Thursday 3 December 2015

Aplikasi PLC pada proses pengujian dan pengemasan produksi lampu pijar

Barang yang akan dipasarkan harus melewati tahap-tahap dalam proses produksinya, seperti proses pengujian dan proses pengemasan karena barang-barang yang telah lulus uji serta memiliki kemasan yang menarik memiliki nilai tambah yang dapat meningkatkan omset penjualan dari suatu barang, oleh karena itu proses pengujian dan pengemasan harus dilakukan dengan sebaik mungkin untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Sebagian dari perusahaan-perusahan di Indonesia masih menggunakan tenaga manusia dan peralatan konvensional untuk melakukan proses pengujian dan pengemasan tersebut, dengan segala kelebihan dan kekurangannya. Proses menggunakan tenaga manusia dan peralatan konvensional dalam proses pengujian dan pengemasan akan memakan waktu yang cukup lama dan memiliki tingkat akurasi yang rendah karena keterbatasan yang dimiliki, selain itu juga masih banyak kekurangan yang dimiliki seperti pengkabelannya yang rumit, pelacakan kesalahan, perawatan, ataupun perancangan ulang sistem membutuhkan waktu yang lebih lama serta dokumentasi gambar yang kompleks. Usaha yang dilakukan untuk meminimalkan kekurangan-kekurangan tersebut adalah selain menggunakan tenaga manusia (operator), digunakan juga alat kontrol otomatis dalam proses pengujian dan pengemasan tersebut. Salah satu alat kontrol otomatis tersebut adalah PLC (Programmable Logic Controller) yang memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem kontrol konvensianal maupun dengan hanya menggunakan tenaga manusia.
PLC memiliki beberapa keunggulan dibandingkan dengan sistem kontrol konvensional, seperti
perancangan kendali baru tidak memerlukan waktu yang lama serta mudah untuk dilakukan modifikasi. Selain hal tersebut, keuntungan lain dari PLC adalah perawatan yang mudah, pelacakan kesalahan sistem lebih sederhana, konsumsi daya relatif rendah, dan dokumentasi gambar lebih sederhana serta kinerja yang handal.

1.1.1 Perumusan masalah
Industri lampu pijar akan sangat memerlukan suatu sistem kendali yang handal, yang dapat dimodifikasi, dan perawatan yang mudah dalam proses pengujian dan pengemasannya. Penggunaan PLC dalam proses pengujian dan pengemasan lampu pijar ini akan mendapatkan hasil pengujian dan pengemasan yang maksimal karena campur tangan manusia dalam proses ini dapat diminimalkan. Proses pengujian dan pengemasan dengan menggunakan PLC akan dapat bekerja 24 jam non stop dengan tingkat akurasi yang tinggi dan dapat menghasilkan jumlah pengujian dan pengemasan secara massal sehingga dapat memenuhi hasil pengemasan yang telah ditargetkan.

1.1.2. Batasan masalah
Penulis mengkaji masalah untuk menghindari kerancuan judul skripsi, maka masalah yang akan dibahas dibatasi sebagai berikut :
1. Perancangan sistem Aplikasi PLC pada Proses Pengujian dan Pengemasan Produksi Lampu Pijar, di samping itu juga akan dirancang sistem pendukung proses tersebut, yaitu proses pengecapan lampu pijar.
2. Pada perancangan sistem kontrol yang dilakukan dengan membuat seluruh sistem dalam sebuah miniatur.

1.1.3. Keaslian penulisan
Saat ini pengontrolan dengan menggunakan PLC sudah banyak digunakan, terutama di dunia industri yang sebagian besar kegiatan produksinya menggunakan mesin-mesin yang dikontrol secara otomatis. Program ini juga digunakan pada pabrik pembuat lampu pijar. Penelitian menggunakan program ini pada lampu pijar belum pernah dilakukan, sedangkan penelitian mengenai aplikasi PLC pada proses pengujian lampu FL (Florence lamp) telah dilakukan oleh Pinayungan (2002). Penulis berusaha membuat sebuah alat berbasis PLC pada pengujian serta pengemasan lampu pijar sederhana yang berguna untuk menyeleksi serta mengemas lampu pijar yang diproduksi secara otomatis dan dalam jumlah yang besar.

1.1.4. Faedah yang diharapkan
Rancang bangun alat penguji dan pengemas lampu pijar berbasis PLC ini diharapkan dapat memberikan ragam rangkaian dan juga nilai tambah bagi ilmu pengetahuan sehingga masyarakat umum dapat memiliki gambaran mengenai proses pengujian dan pengemasan lampu pijar. Manfaat lain yang didapat adalah pengujian dan pengemasan lampu pijar dengan menggunakan PLC dapat dilakukan.

1.2. Tujuan Penulisan
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini adalah :
1. Mengetahui fungsi dan cara kerja sistem PLC pada proses pengujian dan pengemasan produksi lampu pijar.
2. Membuat desain sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar serta sistem kendalinya yang mudah untuk diterapkan, dimodifikasi sesuai kebutuhan, pelacakan kesalahan yang relatif lebih mudah dan waktu yang singkat.

