Tuesday 29 December 2015

Karakteristik campuran beton aspal karet

Karakteristik campuran beton aspal karet. Telah dikembangkan beberapa penelitian skala laboratorium untuk mengetahui karakteristik campuran beton aspal karet, yaitu terhadap Asphalt Concrete (AC), Hot Rolled Sheet (HRS), Hot Rolled Asphalt (HRA) dan Split Mastic Asphalt (SMA). Secara umum, penambahan bahan karet menyebabkan peningkatan kekuatan dan fleksibilitas campuran. Semakin tinggi kadar karet maka nilai stabilitas campuran semakin besar dan nilai flow semakin kecil, hal ini dikarenakan bahan karet mampu menurunkan nilai penetrasi aspal. Penambahan kadar karet juga sangat efektif untuk meningkatkan sifat kedap air campuran karena mampu menurunkan nilai VIM dan meningkatkan nilai VFWA. Oleh karenanya, bahan karet sangat prospektif digunakan sebagai bahan alternative untuk memperbaiki mutu campuran beton aspal sehingga menambah keunggulan sifat structural (kekuatan dan fleksibilitas) dan sifat fungsional (kedap air). Bahan karet juga terbukti menambah jaminan keawetan campuran (aspek perendaman) dan menambah kemudahan proses pemadatan. Prosentasi komponen karet dari jumlah aspal yang digunakan akan bekerja secara efektif pada kadar maksimum 4% (AC dan SMA), 30 % (HRS-A) dan 20 % (HRA).
Kata-kata kunci: Beton Aspal Karet, Uji Marshall, AC, HRS, HRA, SMA

PENDAHULUAN
Sejak tahun 1960-an aspal karet telah dikembangkan di Indonesia untuk material jalan. Berdasarkan hasil penelitian Jajasan Badan Penjelidikan dan Pemakaian Karet (1954), penambahan karet beberapa persen sudah cukup untuk memperbaiki sifat aspal. Menurut Suseno, S. (1987), campuran beton aspal yang dikombinasikan dengan bahan karet, mempunyai sifat tidak licin (kekesatan baik), lebih elastis (tidak mudah retak), aspal tidak mudah lembek oleh panas matahari serta tidak lekas aus oleh air hujan.
Gambar 1. Lapis Permukaan Jalan
Gambar 1 adalah
contoh tampilan permukaan jalan yang bersentuhan langsung dengan roda kendaraan sehingga memerlukan sifat kuat, tidak mudah retak dan tidak licin. Berdasarkan TRRL Report RL 308 dan 370, penelitian aspal karet skala penuh di lapangan menunjukkan kinerja yang baik yaitu meningkatkan daya tahan terhadap cracking dan rutting. Dalam inset Gambar 1 ditunjukkan detil permukaan jalan yang porus menyebabkan air mudah masuk. Kondisi tersebut memerlukan material permukaan jalan yang kedap air dan tahan cuaca panas matahari. Bahan karet diharapkan menjadi bahan tambah alternative untuk mengatasi kendala lapis permukaan jalan.
Campuran beton aspal karet kurang diminati di Indonesia karena faktor kesulitan dalam pengolahannya, baik saat pencampuran ataupun saat pemadatannya. Pengujian yang dilakukan oleh Bureau of Public Road, menunjukkan bahwa karet dalam bentuk cair ataupun bubuk yang ditambahkan ke dalam campuran aspal, menjadi penyebab berbagai kendala dalam pengolahannya, terutama saat proses pencampuran di AMP.
Keunggulan dan kekurangan pengaruh karet terhadap campuran beton aspal tersebut yang menyebabkan tulisan ini menarik untuk dikaji. Akan diketengahkan hasil-hasil penelitian skala laboratorium berkaitan dengan penambahan karet ke dalam berbagai jenis campuran beton aspal , yaitu campuran Aspal Beton (AC, Asphalt Concrete), campuran Hot Rolled Asphalt (HRA) ataupun Hot Rolled Sheet (HRS) dan campuran Split Mastic Asphalt (SMA). Dalam tulisan ini, perlu dibedakan pengertian beton aspal dan Aspal Beton. Aspal Beton adalah terjemahan Asphalt Concrete karena Bina Marga menyebutnya Lapis Aspal Beton (Laston) pada Petunjuk Pelaksanaan Lapis Aspal Beton (Laston) No. 13/PT/B/1983. Dengan demikian untuk menyebut semua jenis campuran antara agregat dan aspal untuk material jalan adalah beton aspal.

