Friday 18 December 2015

Manajemen kualitas pada unit pencapan kain sebagai proses akhir pembuatan kain bermotif

Unit pencapan pada proses pembuatan kain bermotip merupakan suatu unit yang menentukan kualitas akhir suatu unit produk kain. Kualitas produk kain bermotip selain ditentukan oleh bahan baku awal dan desain motip juga ditentukan keberhasilan proses produksi itu sendiri.
Apabila proses produksi berhasil maka akan menghasilkan produk yang berkualitas tingi antara lain kain mempunyai penampilan/performace yang bagus. Produk kain dengan penampilan bagus diharapkan mempunyai daya saing yang tinggi selanjutnya dapat terjual dengan harga yang mahal. Sebaliknya apabila proses produksi gagal maka kain banyak yang rusak/cacat seperti warna blobor, tak cap, belang serta sobek, selanjutnya kain yang rusak/cacat tidak dapat bersaing di pasaran dan tidak dapat didaur ulang. Apabila ini terjadi maka perusahaan akan rugi.
Untuk mendapatkan kualitas yang tinggi serta menemukan kegagalan proses produksi harus mengetahui
dahulu penyebab terjadinya kegagalan, selanjutnya mengembalikan kondisi proses produksi sesuai persyaratan yang ada. Hal tersebut merupakan prinsip dasar manajemen kualitas yang terkenal dengan Total Quality Management/TQM.
Kata Kunci: Manajemen Kualitas, penampilan, pencegahan cacat.

I. Pendahuluan
Keberadaan industri tekstil di Indonesia hingga saat ini merupakan salah satu industri yang dapat membantu pertumbuhan perekonomian nasional pada umumnya. Keberadaan industri tersebut selain dapat menyumbangkan devisa bagi negara, maka industri tersebut dapat menampung banyak tenaga kerja. Hal ini dapat terjadi karena sesuai karena sesuai sifat industri tersebut adalah padat karya. Berdasarkan data dari Departemen Perekonomian – Industri dan Perdagangan Jawa Tengah tahun 1997, menunjukkan bahwa nilai eksport insdustri tekstil dari daerah tersebut telah mencapai 171.457.928 US $ dan dapat menampung tenaga kerja sebanyak 201.883 orang.
Devisa yang cukup besar tersebut merupakan hasil penjualan produknya ke luar neger, dengan demikian keberadaan industri tersebut dapat dirasakan manfaatnya bagi masyarakat banyak (Anonimus, 1997)
Keberhasilan industri tersebut bersaing untuk menjual produknya ke luar neger dikarenakan produk yang dihasilkan mempunyai kualitas yang tinggi. Suatu produk yang mampu bersaing di pasaran apabila produk tersebut dapat memenuhi keinginan dan harapan konsumen. Adapun keinginan dan harapan konsumen tersebut diantaranya adalah harga dan kualitas yang sesuai. Oleh karena itu salah satu cara yang dihasilkan untuk bersaing adalah mempertahankan kualitas produk yang dihasilkan (Wirawan Cristina, 2002).
Unit pencapan pada proses pembuatan kain bermotip merupakan satu unit yang memegang peranan penting. Untuk menentukan kualitas akhir suatu produk kain bermotip. Kualitas produk kain bermotip selain ditentukan bahan baku awal dan desain motip juga ditentukan oleh keberhasilan proses produksi itu sendiri. Keberhasilan proses produksi dapat tercapai apabila semua unsur yang terkait mendukungnya. Karena adanya keterkaitan semua unsur pendukung proses produksi maka diperlukan sistem manajemen tersendiri yuntuk pelaksanaannya. Hal ini dpat didekati dengna konsep manajemen kualitas dan terkenal dengan nama Total Quality Management (TQM). Total Quality Management adalah suatu alat untuk menghasilkan kualitas yang terbaik agar mampu bersaing pada persaingan global (Novita,2002).
Untuk dapat bersaing di pasaran global produk kain bermotip terlebih dahulu harus memenuhi standar mutu/kualitas. Adapun standar kualitas untuk dalam negeri disebut Standar Nasional Indonesia (SNI). Sedangkan untuk standar mutu/kualitas internasional yaitu International Standart Organization (ISO) 9002. Untuk dapat memenuhi standar tersebut diatas maka kegagalan proses produksi yang dapat menyebabkan kerusakan/kecacatan kain seperti kain tak cap, blobor, belang dan sobek harus ditekan serendah mungkin.