BAB II
TEORI

2.1. Tinjauan Pustaka
Cahyoprianto (2003) menyatakan bahwa pengontrolan gerak yang sudah direncanakan di otomasi industri membutuhkan suatu alat pengontrol elektronik yang disebut PLC. PLC ini merupakan suatu sistem yang terdiri dari dua bagian yaitu mekanis dan elektris. Masing-masing bagian ini melakukan kerja untuk menjalankan alat tersebut yang tidak dapat dipisahkan, dan bagian-bagian tersebut saling menunjang. Pada bagian elektris dibagi lagi menjadi : bagian masukan (input), bagian PLC, bagian keluaran (output) dan catu daya. Pada bagian masukan bisa berupa saklar dan sensor, sedangkan bagian keluaran berupa motor dc atau mesin penggerak lainnya.
Webb (1992) menyatakan bahwa PLC merupakan komputer elektronik yang mudah dipahami oleh pemakainya. PLC dapat menjalankan berbagai macam tipe dan tingkatan kesulitan fungsi kendali. PLC juga dapat diprogram, dikendalikan dan dioperasikan oleh seseorang yang tidak mahir dalam menjalankan komputer. Standarisasi sistem kontrol lebih mudah diterapkan serta mudah dalam perawatannya.
Mustika (2002) menyatakan bahwa sistem kendali material digunakan untuk memindahkan barang dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menggunakan konveyor sebagai alat pengangkutnya, dengan menggunakan penggerak berupa motor. Untuk mendapatkan arah putaran motor direct current (DC) yang berkebalikan yaitu, bila motor aslinya bergerak searah jarum jam (Clock Wise, CW) maka untuk mendapatkan gerak motor yang berlawanan dengan arah jarum jam (Contra Clock Wise, CCW) dengan mengubah polaritas tegangan termalnya.

2.2. Landasan Teori
2.2.1. Programmable logic controller
Suatu PLC pada dasarnya adalah suatu program yang dihubungkan pada peralatan input/output (I/O) yang berupa relay (solid state relay). Program tersebut mengendalikan PLC, sehingga bila ada suatu peralatan input ON, maka PLC memberikan suatu tanggapan terhadap suatu perubahan input tadi. Tanggapan ini biasanya berupa isyarat pada terminal output-nya.
Sistem PLC merupakan untai terintegrasi yang mengambil alih tugas-tugas peralatan seperti relay, timer dan counter. PLC mempunyai kapasitas seperti komputer dan mempunyai fleksibilitas dan reliabilitas yang lebih baik dibanding dengan sistem relay. Di dalam PLC berisi rangkaian elektronik digital yang dapat difungsikan seperti contact NO dan contact NC. Sistem PLC memiliki beberapa keunggulan jika dibandingkan dengan sistem konvensional, seperti wiring lebih sedikit, maintenance relatif mudah, pelacakan kesalahan sistem lebih sederhana, konsumsi daya relatif rendah, dokumentasi gambar lebih sederhana serta modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.

A. Konfigurasi PLC. PLC seperti terlihat pada gambar 2.1. merupakan suatu alat kontrol yang memiliki beberapa bagian penting yang dalam kerjanya akan saling mendukung seperti terlihat pada gambar 2.2. Beberapa bagian penting tersebut adalah :

Gambar 2.1. Gambar PLC

1. Power Supply : unit ini berfungsi untuk memberikan sumber daya pada PLC. Modul ini sudah berupa switching power supply.
2. CPU (Central Processing Unit) : unit ini merupakan otak dari PLC. Disinilah program akan diolah sehingga sistem kontrol yang telah kita rancang bekerja seperti yang kita inginkan.
3. Memory Unit : unit ini terdiri dari RAM, EPROM dan EEPROM
4. Unit Masukan : unit ini digunakan untuk memberi masukan pada PLC, dan masukan ini dapat berupa sensor photolistrik, tombol pada panel, saklar pembatas atau setiap peralatan input yang bisa memberikan isyarat masukan pada PLC.
5. Unit Keluaran : unit ini merupakan unit yang akan kita atur dengan menggunakan PLC. Unit ini dapat berupa solenoid, saklar yang mengaktifkan lampu, relay yang memutar motor atau setiap peralatan yang dapat digerakkan oleh isyarat output PLC.
6. Peripheral : unit ini digunakan untuk memprogram PLC tanpa harus menggunakan komputer. Unit ini dapat berupa Handled Programming Console atau LSS software for PC.
Gambar 2.2. Gambar hubungan PLC dengan power supply, peripheral dan peralatan I/O

B. Sistematika merancang PLC. Dengan mengetahui urutan kerja yang jelas, maka dalam merancang suatu alat atau bahkan merancang PLC tidak akan mengalami kesulitan yang berarti. Dalam penulisan ini, perancangan PLC dilakukan dengan sistematika sebagai berikut :
1. Mempelajari sampai betul-betul mengerti urutan kerja sistem tersebut,
2. Membuat flowchart dari sistem tersebut,
3. Membuat daftar semua masukandan keluaran terhadap I/O points dari PLC,
4. Menerjemahkan flowchart ke diagram ladder dan disesuaikan dengan daftar I/O yang telah dibuat,
5. Memeriksa program jika masih ada kesalahan,
6. Mentransfer program ke memori PLC,
7. Mensimulasikan program dan menganalisanya sehingga sesuai dengan keinginan kita,
8. Menghubungkan semua peralatan I/O ke terminal PLC apabila perintah yang kita buat telah menghasilkan keluaran sesuai dengan kehendak kita,
9. Melakukan testing program,
10. Mendokumentasikan gambar sistem secara sistematis sehingga mudah dimengerti dan mudah dipelajari.

C. Instruksi-instruksi dasar PLC. PLC sebagai suatu alat kontrol otomatis tentu saja memiliki instruksi-instruksi dalam menjalankannya. Adapun instruksi-instruksi dasar dan instruksi-instruksi yang digunakan dalam perancangan sistem ini adalah sebagai berikut :
1. Instruksi LD (Load) dan LD-NOT (Load Not)
Simbol diagram ladder-nya seperti dibawah ini :
LD adalah sambungan langsung dari line dengan logika pensaklarannya seperti saklar NO, sedangkan LD-NOT logika pensaklarannya seperti saklar NC. Instruksi tersebut dibutuhkan jika urutan kerja pada sistem kendali hanya membutuhkan satu kondisi logic saja untuk mengeluarkan satu keluaran.

2. Instruksi AND dan AND-NOT
Simbol diagram ladder-nyaseperti di bawah ini :
Apabila memasukkan logika AND, maka harus ada rangkaian yang berada di depannya, hal ini disebabkan karena penyambungan dilakukan secara seri. Logika pensaklaran AND seperti saklar NO, dan logika AND-NOT seperti saklar NC. Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol membutuhkan lebih dari satu kondisi yang harus terpenuhi semuannya untuk mengeluarkan satu keluaran.

