Efek penggunaan DOLLY bebas pada
pelaksanaan pemancangan tiang pancang beton pracetak non prategang terhadap
daya dukung aksial tiang pancang. Pelaksanaan pemancangan tiang pancang
untuk pondasi tiang pancang mempengaruhi hasil akhir posisi tiang pancang. Bila
pelaksanaannya kurang memperhatikan hasil pancang sesuai yang ditentukan, maka
akan menimbulkan hasil pancang yang menyimpang dari ketentuan tersebut. Hasil
pemancangan tiang pancang tersebut akan terlihat jelas menyimpang jika
menggunakan alat yang kurang tepat , baik alat pancang maupun alat penunjangnya
diantaranya dolly. Dolly yang dipakai harus tepat , karena mempengaruhi
hasil akhir pemancangan. Dan tujuan penggunaan dolly adalah untuk
membantu hammer menekan tiang pancang ke bawah pada saat pemancangan hingga
muka atas tiang pancang sejajar dengan muka tanah, dimana hammer tidak mampu
lagi untuk turun. Dolly dalam penggunaannya ada dua macam, yaitu dolly
terikat dan dolly bebas.
Obyek
pada penelitian ini adalah dolly bebas yang digunakan pada
proses pemancangan tiang pancang berdimensi 30 cm x 30 cm x 400 cm beton
bertulang pracetak non prategang pondasi tiang pancang dengan alat pancang drop
hammer. Dolly digunakan pada keadaan ujung atas tiang pancang telah
mencapai ketinggian +/- 50 cm dari permukaan tanah dan cap tiang pancang tidak
mampu lagi untuk turun bila dipancang. Dan dolly bebas digunakan sampai
muka atas tiang pancang sejajar muka tanah.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa penggunaan dolly
bebas / tidak terikat di alat pancangnya mengakibatkan posisi dolly labil
dan posisi tiang berubah menjadi miring serta kepala tiang menjadi retak/pecah.
Hingga menjadikan pengurangan daya dukung aksial tiang pancang. Setelah
dianalisis mengakibatkan kemiringan tiang terhadap posisi vertikal membentuk
sudut antara 4,09o hingga 22,62o. Dan gaya aksial tiang pancang
mengalami pengurangan antara 0,25 % hingga 7,69 %.
Kata
kunci : Pemancangan tiang pancang, dolly bebas, gaya aksial
1.
Pendahuluan
Salah satu bagian struktur bangunan yang terpenting dalam
mendukung beban diatasnya adalah daya dukung struktur bawah , yaitu pondasi.
Pondasi yang telah diketahui secara umum menurut kedalamannya terdiri dari
pondasi dangkal , sedang dan dalam. Pondasi dangkal digunakan bilamana beban
yang harus di dukung kecil dan daya dukung tanahnya pada kedalaman dangkal
cukup mampu. Untuk pondasi sedang digunakan bilamana kedalaman tanah yang dapat
mendukung beban diatasnya tidak begitu dalam , sekitar 4 – 6 meter. Biasanya
pondasi yang digunakan adalah
fondasi sumuran atau fondasi tiang pancang dengan
dimensi dan kekuatan tiang tidak begitu besar. Dan pondasi dalam digunakan pada
daerah yang tanah kerasnya pada kedalaman yang besar, lebih besar dari 6 m.
Pada penelitian ini difokuskan pada pondasi sedang dengan
menggunakan tiang pancang berdimensi 30 cm x 30 cm x 400 cm beton bertulang
pracetak non prategang dengan alat pancang drop hammer. Dalam proses
pemancangannya adalah menggunakan dolly bebas untuk ujung atas tiang
telah mencapai ketinggian +/- 50 cm , dimana cap pancang terkait tidak mampu
untuk turun lagi. Dan pada proses pemancangan tersebut, karena dolly yang
digunakan dolly bebas / tidak terikat di alat pancangnya maka akan
berpengaruh pada posisi tiang pancang dan kepala tiang pancang.