II. Penerapan TQM (Total Management Quality) Pada Unit Pencapan Kain Sebagai Proses Akhir Pembuatan Kain Bermotip
1. Pengertian TQM
TQM merupakan sistem manajemen yang mengangkat kualitas sebagai strategi usaha dan berorientasi pada kepuasan pelanggan dengan melibatkan seluruh anggota organisasi.
Dasar pemikiran yang sederhana yaitu cara terbaik agar dapat bersaing dan unggul di pasaran internasional harus memiliki kualitas yang terbaik (Novita Rachela,2002)
TQM merupakan suatu konsep yang berupaya melaksanakan sistem kualitas kelas dunia. Hal ini dapat didekati dengan usaha untuk memaksimumkan daya saing organisasi melalui perbaikan terus menerus atas produk, jasa, manusia, proses dan lingkungannya (Tjiptono Fandy, 2000)
2. Unit Pencapan Kain Sebagai Proses Akhir Pembuatan Kain Bermotip
Pada prinsipnya proses akhir pembuatan kain bermotip adalah proses pencapan pasta zat warna pada bahan kain menggunakan alat screen printing sesuai dengan motip yang diinginkan. Bahan kain yang digunakan dapat berupa kain polos atau kain yang sudah bermotip untuk ditambah dengan motip yang lain (Soeparman, 1987).
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 1 yaitu

Gambar 1: Bagan Rangkain Proses Pencapan Kain

A. Kriteria Kualitas Produk Kain Bermotip
B. Rusak/Cacat Kain Akibat Kegagalan Proses Pencapan Sehingga Mempengaruhi Penampilan/Performance:
1. Blobor
2. Belang
3. Tak Cap
4. Sobek