3. Instruksi OR dan OR-NOT
Simbol diagram ladder-nya seperti di bawah ini :
OR dan OR-NOT dimisalkan seperti saklar yang posisinya pararel dengan rangkaian sebelumnya. Logika pensaklaran OR seperti saklar NO dan OR-NOT seperti saklar NC. Instruksi ini dibutuhkan jika urutan kerja pada suatu sistem kontrol hanya membutuhkan salah satu saja dari beberapa kondisi logika untuk mengeluarkan satu keluaran.

4. Instruksi OUT dan OUT-NOT
Instruksi ini untuk mengeluarkan keluaran jika semua kondisi logika diagram ladder terpenuhi (OUT) dan tidak terpenuhi (OUT-NOT). Dalam bentuk diagram ladder digambarkan sebagai berikut :


5. Instrusi SET dan RESET
Instruksi SET adalah seperti instruksi OUT, akan tetapi pada instruksi SET, bit yang menjadi operand-nya akan bersifat latching (mempertahankan kondisinya). Artinya bahwa bit-nya akan tetap dalam kondisi ON walaupun kondisi masukannya sudah OFF. Untuk mengembalikan ke kondisi OFF harus digunakan instruksi RESET.

6. Instruksi AND Load (AND-LD)
Instruksi ini digunakan untuk kondisi logika diagram ladder khusus seperti berikut ini :

7. Instruksi OR Load (OR-LD)
Instruksi ini digunakan untuk kondisi logika diagram ladder khusus seperti berikut ini :

8. Instruksi TIMER (TIM) dan COUNTER (CNT)
Timer/counter pada PLC berjumlah 512 buah yang bernomor TC 000 sampai dengan TC 511 (tergantung tipe PLC). Jika suatu nomor sudah dipakai sebagai timer/counter, maka nomor tersebut tidak boleh dipakai lagi sebagai timer ataupun counter. Jadi dalam suatu program tidak boleh ada nomor timer/counter yang sama. Nilai timer/counter pada PLC bersifat countdown (menghitung mudur) dari nilai awal yang ditetapkan oleh program. Setelah hitungan mundur tersebut mencapai angka nol, maka contact NO timer/counter akan ON. Timer mempunyai batas antara 0000 sampai dengan 9999 dalam bentuk BCD (Binary Code Decimal) dan mempunyai orde 100 ms. Sedangkan untuk counter mempunyai orde angka BCD dan mempunyai batas antara 000 sampai dengan 9999.

2.2.2. Proses pengujian dan pengemasan produksi lampu pijar
Lampu pijar yang diproduksi akan melewati berbagai macam proses sebelum sampai ke tangan konsumen, hal ini dimaksudkan agar lampu pijar yang diperoleh oleh konsumen benar-benar sesuai dengan spesifikasi pabrik dan layak pakai. Untuk masalah pengujian dan pengemasan, lampu pijar akan melewati beberapa tahap, yaitu :

A. Proses pengujian nyala lampu. Sebelum masuk ke dalam proses pengecapan dan pengemasan, lampu akan diuji untuk memastikan apakah lampu yang akan dicap dan dikemas nyala atau tidak. Pengujian ini merupakan hal yang harus dilakukan, karena hanya lampu yang baik saja yang akan dicap dan dikemas serta akan didistribusikan ke masyarakat umum.
B. Proses pengecapan lampu. Proses pengecapan dilakukan setelah proses pengujian karena untuk mengantisipasi kalau ada lampu yang rusak, sehingga lampu yang rusak tidak akan dicap. Hal tersebut untuk mengefektifkan biaya yang dikeluarkan.
C. Proses pengemasan lampu. Lampu pijar yang telah lolos uji dan dicap akan masuk ke proses pengemasan. Proses pengemasan lampu pijar ini akan dilakukan sebanyak dua kali, yaitu pengemasan menggunakan kotak kecil dan kotak besar.
1. Proses pengemasan kotak kecil. Proses pengemasan pertama yang dilewati oleh lampu yang lolos uji adalah proses pengemasan kotak kecil yang hanya berisi 1 lampu pijar tiap kotaknya.
2. Proses pengemasan kotak besar. Pada proses pengemasan ini, kotak yang digunakan adalah lebih besar dibandingkan dengan kotak sebelumnya. Tiap kotak besar ini berisi 6 kotak kecil.

2.3. Hipotesis
Berdasarkan landasan teori, maka dengan pemakaian PLC pada proses pengujian, pengecapan dan pengemasan lampu pijar, hasil yang akan diperoleh akan lebih baik jika dibandingkan dengan menggunakan peralatan konvensional, karena dengan menggunakan PLC, lampu yang akan dicap dan dikemas adalah lampu yang benar-benar telah lulus uji dan dapat dipastikan bahwa lampu tersebut adalah lampu yang baik dan dapat menyala, hal tersebut dapat memaksimalkan penggunaan biaya. PLC memiliki kelebihan seperti wiring lebih sedikit, perawatan mudah, pelacakan kesalahan sistem lebih sederhana, konsumsi daya relatif rendah, dokumentasi gambar sederhana dan serta modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.

BAB III
CARA PENELITIAN

Penelitian diawali dengan proses perancangan, dengan perancangan tersebut dapat diketahui alat dan bahan yang diperlukan. Tetapi sebelum dilakukan perancangan ada hal-hal yang perlu dipersiapkan, yaitu pengetahuan tentang peralatan pendukung sistem yang akan digunakan serta spesifikasi sistem kendali yang akan dirancang. Perancangan sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar meliputi perancangan perangkat keras (hardware), perangkat lunak (software) dan sistem pengkabelan.

