Perkerasan lentur
dengan bahan ikat karet keras. Penelitian
ini menguji karet keras sebagai bahan ikat antar agregat perkerasan. Kelebihan
bahan tersebut adalah suatu material yang dapat diproduksi kembali, prosesnya
sederhana dan sifat-sifatnya hampir mirip dengan aspal yaitu kekentalannya
dipengaruhi suhu, lentur, melekat pada batuan dan impermeable terhadap air.
Sifat bahan karet keras diuji dengan viskositas, titik bakar, titik nyala,
berat jenis dan kelekatan. Kemudian agregat dicampur dengan berbagai variasi
kadar karet keras. Pengujian meliputi kekuatan dukung, flow, berat volume dan
kepadatan. Hasil penelitian diperoleh dari interpretasi berdasarkan
kecenderungan data. Berdasarkan proses di laboratorium, secara garis besar
hasil penelitian ini menunjukkan bahwa karet keras dapat dipergunakan sebagai
bahan pengganti aspal dengan proses yang lebih sederhana. Meskipun titik bakar
karet keras lebih rendah dibandingkan dengan titik bakar aspal, namun masih
dapat menampung variasi suhu udara terpanas. Kelekatan karet keras terhadap
batuan cukup baik. Kepadatan, ruang pori yang terisi bahan ikat dan flow
perkerasan beton karet keras cenderung lebih rendah dibandingkan perkerasan
beton aspal. Sedangkan volume pori dan stabilitas cenderung lebih besar
dibandingkan dengan perkerasan beton aspal. Hal tersebut dapat terjadi karena
berat jenis karet keras lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis aspal dan
waktu yang diperlukan untuk mencapai suhu ruang dari suhu panas karet keras
lebih singkat dibandingkan dengan aspal. Kendalanya adalah sifat reaksi karet keras
terhadap minyak atau oli yang nantinya akan menjadi pertimbangan pengembangan
penelitian ini selanjutnya.
Kata
penting : karet keras, kuat geser, kuat dukung, berat volume, kepadatan.
KARET
Minyak
yang dapat ditambang di Indonesia diperkirakan akan habis pada sekitar tahun
2020. Padahal dari minyak tersebut diproduksi aspal yang dipergunakan pada
hampir sebagian besar perkerasan lentur jalan sebagai bahan ikatnya. Seandainya
diasumsikan hal tersebut benar, maka eksplorasi bahan pengganti aspal akan
bermanfaat
untuk menjamin kinerja jaringan jalan. Berbagai usaha selama ini telah
dilakukan untuk mengembangkan perkerasan yang tidak bergantung dengan aspal
misalnya perkerasan dengan bahan ikat semen, plastik dan tanah liat. Meskipun
demikian hasil usaha tersebut belum dapat maksimal karena hanya mengatasi
sebagian masalah saja.
Karet
sangat dibutuhkan dalam kehidupan sehari-hari karena sifatnya yang ringan,
lentur, kuat, kedap air dan dapat disesuaikan bentuknya. Karet matang berbentuk
barang tertentu adalah karet alam yang ditambah dengan additive kemudian
dicetak dan dipadatkan menjadi berbagai jenis barang misalnya karet untuk lapis
kedap air, seal, melapisi besi, lapis anti debu, tumpuan jembatan, dan
sebagainya.
Karet adalah suatu bahan yang
mempunyai karakter mirip dengan aspal berdasarkan kekentalannya yang
dipengaruhi suhu, lentur, melekat pada batuan dan impermeable terhadap
air.Perbedaanya adalah produksi karet dapat diatur sesuai dengan kebutuhan
karena karet berasal dari tanaman yang dapat diremajakan sedangkan produksi
aspal, apabila habis, terlalu lama untuk diremajakan. Di Indonesia, karet
tumbuh baik karena beriklim tropis dan perkebunan karet dapat dijumpai antara
lain di pulau Sumatera, Jawa dan Kalimantan. Perkebunan karet diselenggarakan
oleh negara dan sebagian oleh rakyat atau swasta. Perdagangan karet ini
sebagian diekspor dan sebagian dipakai unutk konsumsi dalam negeri.
