Optimalisasi
Lead Time Manufactur dengan pendekatan Linear Programming dan Critical Path
Method. Kecerdasan negoisasi konsumen meningkat seiring dengan perkembangan
teknologi. Oleh karena itu sebuah perusahaan dituntut untuk dapat menampilkan
performance terbaik. Negoisasi order yang dilakukan tidak hanya untuk memuaskan
konsumen, tetapi harus mempertimbangkan sumber daya perusahaan.
Pada
perusahaan make to order/engineer to order jobshop sering terjadi negoisasi
order, bukan hal yang aneh jika order yang diberikan oleh konsumen batal akibat
adanya perusahaan lain yang menawarkan performance yang lebih baik. Performance
yag dimaksud adalah kemampuan memberikan waktu pengerjaan order yang lebih
pendek dan meminimalkan pemborosan sumber daya yang dimiliki.
Terdapat
perhitungan yang mengacu pada optimasi lead time, hasil yang didapat adalah
meminimalkan waktu proses produk dan memaksimalkan utilitas mesin. Perhitungan
memakai pendekatan linier programming dan dari hasil perhitungan tersebut akan
terlihat alur proses pengerjaan produk dengan waktu penyelesaian yang optimal.
Informasi
alur proses merupakan input pada analisis selanjutnya yaitu meningkatkan
utilitas mesin. Oleh karena itu diperlukan pendekatan Critical Path Method
untuk mendapatkan slack time yang minimal.
Hasil
akhir
dari analisis adalah alur pengerjaan untuk tiap mesin termasuk di dalamnya terdapat saat mulai, waktu proses, dan saat selesai yang optimal.
dari analisis adalah alur pengerjaan untuk tiap mesin termasuk di dalamnya terdapat saat mulai, waktu proses, dan saat selesai yang optimal.
Perusahaan
yang baik adalah perusahaan yang mempunyai data base operasi yang lengkap
sehingga dapat menyediakan informasi dengan cepat dan tepat termasuk waktu
proses tiap operasi, sehingga total pengerjaan produk dapat dengan cepat
ditentukan.
Kata
kunci : Order, Performance, Alur Proses, Linier Programming, Critical Path
Method, Slack Time
1. Pendahuluan
Lead
time merupakan permasalahan manajemen kontrol dan bukan peramalan, dengan
asumsi adanya keseimbangan antara kapasitas dan permintaan order, kedua hal
tersebut harus diperhitungkan. Kecenderungan yang terjadi dalam praktek adalah
menerima waktu yang telah ada dan menambah faktor-faktor kelonggaran yang
diberikan
Dalam
industri manufaktur di lingkungan job shop, evaluasi order dilakukan secara
cepat didasarkan pada beban mesin dan kapasitas, yang dapat di optimalkan
melalui penjadwalan operasi yang selalu diperbaharui melalui monitoring.
Standar waktu operasi ditentukan oleh produk standar dan komponen yang
digunakan. Evaluasi order membutuhkan informasi yang diperoleh melalui sistem
manajemen produksi dan pengalaman para pakar.
Lingkungan
make to order adalah lingkungan manufaktur yang memproduksi produk berdasarkan
pesanan. Produk yang diproduksi mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan
pesanan konsumen, sehingga lingkungan make to order cenderung mempunyai lay-out
job shop.
Biasanya
konsumen menanyakan berapa lama pesanannya dibuat dan cenderung untuk
mendatangi lebih dari satu perusahaan. Konsumen akan memilih perusahaan yang
menjanjikan waktu menunggu yang lebih singkat, oleh karena itu perusahaan
dituntut untuk mampu menganalisis dan menentukan waktu pembuatan produk dengan
tepat yaitu dengan mengakomodasi segala sumber daya yang dimiliki. Waktu
minimal yang dibutuhkan bisa dicapai
apabila
perusahaan tersebut dapat membuat penjadwalan part-part dengan baik, yaitu
meminimalkan waktu menganggur mesin dan flow time.
2. Model
Penjadwalan Jobshop Multi Duedate
Secara sederhana, proses manufaktur sebuah produk dapat
digambarkan sebagai berikut :
Hasil
yang ada masih terdapat adanya waktu menganggur mesin di tengah aktivitas,
sehingga perlu adanya pendekatan Chriticak Path Metodh. Pendekatan ini
dimaksudkan untuk meminimalkan flow time.
3. Minimasi
waktu siaga mesin
Pada
bagian produksi, diharapkan utilitas mesin mencapai 100%, maksudnya adalah
tidak ada waktu menganggur mesin karena menunggu kegiatan operasi. Hal ini bisa
diatasai dengan cara penjadwalan ulang dengan nilai due date yang minimal.
Namun dalam proses produksi perusahaan yang berbasis job shop pasti ada
kemungkinan slack time
Optimalisasi
waktu siaga mesin merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebuah
penjadwalan yang baik, karena hal ini akan banyak menghemat sumber daya seperti
: listrik, air, bahan bakar, operator, dan lainnya. Mesin tidak harus siaga
pada saat awal, tergantung pada karakteristik shop-nya. Untuk itu diperlukan
pendekatan Critichal Path Method untuk penjadwalan ulang.
OPC
diasumsikan sebagai sebuah jaringan dengan penambahan aktivitas awal yang
bernilai 0 (nol)
Utilitas
mesin ditingkatkan dengan pendekatan critical path method serta linier
Programming sebagai dasar perhitungan. Dari informasi peta proses operasi dan
dispatching pada Gambar 7 dibuat jaringan dimana terdapat penambahan hubungan
antar job dengan pemakaian mesin yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat
pada Gambar 8
4. Simpulan Dan Saran
Perhitungan
yang mengacu pada optimasi lead time, adalah meminimalkan waktu proses produk
dan memaksimalkan utilitas mesin. Perhitungan memakai pendekatan linier
programming dan dari hasil perhitungan tersebut akan terlihat alur proses
pengerjaan produk dengan waktu penyelesaian yang optimal.
Informasi
alur proses merupakan input pada analisis selanjutnya yaitu meningkatkan
utilitas mesin. Oleh karena itu diperlukan pendekatan Critical Path Method
untuk mendapatkan slack time yang minimal.
Hasil
akhir dari analisis adalah alur pengerjaan untuk tiap mesin termasuk di
dalamnya terdapat saat mulai, waktu proses, dan saat selesai yang optimal.
Terjadi
peningkatan
utilitas mesin secara keseluruhan mencapai 85,42% dari 82 %.
Saran
untuk penelitian selanjutnya adalah mengoptimalisasikan leadtime manufacture
pada real lantai produksi sehingga hasilnya memberi manfaat pada dunia industri
secara nyata.
No comments:
Post a Comment