3.1. Bahan Penelitian
Pada perancangan perangkat keras sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar ini, bahan-bahan yang digunakan adalah sebagai berikut :
  1. Alumunium siku,
  2. Kayu,
  3. Seng,
  4. Roda mainan (4 buah),
  5. Optocoupler (7 buah),
  6. Limit switch (2 buah),
  7. Motor DC 12V (6 buah),
  8. Baut dan mur,
  9. Lem,
  10. Karpet,
  11. Kabel,
  12. Relay (9 buah),
  13. Karet mekanik,
  14. Tali nilon,
  15. Laker (8 buah) dan bahan-bahan penunjang lainnya.

3.2.Alat Penelitian

Tentu saja dalam pembuatan dan pengoperasian perangkat keras pada perancangan ini, diperlukan alat-alat dalam pembuatannya, seperti :
  1. PLC merk Omron Sysmac CPM1A dengan 12 input dan 8 output,
  2. Komputer,
  3. Bor listrik,
  4. Solder,
  5. Obeng,
  6. Tang,
  7. Gunting dan alat-alat penunjang lainnya.

3.3.Jalan Penelitian

Setelah bahan dan alat yang digunakan telah tersedia, maka langkah selanjutnya dalam pembuatan simulasi sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar ini adalah menentukan langkah-langkah apa saja yang akan ditempuh.

3.3.1. Perancangan perangkat keras

Bentuk perangkat keras dari sistem penguji dan pengemas lampu pijar yang dibuat dapat dilihat pada gambar 3.1.
Gambar 3.1. Miniatur alat penguji dan pengemas lampu pijar

Untuk lebih mempermudah dalam memahami perangkat keras penguji dan pengemas lampu pijar ini, maka perangkat keras tersebut dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian perangkat penguji dan pengecap lampu pijar serta bagian konveyor.

A. Perangkat penguji dan pengecap lampu pijar. Seperti yang telah dikemukakan pada bahan dan alat penelitian, maka secara khusus bahan dan alat yang digunakan untuk membuat perangkat keras penguji dan pengecap lampu pijar ini adalah : alumunium siku, 6 batang kayu dengan tinggi ± 30 cm, seng, 4 buah roda mobil mainan, 3 buah motor DC 12V, 4 buah optocoupler, 2 buah limit switch, baut, mur, kabel, 6 buah relay, karet mekanik dan beberapa bahan penunjang lainnya.
Gambar 3.2. Miniatur alat penguji dan pengecap lampu pijar

Gambar 3.3. Miniatur pendorong lampu tampak samping

B. Konveyor. Seperti halnya bahan dan alat dalam pembuatan sistem penguji dan pengemas lampu pijar, bahan pembuatan konveyor ini telah dikemukakan pada bahan dan alat penelitian, namum bahan dan alat yang digunakan secara khusus adalah sebagai berikut : 4 buah kayu ukuran ± 19 cm untuk konveyor 1 dan ukuran ± 8 cm untuk konveyor 2, alumunium siku, 2 buah motor DC 12V, tali nilon, 3 buah optocoupler, mur, baut, kabel, karet mekanik, 8 buah laker dan bahan-bahan penunjang lainnya.
Gambar 3.4. Miniatur konveyor 1

Gambar 3.5. Miniatur konveyor 2

Gambar 3.6. Miniatur konveyor tampak samping

Perangkat keras pada sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar ini dapat pula dikelompokkan berdasarkan kegunaannya yaitu sebagai peralatan masukan/input, peralatan keluaran/output dan peralatan pengendali.

C. Peralatan masukan/input, merupakan peralatan yang digunakan untuk memberikan instruksi kepada PLC untuk menjalankan peralatan keluaran/output secara otomatis, dan peralatan yang digunakan sebagai peralatan masukan/input tersebut adalah sebagai berikut :

1. Push button, merupakan saklar sekali tekan yang dapat dilogikakan sebagai saklar NO maupun saklar NC. Saklar ini akan berfungsi sebagai penghubung apabila saklar ini dilogikakan sebagai saklar NO, dan saklar ini akan berfungsi sebagai pemutus apabila saklar ini dilogikakan sebagai saklar NC. Untuk mempertahankan keadaan terhubung atau terputus, maka saklar ini pada diagram ladder-nya harus ditambahkan pengunci. Pada perancangan ini menggunakan dua buah push button yang digunakan sebagai tombol start dan tombol stop.

2. Optocoupler (OC), terdiri dari tiga bagian, yaitu bagian pemancar (photo dioda), penerima (photo transistor) dan penguat. Optocoupler bekerja berdasarkan cahaya, bagian pemancar dan penerima alat ini diletakkan secara terpisah pada jarak tertentu yang digunakan sebagai pendeteksi benda. Pada perancangan ini digunakan 7 buah optocoupler, yaitu :
a) Input 2 (OC1), digunakan untuk mengaktifkan motor pendorong lampu,
b) Input 5 (OC5), digunakan untuk mengaktifkan alat penguji lampu,
c) Input 6 (OC3), digunakan untuk mengaktifkan alat pengecap,
d) Input 7 (OC4), digunakan untuk mendeteksi lampu yang jatuh ke kotak kecil dan sekaligus untuk mengaktifkan konveyor 1,
e) Input 8 (OC5), digunakan untuk menghentikan konveyor 1 apabila ada kotak yang melewatinya,
f) Input 9 (OC6), digunakan untuk mendeteksi kotak yang melewatinya dan sekaligus digunakan sebagai counter, sehingga kotak besar dapat berisi sesuai dengan kapasitasnya, yaitu 6 kotak kecil,
g) Input 10 (OC7), digunakan untuk menghentikan konveyor 2 apabila ada kotak yang melewatinya.

3. Limit Switch (LS), mempunyai kegunaan yang sama dengan push button, hanya saja bentuknya yang berbeda. Seperti halnya push button, limit switch juga dapat difungsikan sebagai masukan logika NO/NC. Pada perancangan ini menggunakan 2 buah limit switch yang dilogikakan sebagai saklar NO dan NC untuk memberi masukan ke PLC, kedua limit switch tersebut adalah sebagai berikut :
a) Input 1 (LS1), digunakan untuk menghentikan motor pendorong lampu, limit switch ini dilogikakan sebagai saklar NO,
b) Input 3 (LS2), digunakan untuk membalik polaritas atau mengembalikan motor pendorong lampu ke posisi semula, limit switch ini dilogikakan sebagai saklar NC.