C. Pembahasan
Untuk mendapatakan kualitas yang tinggi paling tidak dapat memenuhi Standar Kualitas Nasionanal Indonesia (SNI), maka manajemen kualitas pada unit pencapan harus betul-betul dilakukan dengan baik. Seperti uraian di atas bahwa rusak/cacat kain yang disebebkan oleh kegagalan proses pencapan akan mempengaruhi penampilan/performance produk. Produk kain bermotip yang rusak/cacat tidak dapat diperbaiki atau didaur ulang kembali. Untuk itu kegagalan proses produksi harus ditekan menjadi sekecil mungkin.
Selanjutnya agar produk dapat bersaing dan unggul di pasaran bebas pelaksana kegiatan produksi didekati dengan Total Management Quality (TQM):
1. Perbaikan Terus-menerus Atas Produk
a. Kualitas
Kualitas sangat ditentukan oleh bahan baku awal dan pasta cap.
a.1. Bahan baku awal yang digunakan.
Bahan baku kain yang akan dilakukan proses pencapan akan mempengaruhi: pegangan, kekuatan tarik dan mulur serta perubahan ukuran setelah dicuci. Untuk itu bahan baku kain yang akan dilakukan proses pencapan terlebih dahulu harus memenuhi standar kualitas akan hal itu. Sehingga produk akhir dapat memenuhi kualitas dalam hal pegangan, kekuatan dan perubahan ukuran setelah dicuci.
a.2. Pasta zat warna
Pasta zat warna dalam hal ini yang sangat menentukan adalah jenis zat warna yang digunakan. Jenis zat warna yang digunakan harus mempunyai sifat yang sama dengan bahan kain yang akan dicap, sehingga akan terjadi ikatan antaran bahan kain dengan zat warna. Apabila hal ini dapat terpenuhi maka produk akhir kain akan mempunyai ketahanan luntur terhadap pencucian, gosokan atau bahkan sinar matahari yang tinggi dengan kata lain kualitas dalam hal ini tinggi.
b. Kebutuhan Permintaan Pasar
Perbaikan produk atas kebutuhan pasar harus dilakukan secara terus-menerus sesuai dengan permintaan yang ada. Untuk itu harus memperhatikan:
b.1. Jenis kegunaan atas produk itu sendiri
Jenis produk kain bermotip adalah berbagai macam seperti:
Kain seragam sekolah
Kain seragam militer
Kain untuk sandang biasa dll.
Dari 3 contoh kain tersebut di atas maka untuk tiap jenis kain mempunyai sifat tersendiri yang disesuaikan dengna kegunaannya. Untuk itu perbaikan atas produk harus selalu diperhatikan sesuai peruntukannya.
b.2. Jenis konsumen atau calon Pemakai
Jenis konsumen produk kain bermotip beraneka ragam, selanjutnya jenis konsumen dibedakan menjadi:
Tingkatan ekonomi konsumen
Tingkatan ekonomi konsumen sangat menentukan jenis produk yang akan diproduksi. Jenis konsumen yang mempunyai tingkatan
ekonomi atas akan berbeda seleranya dengan konsumen tingkat ekonomi menengah ke bawah. Jadi produk kain bermotip juga harus disesuaikan dengan konsumen yang dituju.
b.3. Trend Mode Yang Sedang Berkembang
Produk kain bermotip sangat dipengaruhi oleh trend mode yang sedang berkembang. Untuk itu produk kain bermotip harus mengiktui trend mode yang ada.
2. Perbaikan Terus-Menerus atas Manusia
Perbaikan terus menerus atas manusia maksudnya adalah perbaikan terus menerus kinerja simber daya manusia yang ada dan yang terkait dengan unit pencapan. Sumber daya manusia/tenaga kerja yang ada dan yang berhubungan langsung dengan proses pencapan atau mempunyai kemampuan yang tinggi dalam hal membaca perintah/order yang ada dengan kemampuan untuk membuat pasta zat warna. Hal ini dapat dijelaskan karena pekerjaan yang ada berhubungan dengan warna. Warna yang ada dipengaruhi oleh komposisi penyusunannya. Sehingga ada kesalahan sedikit saja dalam menentukan penyusun pasta zat warna akan mempengaruhi warna yang dihasilkan. Apabila hal ini terjadi maka warna akhir yang dihasilkan kemungkinan akan menjadi tidak sama dengan perintahnya.
3. Perbaikan Terus-Menerus atas Proses
Bagian proses produksi yang merupakan satu bagian yang sangat penting, keberhasilan proses produksi akan sangat membantu dalam hal menciptakan kualitas produk yang tinggi sesuai dengan target. Selanjutnya proses berhasilnya produktivitas, juga akan tercapai. Seperti diketahui bahwa produk kain bermotip adalah suatu produk yang tidak dapat didaur ulang, sehingga apabila proses produksi berhasil sesuai dengan yang dikehendaki maka hal ini merupakan suatu keuntungan bagi perusahaan. Begitu pula sebaliknya apabila proses produksi gagal maka kain yang dihasilkan akan banyak yang rusak (cacat). Kain yang rusak/cacat dijual dengan harga murah. Apabila ini terjadi maka perusahaan akan mengalami kerugian.
Seperti dijelaskan di depan bahwa rusak/cacat kain yang disebabkan oleh prose pencapan adalah blobor, tak cap, belang dan sering sobek. Rusak/cacat kain jenis ini akan mempengaruhi penampilan/performace kain akan menjadi tidak baik. Untuk mencegah/mengantisipasi terjadinya rusak/cacat kain dapat dilakukan dengan cara mengembalikan kondisi proses seperti persyaratan yang ditentukan. Untuk mencegah terjadinya blobor maka pasta zat warna harus sesuai dengan ketentuan yang ditentukan dan kondisi screen jangan sampai bocor. Sedangkan untuk mencegah terjanya tak cap maka sebelum dilakukan proses pencapan peralatan screen printing harus disiapkan jangan sampai ada yang tersumbat. Rusak/cacat kain jenis tak cap ini disebabkan screen printing yang digunakan ada yang tersumbat sehingga pasta zat warna mampet selanjutnya tidak terjadi proses pencapan terhadap kain.
Untuk mencegah terjadinya belang pada kain maka penambahan zat pembantu pada pasta zat warna diperlukan seperti penambahan garam dapur. Sedangkan sobek kain terjadi biasanya atas kelalaian operator yaitu memasangkan pada rol-rol penjepit terlalu tegang.
4. Perbaikan Terus-Menerus Atas Lingkungan Kerja
Lingkungan kerja pada unit pencapan harus diperhatikan terutama masalah penerangan dan temperatur (suhu) ruangan. Penerangan merupakan kebutuhan yang sangat penting karena pekerjaan yang dihadapi berhubungan dengan warna. Apabila penerangan tidak mendukung warna yang dibuatnya. Selanjutnya akan mudah terjadi kesalah warna pada produk seperti warna produk seharusnya sedang tetapi yang terjadi bisa lebih muda atau lebih tua. Selanjutnya suhu ruangan yang berhubungan dengan kelembaban ruang akan mudah mempengaruhi pasta zat warna. Kondisi ruangan yang terlalu panas akan mempermudah pasta zat warna mengering maka hal ini bila dipakai untuk mencap kain akan sulit dilakukan. Hal ini dapat dijelaskan bawa pasta zat warna sulit keluar dari screen sehingga kain menjadi tak cap. Sedangkan suhu ruangan yang terlalu dingin ini biasanya kelembabannya menjadi bertambah. Apabila suhu terlalu dingin (kelembaban uap air bertambah), maka akan mencairkan pasta zat warna yang ada. Apabila pasta zat warna menjadi lebih cair, maka akan mudah blobor keluar dari motip semula. Untuk itu kondisi ruangan biasanya dijaga pada suhu kamar ±21°C.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka manajemen kualitas sangat diperlukan untuk menghasilkan produk kain minimal memenuhi standar kualitas nasional bahkan standar kualitas internasional. Selanjutnya produk tersebut dapat diandalkan bersaing di pasaran bebas.

III. Kesimpulan
Untuk menghasilkan produk kain bermotip yang berkualitas tinggi maka :
1. Diperlukan manajemen kualitas semua unsur yang terkait dengan proses produksi.
2. Untuk mencegah sekecil mungkin terjadinya kerusakan/cacat pada kain maka harus diketahui penyebabnya.

3. Menjaga kondisi proses produksi sesuai persayaratan yang ada.

No comments:

Post a Comment