AWAL
INDUSTRI KARET
Austin
G. Day telah mematenkan berbagai produk berbahan dasar karet pada dekade awal
1800 (Anne Hessey, 1970). Penelitian ini pada dasarnya mengembangkan jenis dan
kadar additive serta metoda pencampurannya. Menurut penelitian tersebut
karet tidak dapat diolah tanpa bahan tambah dan campuran tersebut dinamai compound
misalnya Kerite compound. Suhu pengolahan karet berkisar antara 150°
F sampai dengan 250° F. Kemudian pada tahun 1886 Austin G. Day mempublikasikan
patennya tetapi publikasi tersebut tidak secara ditail menjelaskan mengenai
formula dan metoda pencampurannya.
Pada
permulaan abad 19 Prussian menemukan formula campuran karet yang berbeda dengan
temuan Austin G. Day dan campuran tersebut dimanfaatkan untuk penutup tabung
gas karena sifatnya yang lentur dan kuat. Perkembangan selanjutnya karet
dikembangkan di banyak negara dan berbagai metoda dipatenkan misalnya French
formula, English formula dan German formula. Perkembangan terakhir metoda
pengolahan karet adalah metoda vulcanization yang di patenkan oleh
Goodyear dan Mason. Pada metoda vulcanization karet direndam pada suatu
larutan berbasis belerang dan dipanaskan kemudian dituangkan pada cetakan dan
dipanasi kembali.
Barang
yang berbahan dasar karet dapat berupa karet saja atau dikompositkan dengan
benang, baja, besi, aluminium atau bahan padat lainnya. Berdasarkan hal
tersebut maka karet cenderung dapat melekat pada bahan padat atau dengan kata
lain sifat adhesi karet cukup kuat. Contoh bahan yang mudah untuk dijadikan
sebagai pembanding karakter tersebut adalah ban kendaraan. Ban kendaraan adalah
kombinasi antara karet, bahan tambah, benang dan baja yang mampu mendukung
beban, tahan cuaca dan lentur.
PERKERASAN LENTUR JALAN
Lapis keras perkerasan jalan pada umumnya terdiri dari lima
lapis yaitu lapis aus (wearing course), lapis permukaan (surface
course), lapis fondasi atas (base course), lapis fondasi bawah (subbase
course), dan tanah dasar (subgrade). Bahan penyusun perkerasan
adalah batuan (aggregate), pengisi (filler) dan bahan pengikat.
Agregat adalah sekumpulan batu pecah, kerikil atau pasir yang berfungsi
mendukung beban lalu-lintas. Sedangkan bahan pengikat berfungsi untuk mengikat
batuan itu menjadi satu kesatuan. Batuan (aggregate) biasanya berkisar
antara 90 – 95 % dari berat campuran atau 80 – 85 % dari volume campuran.
Porositas/kadar pori
berpengaruh terhadap kekuatan, kekerasan dan pemakaian bahan ikat dalam
campuran. Semakin banyak pori dalam batuan semakin kecil kekuatan dan
kekerasannya, serta memerlukan bahan ikat lebih banyak. Selain itu dengan pori
yang banyak, maka batuan mudah menyimpan air dan air ini akan sulit dihilangkan
sehingga mengganggu ikatan antara aspal dengan batuan.
Pemakaian bahan ikat dalam
campuran menentukan kekedapan campuran terhadap air dan udara. Semakin tinggi
kadar bahan ikat dalam campuran akan semakin rapat campuran tersebut, karena
rongga dalam campuran dapat terisi oleh bahan ikat. Sebaliknya bila kadar bahan
ikat terlalu rendah, maka campuran akan kurang rapat karena banyaknya rongga
yang masih kosong tidak terisi bahan ikat sehingga tingkat kekedapan rongga
terhadap air dan udara akan rendah serta lapis perkerasan yang dihasilkan
menjadi rendah.
Pemberian kadar bahan ikat
yang tinggi akan menghasilkan ikatan yang baik dalam campuran, tetapi kadar
bahan ikat yang berlebihan akan mengakibatkan bahan ikat naik ke permukaan dan
merubah fungsi bahan ikat menjadi pelicin antar agregat sehingga agregatnya
mudah berpindah tempat, pada temperatur tinggi (Asphalt Institute, 1983).