4. Relay (DC 24V), selain digunakan untuk memisahkan tegangan yang berbeda dari suatu peralatan masukan atau keluaran dengan tegangan PLC, relay pada perancangan kali ini juga digunakan sebagai masukan yang memberikan isyarat masukan kepada PLC apabila lampu yang diuji baik dan menyala. Relay dihubung seri dengan lampu yang diuji sehingga apabila lampu yang diuji baik dan menyala, maka arus akan mengaktifkan relay untuk memberikan isyarat masukan kepada PLC.

5. Catu daya, digunakan untuk peralatan masukan dan peralatan keluaran. Catu daya ini menggunakan tegangan DC 12V.

D. Peralatan keluaran/output, digunakan untuk merealisasi perintah yang diberikan oleh peralatan masukan melalui PLC, dan peralatan keluaran yang digunakan antara lain adalah :
1. Motor listrik, yang digunakan adalah motor DC 12V yang berjumlah 6 buah yang digunakan untuk :
a) Motor 1 digunakan untuk menggerakkan pembuang lampu pijar yang tidak menyala,
b) Motor 2 digunakan untuk menggerakkan penguji lampu pijar,
c) Motor 3 digunakan untuk menggerakkan pengecap lampu naik dan turun,
d) Motor 4 digunakan untuk menggerakkan konveyor 1,
e) Motor 5 digunakan untuk menggerakkan konveyor 2,
f) Motor 6 digunakan untuk menggerakkan pendorong lampu maju dan mundur.

2. Konveyor, digunakan sebagai jalur pengangkut kotak kecil lampu dan kotak besar lampu yang berisi 6 kotak kecil lampu. Ada dua macam ukuran konveyor yang digunakan. Untuk konveyor 1 yang digunakan untuk mengangkut kotak kecil lampu berukuran 5 x 71 cm, dan konveyor 2 yang digunakan untuk mengangkut kotak besar berukuran 10 x 82 cm.
3. Relay (DC 12V), merupakan saklar yang dapat digunakan sebagai pemisah antara PLC dan peralatan masukan atau keluaran yang memiliki tegangan yang berbeda, sehingga akan aman apabila tegangan PLC dan tegangan alat berbeda.
a) Relay 1 digunakan untuk mengaktifkan motor pembuang lampu pijar yang tidak menyala,
b) Relay 2 digunakan untuk mengaktifkan motor penguji lampu pijar,
c) Relay 3 digunakan untuk mengaktifkan motor pengecap lampu naik,
d) Relay 4 digunakan untuk mengaktifkan motor pengecap lampu turun,
e) Relay 5 digunakan untuk menggerakkan konveyor 1,
f) Relay 6 digunakan untuk menggerakkan konveyor 2,
g) Relay 7 digunakan untuk mengaktifkan motor pendorong lampu mundur (ke posisi awal),
h) Relay 8 digunakan untuk mengaktifkan motor pendorong lampu maju,


3.3.2. Perangkat kendali
Gambar 3.7. Alur kerja sistem penguji dan pengemas lampu pijar

Sebelum masuk ke dalam proses ini, tentu saja lampu pijar telah melewati berbagai macam proses pengujian yang lain. Dalam sistem ini hanya akan dibahas dan dibuat simulasi alat penguji nyala lampu dan pengemasan lampu pijar. Lampu yang masuk ke dalam proses ini akan diuji apakah lampu tersebut nyala atau tidak, apabila tidak menyala, maka lampu tersebut akan dibuang, dan apabila lampu tersebut menyala, maka lampu tersebut akan masuk ke dalam tahap selanjutnya, yaitu tahap pengecapan dan tahap pengemasan kotak kecil serta kotak besar yang berisi 6 kotak kecil. Urutan kerja alat tersebut dapat dilihat pada gambar 3.7.
Secara umum, proses yang harus dilewati oleh sistem ini adalah proses pengujian, pengecapan dan pengemasan kotak kecil serta kotak besar.

A. Perangkat penguji dan pengecap lampu pijar. Perangkat keras pada sistem ini akan memulai kerjanya apabila ada lampu (L1) dari proses produksi lain masuk ke dalam sistem ini yang mengaktifkan optocoupler 1 (OC1). Dengan terputusnya infra merah pada OC1 akan mengakibatkan motor pendorong (M6) mendorong lampu (L1) menuju posisi lampu berikutnya (L2). Selain diaktifkan oleh OC1, motor pendorong (M6) juga diaktifkan oleh motor pembuang (M1), motor penguji (M2), motor pengecap (M3) dan sensor kotak kecil pada konveyor 1 (OC5). Motor pendorong (M6) akan bergerak sampai menyentuh LS2. LS2 yang tertekan akan membalik polaritas M6 dan akan mengakibatkan M6 berputar balik menuju LS1, dan LS1 akan mematikan putaran M6.
Apabila ada lampu yang menghalangi infra merah dari OC2, maka M2 akan aktif sebagai penggerak dari alat penguji lampu pijar. Apabila lampu pijar baik, maka akan mengaktifkan relay yang dihubungkan dengan alamat masukan PLC. Dengan terkirimnya sinyal keadaan ini ke alamat masukan PLC, maka akan mengaktifkan motor pendorong (M6) untuk mendorong lampu di posisi L2 ke posisi selanjutnya yaitu posisi L3. Pada pengujian lampu di posisi L2, setelah M2 aktif menggerakkan alat penguji lampu, maka pada saat yang sama M2 juga mengaktifkan internal timer pada PLC untuk mengantisipasi apabila lampu yang diuji ternyata putus/tidak baik. Apabila hal itu terjadi, maka setelah 3 detik M1 akan aktif menggerakkan alat pembuang lampu. Setelah M1 aktif, motor pendorong (M6) akan aktif kembali.
Setelah melewati posisi L2, lampu yang baik akan didorong ke posisi L3 untuk dicap. Motor M3 yang berfungsi menggerakkan alat pengecap akan berfungsi apabila infra merah OC3 terputus. Motor M3 juga merupakan motor dua putaran yang dapat menggerakkan pengecap lampu naik dan turun. Fungsi lain dari motor M3 adalah untuk mengaktifkan motor pendorong (M6). Setelah lampu dicap, maka lampu akan didorong ke proses selanjutnya yaitu proses pengemasan.


