.3. Jembatan pada lintas Ambarawa-Bedono
Jembatan bagian atas adalah gelagar baja termasuk rasuk-rasuk yang menumpu di atas gelagar dan rangka jembatan yang membantu menopang gelagar (Rochpradejono, 2000). Tipe jembatan yang digunakan pada lintas Ambarawa-Bedono adalah jembatan rasuk pelat dengan bentang 15 meter.
2.4. Bantalan rel
Tipe bantalan yang digunakan pada lintasan rel dan jembatan pada lintas Ambarawa-Bedono adalah bantalan kayu dan besi. Bantalan sebagai tempat dudukan rel pada lintas Ambarawa-Bedono harus memiliki persyaratan sesuai dengan Peraturan Dinas No.10 PJKA.
2.5. Sambungan rel
Sambungan rel yang dimaksud adalah sambungan yang menggunakan pelat penyambung dan baut-mur. Pelat penyambung harus berfungsi sebagai pasak pada bagian miring dari kepala dan kaki (Teknik Dasar Perawatan PJKA,1984).
2.6. Teknik pengukuran data
Skala Likert digunakan untuk mengukur jawaban yang diberikan oleh responden dengan cara memberikan nilai berupa angka kepada jawaban tersebut agar diperoleh data kuantitatif yang diperlukan dalam pengujian hipotesis.
2.7. Landasan teori
2.7.1. Sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono
Pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dilakukan oleh Distrik 42 D Ambarawa dibawah pengawasan Resort 42 Semarang untuk pemeliharaan lintasan rel dan Resort 41 Semarang untuk pemeliharaan jembatan. Setiap satu bulan sekali Kepala Distrik memberikan laporan kegiatan dan hasil pemeliharaan kepada Resort 42 dan Resort 41 Semarang.
2.7.2. Pemeliharaan pada lintasan rel
Pengukuran lebar sepur dilakukan dengan mistar pengukur yang disebut matisa. Lebar sepur yang diukur oleh juru rawat jalan dibandingkan dengan lebar sepur toleransi sebesar 1067 mm. Hasil pengukuran kemudian ditulis dengan kapur kuning pada sisi dalam badan rel apabila rel masih dalam batas toleransi dan warna merah menunjukkan rel mengalami penyimpangan diluar batas toleransi lebar sepur. Kerusakan bantalan dikategorikan menjadi tiga yaitu : kerusakan ringan, sedang dan berat. Tahapan penggantian bantalan dilakukan dengan melepaskan semua tirepon, baut atau alat penambat pada bantalan yang rusak, kemudian mengeluarkan pelat landas dan bantalan yang rusak dengan cara mendorong bantalan ke arah balas yang telah digorek. Kegiatan selanjutnya adalah memasukkan bantalan baru dari bawah rel ke tempat bantalan lama kemudian memasang pelat landas, setelah itu penambat dipasang dengan sebelumnya dilakukan pengukuran lebar sepur agar sesuai ketentuan toleransi lebar sepur sebesar -2 mm / +5 mm dari lebar acuan 1.067 mm.
Kerusakan penambat pada lintas Ambarawa-Bedono antara lain : keausan pada penambat, ulir baut penambat yang rusak dan penambat yang mengalami keretakan. Penggantian baut penambat dilakukan dengan menggunakan alat kunci penambat, dimana hal pertama yang dilakukan adalah melepaskan baut yang rusak dengan kunci baut kemudian memasang baut yang baru dengan alat pengunci. Baut/tirepon juga perlu dikencangkan oleh juru rawat jalan untuk menjaga kondisi jalan rel tetap pada posisinya. Hasil penghitungan jumlah tirepon/baut yang kendor jika lebih dari 1/3 jumlah total tirepon/baut pada daerah tersebut maka juru rawat jalan harus melakukan pengencangan pada seluruh baut/tirepon pada daerah jalan rel tersebut.
2.7.3. Pemeliharaan pada bagian atas jembatan
Petugas juru rawat jalan harus segera melaporkan kerusakan yang terjadi pada komponen baja apabila mengalami karat yang menyebabkan luas penampang bersih telah berkurang sebesar 25%, baja sampai berlubang karena dimakan karat dan juga baja yang bengkok karena peristiwa luar biasa (misal : gempa bumi). Tindakan pemeliharaan yang dilakukan pada kerusakan tersebut antara lain melakukan penggantian komponen jembatan yang rusak atau ditambal dengan pelat baja baru (dikeling atau dilas listrik). Kerusakan baja yang telah mencapai 25% dari berat jembatan keseluruhannya maka jembatan tersebut harus diganti dengan jembatan baru. Pemeliharaan paku sumbat pada jembatan bagian atas harus memperhatikan kerusakan pada kepala paku sumbat yang telah dimakan karat kurang lebih 50% atau paku sumbat dalam keadaan kendor. Pengecatan pada komponen baja bertujuan untuk menghindari terjadinya karat/korosi. Pemeriksaan cat pada komponen jembatan biasanya dilakukan tiap tiga bulan sekali. Kriteria kerusakan pada cat antara lain : timbulnya bintik-bintik karat berwarna coklat pada cat, cat retak atau melepuh dan cat mengelupas.
2.8. Hipotesa
Hipotesa pada penelitian sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono adalah :
1. pemeliharaan lintasan rel dan jembatan bagian atas pada lintas Ambarawa-Bedono tidak dilakukan secara baik,
2. kerusakan salah satu elemen akan mempengaruhi kerusakan pada elemen yang lain,
3. pemeliharaan hanya dilakukan setelah terjadinya kerusakan,
4. jangka waktu dalam kegiatan pemeliharaan akan berpengaruh pada hasil pemeliharaan.