KARAKTERISTIK MATERIAL YANG DITINJAU
Campuran Aspal Beton (AC)
Campuran Aspal Beton adalah campuran panas antara aspal dan agregat dengan proporsi tertentu yang mana agregatnya bergradasi menerus dengan spesifikasi tertentu. Campuran Aspal Beton biasa digunakan sebagai lapis permukaan untuk jalan berlalu lintas ringan, sedang maupun berat. Masing-masing mempunyai spesifikasi yang berbeda (Lihat Tabel 1). Pada lapis perkerasan jalan, material AC bersifat struktural yang didesain untuk mampu memikul beban sekaligus mampu mendistribusikannya ke lapisan di bawahnya.
Keunggulan material AC adalah kekuatan memikul beban cukup tinggi yang diimbangi dengan fleksibilitas yang cukup, sehingga mampu menahan beban tanpa terjadi retakan. Namun kelemahan material ini adalah permukaan jalan kurang kedap air dan mudah terjadi pelapukan aspal.
Tabel 1. Spesifikasi Campuran Aspal Beton
Parameter
Kepadatan lalu lintas

Berat
Sedang
Ringan
Stabilitas (kg)

750
650
450
Flow (mm)

2-4
2-4.5
2-5
VIM (%)

3-5
3-5
3-5
VFWA (%)

76-82
75-85
75-85
MQ (Kg/mm)

200-350
200-350
200-350
Jumlah tumbukan

2x75
2x50
2-35

Campuran Hot Rolled Sheet (HRS) dan Hot Rolled Asphalt (HRA)
HRS adalah campuran panas antara aspal dan agregat dengan proporsi tertentu yang mana agregatnya bergradasi timpang. Tipe gradasi ini menyebabkan HRS memerlukan kadar aspal yang cukup tinggi. Supaya tidak terjadi bleeding maka didesain rongga dalam campuran (VMA) cukup untuk menampung aspal..Oleh Bina Marga material ini disebut Lataston atau Lapis Tipis Aspal Beton, karena di lapangan dipadatkan dengan ketebalan hanya 2,5 cm atau 3 cm. Karena sifatnya tersebut, HRS lebih tepat digunakan sebagai lapis penutup supaya air hujan tidak masuk ke dalam konstruksi.
HRS adalah material HRA yang dimodifikasi untuk disesuaikan dengan kondisi di Indonesia. Berdasarkan resep British Standard (BS) 594, material HRA disyaratkan menggunakan kadar aspal minimum 6,5 %. Sehingga keunggulan material ini adalah sifat fleksibilitas dan kedap air. Kekuatan HRS dan HRA terletak pada mortarnya, yaitu campuran antara aspal, agregat halus dan filler.

Campuran Split Mastic Asphalt (SMA)
SMA adalah material AC yang dimodifikasi supaya tidak hanya unggul sifat strukturalnya saja, namun juga sifat fungsionalnya. Untuk tujuan tersebut maka SMA sangat mengandalkan kemampuan internal friction agregat kasarnya (split) dan keliatan mortarnya (mastic). Menurut Khairudin (1993), campuran ini perlu ditambah bahan selulosa untuk menambah keunggulan fungsionalnya. Untuk pengendalian mutu campuran maka Bina Marga (1993) mengeluarkan spesifikasi SMA untuk kondisi di Indonesia ( lihat Tabel 3 ).
Material SMA dibedakan menjadi 3 jenis berdasarkan tipe gradasinya, yaitu SMA grading 0/11, 0/8 dan 0/5. Angka grading menunjukkan ukuran maksimum dan minimum agregat. SMA grading 0/11 lebih tepat digunakan sebagai lapis aus jalan baru dengan ketebalan antara 2,5 – 5 cm.

PROPERTIES ASPAL - KARET
Unsur karet bersifat sangat elastis dan kenyal, sedangkan aspal adalah bahan termoplastis yang sifat-sifatnya sangat peka dari pengaruh fluktuasi temperature. Perbedaan sifat ini diharapkan karet mampu mempertahankan dan meningkatkan sifat aspal sebagai material jalan, yaitu untuk meningkatkan kemampuan elastisitas dan daya tahan terhadap suhu.
Menurut Amin, A.(2000), bahan karet mampu menurunkan nilai penetrasi aspal dari 64 hingga 37 ( kadar karet 8%), mampu menambah daktilitas dari 142 cm menjadi diatas 150 cm (maksimum kadar karet 6 %) dan mampu meningkatkan titik lembek 48 oC hingga 55 oC (kadar karet 8%). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa pengaruh bahan karet sangat prospektif sebagai bahan tambah pada lapisan permukaan jalan. Selanjutnya pengaruh bahan karet terhadap aspal dapat dilihat pada Tabel 4.

KESIMPULAN
1. Bahan karet sangat prospektif digunakan sebagai bahan alternative untuk memperbaiki mutu campuran beton aspal sehingga menambah keunggulan sifat structural (kekuatan dan fleksibilitas) dan sifat fungsional (kedap air). Bahan karet juga terbukti menambah jaminan keawetan campuran (aspek perendaman) dan menambah kemudahan proses pemadatan.
2. Prosentasi komponen karet dari jumlah aspal yang digunakan akan bekerja secara efektif pada kadar maksimum 4% (AC dan SMA), 30 % (HRS-A) dan 20 % (HRA).

SARAN
1. Perlu dilakukan penelitian terhadap beton aspal karet terhadap sifat-sifat yang lain seperti permeabilitas, daya tahan deformasi dinamis, rutting dan workabilitas aspek pencampuran.
2. Perlu dikembangkan penelitian skala penuh dilapangan untuk membuktikan kinerja beton aspal karet sesungguhnya di lapangan.


No comments:

Post a Comment