B. Konveyor 1 (kecil), digerakkan oleh motor M4 dan akan mulai berjalan apabila infra merah OC4 terputus oleh lampu yang melewatinya. Sedangkan OC5 pada konveyor ini berfungsi untuk menghentikan putaran motor apabila ada kotak yang melewatinya. Putaran konveyor ini juga akan terhenti apabila infra merah OC7 pada konveyor 2 tidak terputus. Jadi dapat disimpulkan bahwa konveyor ini akan bekerja apabila ada lampu yang jatuh dari alat penguji lampu, dan akan berhenti apabila ada kotak kecil yang siap menerima lampu dari alat penguji dan atau tidak ada kotak besar yang siap untuk menampung kotak-kotak kecil dari konveyor 1 ini di konveyor 2.
C. Konveyor 2 (besar). Prinsip kerja konveyor 2 ini sama dengan konveyor 1. konveyor 2 ini digerakkan oleh motor M5 yang akan bergerak apabila OC6 yang digunakan untuk mengaktifkan internal counter dilewati oleh 6 buah kotak kecil dan akan berhenti apabila OC7 terlewati oleh kotak besar.

3.3.3. Sistem pengkawatan rangkaian
Sistem pengkawatan merupakan faktor terpenting yang harus diperhatikan dalam perancangan sistem ini. Apabila pengkawatan keliru, maka semua peralatan tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya dan dapat mengakibatkan kerusakan pada peralatan tersebut.
Untuk memudahkan dalam merancang sistem pengkawatan, terlebih dahulu dibedakan komponen-komponen masukan dan keluarannya, hal ini dimaksudkan supaya mempermudah dalam pembagian penggunaan catu daya seperti terlihat pada gambar 3.8.
Gambar 3.8. Blok diagram pengkawatan I/O dengan PLC

A. Sistem pengkawatan komponen masukan/input, pada dasarnya adalah menghubungkan peralatan masukan dengan terminal yang akan dihubungkan ke alamat PLC. Pada perancangan sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar ini ada tiga macam masukan yang digunakan, yaitu :
1. Push button, merupakan saklar yang mempunyai dua buah kaki. Mekanisme penyambungannya adalah dengan menyambungkan salah satu kakinya ke alamat PLC dan kaki yang lainnya ke alamat Com PLC seperti terlihat pad gambar 3.9.
Gambar 3.9. Pengkawatan push button dengan PLC

2. Optocoupler. Rangkaian penguat Optocoupler ditunjukkan pada gambar 3.10. Prinsip kerja rangkaian ini adalah jika cahaya infra merah yang dipancarkan oleh photo dioda mengenai photo transistor, maka arus yang cukup besar mengalir masuk menuju resistor variabel dan basis transistor C828 yang pertama. Arus yang masuk basis digunakan untuk memicu transistor agar aktif mengalirkan arus dari kolektor ke emitor. Arus dari emitor tersebut digunakan untuk memicu basis transistor C828 yang kedua sehingga transistor aktif dengan mengalirkan arus dari kolektor menuju emitor. Dengan adanya aliran arus dari kolektor tersebut, maka ada tegangan yang cukup pada kolektor yang dapat digunakan untuk mengaktifkan alamat masukan PLC. Namun jika cahaya dari infra merah terhalang oleh suatu benda yang mengakibatkan cahaya tersebut tidak mengenai photo transistor, maka basis dari transistor tidak akan terpicu yang mengakibatkan alamat masukan PLC tidak aktif.
Gambar 3.10. Rangkaian penguat optocoupler

3. Limit Switch, merupakan saklar yang memiliki tiga kaki, yaitu kaki 0 (nol), kaki NO dan kaki NC. Pada perancangan ini, semua kaki limit switch digunakan. Prinsip pengkawatan dan prinsip kerja saklar ini sama dengan seperti push button dan dapat dilihat pada gambar 3.11.
Gambar 3.11. Pengkawatan limit switch sebagai saklar NO dan NC

4. Relay, digunakan sebagai indikator nyala lampu dan sekaligus sebagai masukan ini menggunakan relay 5 pin DC 24V. Sistem pengkawatannya dapat dilihat pada gambar 3.12.
Gambar 3.12. Pengkawatan relay sebagai masukan PLC

B. Sistem pengkawatan komponen keluaran/output. Hanya ada satu macam komponen keluaran yang digunakan pada perancangan ini, yaitu motor DC 12V. Proses pengkawatan untuk motor DC 12V ini menggunakan dua macam cara, yaitu pengkawatan untuk motor satu putaran (putar kanan atau kiri saja) dan motor dua putaran (putar kanan dan kiri). Pada pengkawatan motor satu putaran menggunakan relay 5 pin, dan untuk motor dua putaran menggunakan relay 8 pin.

1. Motor DC satu putaran. Sistem pengkawatan motor DC satu putaran dengan output PLC dapat dilihat pada gambar 3.13.
                              Gambar 3.13. Sistem pengkawatan motor DC satu putaran

Prinsip kerja dari rangkaian tersebut adalah jika keluaran mendapatkan sinyal yang berasal dari masukan yang dikendalikan PLC, maka seolah-olah akan menyambungkan alamat keluaran dengan saluran Com PLC. Hal tersebut akan mengaktifkan relay, dengan aktifnya relay, maka arus akan mengalir dari catu daya keluaran melalui motor.