3. METODOLOGI PENELITIAN
3.1. Variabel penelitian
Variabel bebas adalah variabel yang mempengaruhi obyek pengamatan pada lintas Ambarawa-Bedono terdiri dari lintasan rel dan jembatan bagian atas. Variabel terikat adalah variabel yang menjadi obyek pengamatan dan dipengaruhi oleh variabel bebas. Variabel terikat tersebut adalah sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono.
3.2. Survei pendahuluan
Survei pendahuluan dilakukan untuk mengetahui secara langsung kondisi lintas Ambarawa-Bedono baik itu lintasan rel maupun jembatan bagian atas. Kegiatan survei pendahuluan menghasilkan gambaran tentang kondisi lapangan dan data-data visual mengenai permasalahan yang akan ditinjau.
3.3. Identifikasi masalah
Masalah yang muncul dalam penelitian ini adalah kondisi lintasan yang kurang terawat dan terjadinya kerusakan pada beberapa komponen akibat pemeliharaan yang kurang dilakukan secara baik.
3.4. Pengolahan data
Data yang diperoleh perlu diolah terlebih dahulu agar mempermudah dalam proses analisa data. Pengolahan data melalui tahap :
1. Editing : proses dimana semua data yang terkumpul diperiksa apakah terdapat pernyataan yang tidak terisi oleh responden,
2. Koding : proses mengklarifikasikan jawaban responden menurut macamnya untuk dikelompokkan dalam kategori yang sama,
3. Skoring : kegiatan yang berupa angka pada jawaban untuk mendapatkan data kualitatif untuk pengujian hipotesa.

4. PENGUMPULAN DATA
4.1. Populasi dan sampel
Populasi merupakan sejumlah individu yang setidaknya mempunyai satu cirri atau sifat yang sama (Sutrisno Hadi, 1995). Populasi dari penelitian ini adalah pegawai PT. Kereta Api Daerah Operasi IV Semarang dalam hal ini pegawai resort 41 Jembatan Semarang, resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang, distrik 42 D Ambarawa, dan stasiun Ambarawa. Sampel adalah sebagian dari populasi (Sutrisno Hadi, 1995). Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah Incidental Sampling. Artinya anggota sampel dengan cara ini ditentukan dengan cara sederhana yaitu dengan memilih responden terdekat yang dijumpai pertama kali pada saat itu juga.