Selain itu, kadar bahan ikat yang berlebihan hingga diatas nilai optimum dapat
menimbulkan berbagai kerusakkan lapis perkerasan akibat kegemukan (bleeding/flushing)
dan keriting (corrugation). Kekakuan bahan ikat maksimum cenderung
terjadi pada kadar bahan ikat optimum (C.L. Monismith, 1968), karena itu untuk
mendapatkan lapis perkerasan yang bermutu tinggi perlu dicari kadar bahan ikat
optimumnya.
Pemeriksaan Bahan
Bahan agregat dan filler diuji
berpedoman pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) No.
13/PT/B/1983 dari Dept. PU. Ditjen Bina Marga. Pemeriksaan ini meliputi berat
jenis, gradasi dan absorpsi. Pemeriksaan karet keras meliputi titik nyala,
titik bakar, titik lembek, kehilangan berat, dan berat jenis.
Rencana Campuran
Kadar berat karet keras dipilih 4%, 5%, 6%, 7%, 8%, 9% dan 10%
dari total berat campuran masing-masing dibuat triplo. Campuran juga diuji
untuk bahan ikat aspal dengan kadar yang sama. Benda uji direndam dalam air
selama 24 jam. Suhu pemanasan bahan ikat 180 °C dan agregat 150 °C.
Pengujian Campuran
Pengujian berdasarkan pada Marshall Test.
Pengolahan Data
Data dianalisis berdasarkan metoda ruang pori dan metoda Marshall.
Kemudian dilakukan analisis kecenderungan statistik.
HASIL PENELITIAN
Hasil pemeriksaan bahan ikat ditampilkan pada Tabel 1.
Tabel 1.
Perbandingan sifat aspal dan Karet keras
No.
|
Jenis
Pemeriksaan
|
Aspal
|
Karet Keras
|
1.
2.
3.
4.
|
Titik lembek (ring and ball)
Titik nyala (cleveland open cup)
Kehilangan berat (163oC, 5 jam)
Berat jenis (25oC)
|
50 oC
322 oC
0,085% berat
1,03 gr/cc
|
94 oC
265 oC
0,014% berat
0,99 gr/cc
|
Gambar 1 menampilkan hubungan antara kadar bahan ikat dan
kepadatan. Hubungan antara kadar bahan ikat dan ruang pori ditampilkan pada
Gambar 2. Sedangkan Gambar 3 menunjukkan hubungan antara kadar bahan ikat dan
ruang pori yang terisi bahan ikat. Pengaruh kadar bahan ikat terhadap
stabilitas ditampilkan pada Gambar 4. Pada Gambar 5 ditampilkan pengaruh kadar
bahan ikat terhadap Marshall Quotient. Pengaruh kadar bahan ikat
terhadap nilai flow ditampilkan pada Gambar 6.
Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa kepadatan, ruang pori yang terisi bahan ikat dan flow perkerasan
beton karet keras cenderung lebih rendah dibandingkan perkerasan beton aspal.
Sedangkan volume pori dan stabilitas cenderung lebih besar dibandingkan dengan
perkerasan beton aspal. Hal tersebut dapat terjadi karena berat jenis karet
keras lebih rendah dibandingkan dengan berat jenis aspal dan waktu yang
diperlukan untuk mencapai suhu ruang dari suhu panas karet keras lebih singkat
dibandingkan dengan aspal. Aspal memerlukan waktu kurang lebih 5 menit untuk
mencapai sushu ruang sedangkan karet keras memerlukan waktu kurang lebih 0,5
menit.
KESIMPULAN
Hasil analisis tersebut menunjukkan
bahwa pada prinsipnya karet keras dapat dipergunakan sebagai bahan pengganti
aspal untuk perkerasan jalan. Dengan kepadatan, ruang pori yang terisi bahan
ikat dan flow yang cenderung lebih rendah diperoleh volume pori dan
stabilitas yang cenderung lebih besar. Waktu yang diperlukan dari suhu panas
sampai dengan suhu ruang karet keras lebih singkat dibandingkan dengan aspal.
Pengembangan penelitian selanjutnya masih diperlukan berkaitan dengan sifat
reaksi karet keras terhadap aspal, biaya dan ketersediaan bahan.
No comments:
Post a Comment