Wednesday 30 December 2015

Optimalisasi Lead Time Manufactur dengan pendekatan Linear Programming dan Critical Path Method

Optimalisasi Lead Time Manufactur dengan pendekatan Linear Programming dan Critical Path Method. Kecerdasan negoisasi konsumen meningkat seiring dengan perkembangan teknologi. Oleh karena itu sebuah perusahaan dituntut untuk dapat menampilkan performance terbaik. Negoisasi order yang dilakukan tidak hanya untuk memuaskan konsumen, tetapi harus mempertimbangkan sumber daya perusahaan.
Pada perusahaan make to order/engineer to order jobshop sering terjadi negoisasi order, bukan hal yang aneh jika order yang diberikan oleh konsumen batal akibat adanya perusahaan lain yang menawarkan performance yang lebih baik. Performance yag dimaksud adalah kemampuan memberikan waktu pengerjaan order yang lebih pendek dan meminimalkan pemborosan sumber daya yang dimiliki.
Terdapat perhitungan yang mengacu pada optimasi lead time, hasil yang didapat adalah meminimalkan waktu proses produk dan memaksimalkan utilitas mesin. Perhitungan memakai pendekatan linier programming dan dari hasil perhitungan tersebut akan terlihat alur proses pengerjaan produk dengan waktu penyelesaian yang optimal.
Informasi alur proses merupakan input pada analisis selanjutnya yaitu meningkatkan utilitas mesin. Oleh karena itu diperlukan pendekatan Critical Path Method untuk mendapatkan slack time yang minimal.
Hasil akhir
dari analisis adalah alur pengerjaan untuk tiap mesin termasuk di dalamnya terdapat saat mulai, waktu proses, dan saat selesai yang optimal.
Perusahaan yang baik adalah perusahaan yang mempunyai data base operasi yang lengkap sehingga dapat menyediakan informasi dengan cepat dan tepat termasuk waktu proses tiap operasi, sehingga total pengerjaan produk dapat dengan cepat ditentukan.
Kata kunci : Order, Performance, Alur Proses, Linier Programming, Critical Path Method, Slack Time

1. Pendahuluan
Lead time merupakan permasalahan manajemen kontrol dan bukan peramalan, dengan asumsi adanya keseimbangan antara kapasitas dan permintaan order, kedua hal tersebut harus diperhitungkan. Kecenderungan yang terjadi dalam praktek adalah menerima waktu yang telah ada dan menambah faktor-faktor kelonggaran yang diberikan
Dalam industri manufaktur di lingkungan job shop, evaluasi order dilakukan secara cepat didasarkan pada beban mesin dan kapasitas, yang dapat di optimalkan melalui penjadwalan operasi yang selalu diperbaharui melalui monitoring. Standar waktu operasi ditentukan oleh produk standar dan komponen yang digunakan. Evaluasi order membutuhkan informasi yang diperoleh melalui sistem manajemen produksi dan pengalaman para pakar.
Lingkungan make to order adalah lingkungan manufaktur yang memproduksi produk berdasarkan pesanan. Produk yang diproduksi mempunyai karakteristik tertentu sesuai dengan pesanan konsumen, sehingga lingkungan make to order cenderung mempunyai lay-out job shop.
Biasanya konsumen menanyakan berapa lama pesanannya dibuat dan cenderung untuk mendatangi lebih dari satu perusahaan. Konsumen akan memilih perusahaan yang menjanjikan waktu menunggu yang lebih singkat, oleh karena itu perusahaan dituntut untuk mampu menganalisis dan menentukan waktu pembuatan produk dengan tepat yaitu dengan mengakomodasi segala sumber daya yang dimiliki. Waktu minimal yang dibutuhkan bisa dicapai
apabila perusahaan tersebut dapat membuat penjadwalan part-part dengan baik, yaitu meminimalkan waktu menganggur mesin dan flow time.

2. Model Penjadwalan Jobshop Multi Duedate
Secara sederhana, proses manufaktur sebuah produk dapat digambarkan sebagai berikut :
Hasil yang ada masih terdapat adanya waktu menganggur mesin di tengah aktivitas, sehingga perlu adanya pendekatan Chriticak Path Metodh. Pendekatan ini dimaksudkan untuk meminimalkan flow time.
3. Minimasi waktu siaga mesin
Pada bagian produksi, diharapkan utilitas mesin mencapai 100%, maksudnya adalah tidak ada waktu menganggur mesin karena menunggu kegiatan operasi. Hal ini bisa diatasai dengan cara penjadwalan ulang dengan nilai due date yang minimal. Namun dalam proses produksi perusahaan yang berbasis job shop pasti ada kemungkinan slack time
Optimalisasi waktu siaga mesin merupakan kalimat yang tepat untuk menggambarkan sebuah penjadwalan yang baik, karena hal ini akan banyak menghemat sumber daya seperti : listrik, air, bahan bakar, operator, dan lainnya. Mesin tidak harus siaga pada saat awal, tergantung pada karakteristik shop-nya. Untuk itu diperlukan pendekatan Critichal Path Method untuk penjadwalan ulang.
OPC diasumsikan sebagai sebuah jaringan dengan penambahan aktivitas awal yang bernilai 0 (nol)


Utilitas mesin ditingkatkan dengan pendekatan critical path method serta linier Programming sebagai dasar perhitungan. Dari informasi peta proses operasi dan dispatching pada Gambar 7 dibuat jaringan dimana terdapat penambahan hubungan antar job dengan pemakaian mesin yang sama. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 8
4. Simpulan Dan Saran
Perhitungan yang mengacu pada optimasi lead time, adalah meminimalkan waktu proses produk dan memaksimalkan utilitas mesin. Perhitungan memakai pendekatan linier programming dan dari hasil perhitungan tersebut akan terlihat alur proses pengerjaan produk dengan waktu penyelesaian yang optimal.
Informasi alur proses merupakan input pada analisis selanjutnya yaitu meningkatkan utilitas mesin. Oleh karena itu diperlukan pendekatan Critical Path Method untuk mendapatkan slack time yang minimal.
Hasil akhir dari analisis adalah alur pengerjaan untuk tiap mesin termasuk di dalamnya terdapat saat mulai, waktu proses, dan saat selesai yang optimal. Terjadi
peningkatan utilitas mesin secara keseluruhan mencapai 85,42% dari 82 %.

Saran untuk penelitian selanjutnya adalah mengoptimalisasikan leadtime manufacture pada real lantai produksi sehingga hasilnya memberi manfaat pada dunia industri secara nyata.

No comments:

Post a Comment