2. Tinjauan Pustaka
A. Pondasi Tiang
Pancang
Salah satu pondasi dalam yang sering digunakan untuk struktur
gedung atau struktur lainnya adalah pondasi tiang pancang. Dan digunakan
apabila dibawah bangunan tersebut kurang mempunyai daya dukung ( bearing
capacity and friction ) yang mencukupi untuk memikul berat bangunan yang
sedemikian beratnya dan atau lapisan tanah keras yang dapat memikul beban
bangunan tersebut letaknya sangat dalam.
Pondasi tiang pancang ini berfungsi untuk memindahkan atau
mentransfer beban-beban konstruksi di atasnya.
Berdasarkan jumlah tiangnya, pondasi tiang pancang dibedakan dalam
dua macam yaitu : tiang tunggal (single pile) dan tiang kelompok (group
pile)
B. Tiang Pancang
Pracetak Non Prategang
Tiang pancang pracetak non
prategang untuk pekerjaan pondasi tiang pancang sudah lama diketahui, khususnya
untuk pondasi dengan kedalaman sedang.
Penggunaannya Berdasarkan
Prof. Bengt B. Broms , bahwa penggunaan tiang pracetak non prategang selain
untuk pondasi gedung , digunakan untuk pekerjaan :
1.
Stabilitas tanah lempung di bawah timbunan dan stabilitas lereng/ kemiringan
tanah
2. Pondasi dock kapal dan pondasi anjungan lepas pantai
3. Ketahanan longsoran tanah
4. Pondasi tangki air , menara, gedung lebar dan getaran mesin
kecil
C. Hal-hal yang
perlu diketahui mengenai pondasi tiang pancang
Hal-hal yang perlu diketahui mengenai pondasi tiang pancang,
diantaranya :
1. Pengurangan retak dan patahan yang terjadi diperkecil dengan
mutu beton yang tinggi.
2. Terjadi peninggian muka tanah sebesar 80 % volume tiang
pancang, akibat dari masuknya tiang.
3. Keadaan patah tiang , tiang lebih lemah daripada daya tahan
horisontal tanah
4. Kondisi tiang kuat dan daya tahan tanah lemah
5.
Kekuatan yang bekerja pada tiang
3. Pelaksanaan Penelitian
A. Bahan uji yang digunakan
Benda uji yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebanyak 15
buah tiang pancang pracetak beton bertulang non prategang , yang diperoleh
langsung dari suatu proyek pembangunan water tower di Surakarta yang
telah mengalami beberapa pukulan terakhir hammer dengan menggunakan dolly.
Dengan jumlah pukulan hammer total tiap tiang sekitar 180 – 220 pukulan.
Tiang pancang tersebut terbuat dari beton dengan mutu K300 / 30 MPa bertampang
segiempat dengan panjang tiap sisi 30 cm, memiliki 4 buah besi tulangan berdiameter
15 mm. Panjang masing- masing tiang adalah 4 m.
B. Peralatan yang dipakai
Alat
yang dipakai :
a.
Tiang pancang Drop Hammer kapasitas sedang dengan berat hammer 1,4
ton atau 14 kN, dan tinggi jatuh antara 1 – 2 m.
b. Dolly
baja profil I dengan panjang 1,5 m dan bercap 10 cm
c.
Alat Bantu untuk mengukur sudut kemiringan tiang yaitu besi siku, water pass
air dan meteran.
d.
Truck mix, slump test dan silinder beton.
C. Pelaksanaan Penelitian
Tahapan pelaksanaan penelitian ini adalah sebagai berikut :
1 .
Pembuatan bahan uji ditempat fabrikasi tiang pancang dengan menggunahan bahan
beton jadi dari ready mix dan cetakan yang tersedia dan tulangan yang telah
disiapkan.