5. ANALISA DATA
5.1. Validitas
Validitas adalah keadaan yang menggambarkan tingkat instrumen yang bersangkutan mampu mengukur apa yang akan diukur. Pendekatan ini menggunakan rumus korelasi Product Moment sebagai berikut (Suharsimi Arikunto, 2000) :
5.2. Reliabilitas
Reliabilitas adalah salah satu pengujian yang menunjukkan sejauh mana suatu alat pengukur dapat dipercaya atau diandalkan. Persamaan yang digunakan pada pengujian reliabilitas adalah rumus Koefisien Alpha Cronbach (S. Azwar, 1992) :
5.3. Korelasi
Korelasi berarti hubungan timbal balik. Besar kecilnya korelasi selalu dinyatakan dalam bentuk angka yang kemudian disebut koefisien korelasi. Persamaan koefisien korelasi (r) yang digunakan adalah (Suharsimi Arikunto, 2000) :
5.4. Uji Hipotesis
a. Uji t
Uji t dilakukan untuk menguji secara parsial masing-masing variabel lintasan rel dan jembatan bagian atas terhadap variabel sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dengan taraf signifikansi yang digunakan (α) = 0.05.
b. Uji F
Pengujian ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas secara bersama-sama (simultan) dapat berpengaruh terhadap variabel terikat (Algifari, 1997).
Statistik hitung ((Suharsimi Arikunto, 2000) :

6. KESIMPULAN DAN SARAN
6.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisa data yang dilakukan dengan menggunakan SPSS 9 for windows maka dapat disimpulakan sebagai berikut :
1. Besar nilai korelasi 0.913 menunjukkan korelasi (hubungan) antara sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono dengan pemeliharaan lintasan rel dan jembatan bagian atas adalah tinggi dan memiliki nilai korelasi positip.
2. Hasil t hitung pada variabel lintasan rel (X1) sebesar –1.144, menunjukkan adanya hubungan antara pemeliharaan lintasan rel dengan sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono. Kerusakan pada lintasan rel disebabkan oleh pemeliharaan tidak dilakukan secara rutin sehingga terjadi kerusakan pada rel, bantalan dan penambat pada lintasan tersebut.
3. Hasil t hitung pada variabel jembatan bagian atas (X2) sebesar + 5.804, menunukkan bahwa pemeliharaan pada jembatan bagian atas telah dilakukan dengan baik. Kegiatan yang telah dilakukan antara lain : mencatat hasil pemeliharaan struktur bagian atas secara teliti, pemeliharaan dan pengecekan andas baja dilakukan setiap tiga bulan sekali dan pemeriksaan cat dilakukan secara rutin pada komponen struktur bagian atas.
4. Hasil F hitung sebesar 67.907 menunjukkan pemeliharaan pada lintasan rel dan jembatan bagian atas akan mempengaruhi hasil sistem pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono.
Gambar 5. Diagram Normal P-P
Sumber : Hasil Perhitungan (2001)

6.2. Saran
1. Pemerikasaan lintasan rel dilakukan dengan berkala dan lebih rutin sehingga pemeliharaan lintasan rel oleh pihak Resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang dan Distrik 42 D Ambarawa dapat lebih baik.
2. Koordinasi antara pihak Resort 42 Jalan dan Bangunan Semarang dengan Distrik 42 D Ambarawa perlu ditingkatkan agar pemeliharaan lintasan rel dapat ditingkatkan.
3. Pemeliharaan jembatan oleh pihak Resort 41 Jembatan Semarang sebaiknya ditingkatkan lagi dengan menambah frekuensi kegiatan pemerikasaan.
4. Perlunya peningkatan kulaitas dari masing-masing personel yang bertugas pada pemeliharaan lintas Ambarawa-Bedono.


No comments:

Post a Comment