2. Setelah cukup umur , 28 hari selanjutnya bahan uji dibawa ke
lokasi pengujian .
3. Pelaksanaan pemancangan dilaksanakan di titik pemancangan yang
telah ditentukan
4.
Pemancangan berhenti setelah ujung atas / cap tiang berada pada +/- 50 cm dari
permukaan tanah, dan dilanjutkan setelah dolly dipasang, hingga sampai
pukulan final set tercapai.
Gambar 3. Penggunaan Dolly
Bebas
5 Mengamati proses pemancangan dengan menggunakan dolly ,
dimana posisi dolly berubah yang menjadi penyebab kemiringan tiang
pancang.
Gambar 4. Kerusakan Kepala
Tiang dan Penyebabnya
4. Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan di lapangan disajikan sebagai berikut :
Tabel 1. Data-data pengamatan lapangan
No
|
Nomor
Tiang
|
Jumlah
pukulan
|
Panjang
Horisontal ( X ) ( m )
|
Panjang Vertikal
( Y) ( m )
|
Sudut tiang
Arc tg (X/Y) (derajat)
|
Kondisi Kepala tiang
|
1
|
1
|
197
|
0,21
|
0,70
|
16,70
|
Hancur
|
2
|
7
|
205
|
0,20
|
0,65
|
17,10
|
Retak
|
3
|
13
|
210
|
0,25
|
0,60
|
22,62
|
Hancur
|
4
|
19
|
198
|
0,11
|
0,65
|
9,61
|
Utuh
|
5
|
20
|
220
|
0,15
|
0,40
|
20,56
|
Hancur
|
6
|
25
|
202
|
0,10
|
0,65
|
8,75
|
Hancur
|
7
|
26
|
190
|
0,05
|
0,70
|
4,09
|
Hancur
|
8
|
31
|
195
|
0,24
|
0,70
|
18,92
|
Hancur
|
9
|
37
|
191
|
0,06
|
0,60
|
5,71
|
Hancur
|
10
|
38
|
190
|
0,08
|
0,38
|
11,89
|
Utuh
|
11
|
39
|
185
|
0,11
|
0,60
|
10,39
|
Utuh
|
12
|
40
|
195
|
0,30
|
0,80
|
20,56
|
Utuh
|
13
|
44
|
134
|
0,09
|
0,65
|
7,88
|
Hancur
|
14
|
56
|
196
|
0,11
|
1,30
|
4,84
|
Utuh
|
15
|
57
|
190
|
0,15
|
0,70
|
12,09
|
Hancur
|
5. Analisis Hasil Pengamatan
Dari hasil pengamatan kemudian dianalisis untuk mendapatkan besar
sudut kemiringan tiang pancang dan besar pengurangan gaya aksial tiang
tersebut.
Tabel 2. Analisis data-data pengamatan lapangan
No
|
Nomor Tiang
|
Sudut tiang (derajat)
α = Arc tg (X/Y)
|
Pengurangan gaya aksial
tiang
( 1 – cos α ) x 100 %
|
1
|
1
|
16,70
|
4,22
|
2
|
7
|
17,10
|
4,42
|
3
|
13
|
22,62
|
7,69
|
4
|
19
|
9,61
|
1,40
|
5
|
20
|
20,56
|
6,37
|
6
|
25
|
8,75
|
1,16
|
7
|
26
|
4,09
|
0,25
|
8
|
31
|
18,92
|
5,40
|
9
|
37
|
5,71
|
0,50
|
10
|
38
|
11,89
|
2,15
|
11
|
39
|
10,39
|
1,64
|
12
|
40
|
20,56
|
6,37
|
13
|
44
|
7,88
|
0,94
|
14
|
56
|
4,84
|
0,36
|
15
|
57
|
12,09
|
2,22
|
6.Pembahasan
Data hasil pengamatan pemancangan dengan menggunakan dolly memberikan
gambaran bahwa dengan pemakaian dolly bebas yang dikerjakan di lapangan
adalah memberikan hasil akhir posisi tiang menjadi miring. Kemiringannya
diantara 4,090 hingga 22,620 dari sisi vertikal. Ini
mengurangi daya dukung aksial tiang pancang sebesar 0,25 % hingga 7,69 %.
Penyebabnya adalah :
1. Ukuran dolly bebas tidak sama dengan cap hammer hingga
terjadi pergeseran posisi saat posisi hammer di angkat dan juga
disebabkan oleh daya lentur tanah karena terdesak ke bawah.
2. Cap dolly bebas panjangnya terlalu pendek yaitu 10 cm
agak longgar dengan dimensi penampang tiang, hingga tidak memberikan
cengkeraman kuat saat terjadinya pantulan akibat jatuhnya hammer.
3. Getaran balik dari tiang pancang setelah hammer jatuh,
mengangkat dolly ke atas dan memposisikannya tidak sentris lagi / tidak
pada posisi semula.
4. Dolly tidak berada direl alat pancang yang menjadikan
mudah berubah posisi / bergetar bebas hingga dolly berubah posisi
menjadi miring.
Disamping itu dengan posisi tiang miring menandakan bahwa tiang
pancang yang digunakan termasuk tiang pendek, dimana tiang lebih kuat menahan
gaya lateral tanah.
Namun posisi tiang juga mempengaruhi/mengurangi kekuatan tiang
terhadap gaya lateral yang bekerja di ujung atas tiang dengan arah miring sama
dengan arah gaya lateral yang bekerja, terutama gaya lateral yang disebabkan
oleh gempa.
Kerusakan yang diakibatkan penggunaan dolly bebas pada
kepala tiang pancang 60 % kerusakan hancur, yaitu 9 buah tiang hancur dari 15
tiang bahan uji.
7. Kesimpulan Dan Saran
A. Kesimpulan
Dari hasil penelitian ini memberikan suatu kesimpulan yang dapat
diambil yaitu :
1. Dolly bebas yang dipergunakan untuk pemancangan tiang
pancang berdimensi 30 cm x 30 cm x 400 cm tidak memberikan hasil pemancangan
yang tepat / tegak.
2. Kemiringan yang diakibatkannya diantara 4,090 hingga
22,620 dari
sisi vertikal.
3. Juga mengurangi daya dukung aksial tiang pancang sebesar 0,25 %
hingga 7,69 %.
4. Tiang pancang yang dipergunakan termasuk tiang pendek.
5. Kerusakan yang diakibatkan pada kepala tiang terdiri dari
kerusakan retak, pecah dan hancur.
B. Saran-saran
Saran yang tepat untuk pelaksanaan pemancangan di waktu mendatang
adalah :
1. Penggunaan dolly bebas untuk pemancangan tiang pancang
berdimensi 30 cm x 30 cm x 400 cm kurang baik dipergunakan.
2. Juga getaran yang diakibatkannya saat hammer ditumbukkan
pada dolly bebas dapat mengurangi daya lekat tanah terhadap tiang,
hingga dalam merencanakan daya dukung tiang dalam pondasi tiang pancang untuk
daya dukung lekatnya di sarankan nol / diabaikan.
3. Pergunakan dolly terikat untuk pemancangan diatas,
dimana dolly terikat pada rel tiang pancang , sama halnya dengan hammer
bergerak pada rel tiang pancang.
4. Posisi dolly bebas tepat sentris dengan posisi hammer
5. Bentuk peredam sama dengan cap pancang yang tersedia/ dipakai.
6. Cap dolly bebas diperpanjang minimal 20 cm untuk menahan
agar dolly bebas tidak lepas dari ujung tiang pancang.
7. Diupayakan dalam pelaksanaan pemancangan menghasilkan tiang
pancang yang tegak, agar tiang dapat mendukung beban kerja sesuai yang
rencanakan.
No comments:
Post a Comment