2. Motor DC dua putaran. Karena menggunakan motor DC, maka apabila kita menginginkan untuk membalik putaran motor tersebut, kita hanya perlu membalik polaritasnya. Hal tersebut dapat dilakukan secara otomatis dengan menggunakan relay 8 pin. Untuk menjalankan motor ini digunakan dua alamat keluaran PLC, satu alamat digunakan untuk menggaktifkan catu daya motor (mengaktifkan terminal B dan D), dan alamat yang lain digunakan untuk mengaktifkan relay (mengaktifkan terminal A dan C). Sistem pengkawatannya dapat dilihat pada gambar 3.14.
Gambar 3.14. Sistem pengkawatan motor DC dua putaran

3.3.4. Pengalamatan antara modul dengan masukan-keluaran (I/O)
Hubungan antara perangkat keras dan perangkat lunak harus dihubungkan sebaik mungkin untuk mensukseskan pengoperasian program dalam membentuk suatu sistem yang diinginkan. Pengalamatan disini adalah penyambungan antara peralatan input/output (I/O) dengan modul input/output (I/O) dari PLC sebagai unit pengendalinya. Pada pengalamatan perancangan sistem ini terdiri dari 12 masukan dan 8 keluaran, hal tersebut berarti sistem ini memiliki 12 modul masukan dan 8 modul keluaran yang harus disediakan oleh PLC. Hubungan antara peralatan masukan dengan modul masukan dan hubungan antara peralatan keluaran dan modul keluaran terhubung sesuai dengan pengalamatan operasi programnya dimana nantinya akan membentuk suatu sistem kerja yang diinginkan.

A. Pengalamatan modul dengan masukan/input. Pada penulisan nomor alamat harus sesuai dengan aturan yang ditetapkan oleh produsen. Pengalamatan antara peralatan masukan dengan modul masukan disimbolkan dengan 00XXX yang berarti bahwa peralatan tersebut dihubungkan dengan alamat modul masukan XXX sebagai masukan (00).
1. Alamat 00001 yang berupa alamat modul masukan 001 yang dihubungkan dengan peralatan masukan limit switch 1 yang dimisalkan sebagai saklar NO yang bekerja untuk mematikan motor pendorong lampu,
2. Alamat 00002 yang berupa alamat modul masukan 002 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 1 yang digunakan sebagai sensor penggerak motor pendorong lampu,
3. Alamat 00003 yang berupa alamat modul masukan 003 yang dihubungkan dengan peralatan masukan limit switch 2 yang dimisalkan sebagai saklar NC yang bekerja untuk membalik polaritas motor pendorong lampu,
4. Alamat 00004 yang berupa alamat modul masukan 004 yang dihubungkan dengan relay yang digunakan untuk memberikan isyarat masukan ke PLC,
5. Alamat 00005 yang berupa alamat modul masukan 005 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 2 yang digunakan sebagai sensor penggerak penguji lampu dan timer serta pembuang lampu yang tidak baik,
6. Alamat 00006 yang berupa alamat modul masukan 006 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 3yang digunakan sebagai sensor penggerak pengecap lampu,
7. Alamat 00007 yang berupa alamat modul masukan 007 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 4 yang digunakan untuk mengaktifkan konveyor 1 dan sebagai penanda jatuhnya lampu ke kotak kecil,
8. Alamat 00008 yang berupa alamat modul masukan 008 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 5 yang bekerja untuk mematikan putaran konveyor 1 apabila ada kotak yang melewatinya,
9. Alamat 00009 yang berupa alamat modul masukan 009 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 6 yang berfungsi sebagai counter lampu yang jatuh ke kotak besar di konveyor 2
10. Alamat 00010 yang berupa alamat modul masukan 010 yang dihubungkan dengan peralatan masukan optocoupler 7 yang berfungsi untuk mematikan putaran konveyor 2 apabila ada kotak yang melewatinya,
11. Alamat 00011 yang berupa alamat modul masukan 011 yang dihubungkan dengan peralatan masukan push button 1 yang bekerja untuk memulai sistem,
12. Alamat 00000 yang berupa alamat modul masukan 000 yang dihubungkan dengan peralatan masukan push button 2 yang bekerja untuk mengakhiri sistem, tombol ini digunakan sebagai tombol darurat apabila sistem ini mengalami suatu error.

B. Pengalamatan modul dengan keluaran/output. Seperti halnya pengalamatan modul dengan masukan, pengalamatan modul dengan keluaran juga harus disesuaikan dengan aturan yang ditetapkan oleh produsen. Pengalamatan antara peralatan keluaran dengan modul keluaran disimbolkan dengan 01XXX yang berarti bahwa peralatan tersebut dihubungkan dengan alamat modul keluaran XXX sebagai keluaran (01).
1. Alamat 01001 yang berupa alamat modul keluaran 001 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak pembuang lampu (M1),
2. Alamat 01002 yang berupa alamat modul keluaran 002 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak penguji lampu (M2),
3. Alamat 01003 yang berupa alamat modul keluaran 003 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak pengecap lampu naik (M3),
4. Alamat 01004 yang berupa alamat modul keluaran 004 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak pengecap lampu turun (M3),
5. Alamat 01005 yang berupa alamat modul keluaran 005 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak konveyor 1 (M4),
6. Alamat 01006 yang berupa alamat modul keluaran 006 yang dihubungkan dengan relay yang mengaktifkan motor penggerak konveyor 2 (M5)
7. Alamat 01007 yang berupa alamat modul keluaran 007 yang dihubungkan dengan relay yang digunakan untuk mengaktifkan motor penggerak pendorong lampu ke posisi awal/mundur (M6)
8. Alamat 01000 yang berupa alamat modul keluaran 000 yang digunakan untuk mengaktifkan relay pembalik polaritas motor penggerak pendorong lampu sehingga motor pendorong lampu akan bergerak maju (M6).

3.3.5. Pemrograman dengan diagram ladder
Pada pembuatan program PLC dengan menggunakan diagram ladder, biasanya digunakan dengan komputer ataupun programming console. Pembuatan program disesuaikan dengan PLC yang akan digunakan. Pada pembuatan program sistem ini menggunakan komputer dan PLC merk Omron Sysmac CPM1A dengan 12 masukan dan 8 keluaran. Diagram ladder untuk perancangan sistem pengemasan lampu pijar ini dapat dilihat pada lampiran.


BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1.Hasil Penelitian
Percobaan alat dilakukan setelah melalui beberapa tahapan perancangan sistem seperti terlihat pada BAB III. Langkah-langkah perancangan tersebut yaitu dengan menentukan spesifikasi model (pemodelan) sistem, mengklasifikasikan peralatan pendukung yang digunakan, pengkawatan masing-masing komponen, kemudian melakukan perancangan sistem dari perangkat keras dan perangkat lunak untuk dilakukan pengalamatan I/O dan pemrogramannya.
Pelaksanaan percobaan alat tesebut dilakukan setelah melakukan perancangan, dimaksudkan untuk mempelajari karakteristik sistem yang dirancang. Dengan mengidentifikasi permasalahan yang timbul dan pemecahan kendala yang dihadapi diharapkan dapat memperoleh kinerja sistem yang baik. Untuk itu simulasi dilakukan pada masing-masing bagian sistem seperti pada gambar 3.1. dengan menggunakan push button 1 (NO) sebagai tombol start dan push button 2 (NO) sebagai tombol stop sekaligus sebagai tombol darurat bila terjadi kesalahan pada kinerja sistem.

4.1.1. Perangkat penguji dan pengecap lampu pijar
Pada perangkat penguji dan pengecap lampu pijar ini dibagi menjadi beberapa bagian instruksi. Hal pertama yang dilakukan pada percobaan alat ini adalah dengan memberikan program diagram ladder yang dapat dilihat pada lampiran 2. Dari diagram ladder yang diberikan dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian sesuai dengan daerah kerja masing-masing alat tersebut, yaitu :
  1. Motor pendorong lampu akan bergerak maju dijalankan oleh diagram ladder 1, 2, 3, 9, 12, dan 15. Dari diagram ladder tersebut dapat dilihat bahwa gerak maju motor ini diaktifkan oleh terhalangnya OC1 (00002), dan timer 002 yang diaktifkan oleh nyala lampu (00004), timer 005 yang diaktifkan oleh terhalangnya OC3 (00006), terhalangnya OC5 (00008), atau timer 0003 yang diaktifkan oleh M1 (1001), atau internal Counter 010 yang diaktifkan oleh LS2 (00003). Putaran motor pendorong lampu pijar ini dapat dimatikan oleh invers LS1 (00001) dan invers push button 2 (00000).
  2. Motor pendorong lampu kembali ke posisi awal (mundur) dijalankan oleh diagram ladder 1, 3, 9, 12, dan 15. Diagram ladder yang diberikan pada motor pendorong lampu pijar ini hampir sama dengan diagram ladder yang diberikan pada point 1, akan tetapi digram ladder pada point ini akan dikurangi satu, yaitu ladder 2 yang berfungsi untuk membalik polaritas dari motor penggerak pendorong lampu pijar ini. Yang digunakan untuk memutus ladder 2 adalah LS2 (00003).
  3. Penguji lampu dijalankan oleh diagram ladder 4, 5, 6, 7, 8 dan 9. Penguji lampu pijar ini akan langsung aktif apabila ada lampu yang menghalangi infra merah OC2 (00005). Penguji lampu ini akan mati apabila selama 3 detik lampu yang diuji tidak menyala/merespon, atau selama 1 detik apabila lampu yang diuji menyala/merespon.
  4. Pembuang lampu dijalankan oleh diagram ladder 6, 10, dan 12. Pembuang lampu ini akan aktif apabila lampu yang diuji selama 3 detik tidak menyala/merespon, Maka internal relay yang diaktifkan oleh OC2 (00005) yang digunakan untuk mematikan motor penguji lampu juga digunakan pula untuk mengaktifkan motor penggerak pembuang lampu.
  5. Pengecap lampu dijalankan oleh diagram ladder 14, 15, 16, dan 17. Motor pengecap lampu pijar ini akan diaktifkan oleh OC3 (00006). Pengecap lampu pijar ini akan berada di posisi bawah/mengecap selama 1 detik dan setelah itu akan kembali lagi ke posisi awal/atas.
Setelah mengetahui diagram ladder mana saja yang digunakan untuk mengaktifkan masing-masing motor penggerak yang digunakan, maka percobaan dilakukan dengan memberikan lampu pijar pada masing-masing point. Khusus untuk penguji lampu pijar, lampu yang digunakan ada dua macam yaitu lampu yang menyala dan yang tidak menyala, hal ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah penguji dan pembuang lampu ini berjalan dengan benar sesuai dengan diagram ladder yang diberikan. Dan untuk motor pendorong lampu, dorongan motor pendorong akan berhenti setelah mendorong 5 buah lampu apabila belum ada kotak yang siap menampung lampu di konveyor 1.

4.1.2. Konveyor 1
Gerak konveyor 1 dijalankan oleh diagram ladder 18, 19, 21, dan 22. Konveyor 1 ini akan berjalan apabila telah ada kotak besar pada konveyor 2 yang siap menampung kotak-kotak kecil dari konveyor 1 dan ada lampu yang jatuh melewati OC 4 (00007). Percobaan dilakukan dengan meletakkan kotak kecil pada konveyor 1 dan menjatuhkan lampu pijar melewati OC4 (00007) sehingga dapat diketahui apakah konveyor 1 ini berjalan sesuai dengan perintah.

4.1.3. Konveyor 2
Gerak konveyor 2 dijalankan oleh digram ladder 23, 25, dan 26. Sistem kerjanya hampir sama dengan sistem kerja pada konveyor 1. Konveyor 2 ini akan langsung aktif apabila tombol start ditekan dan akan berhenti apabila ada kotak yang menghalangi infra merah OC7 (00010). Konveyor 2 ini akan berhenti sampai internal counter 7 (CNT007) diaktifkan oleh OC6 (00009) yang menandakan bahwa telah ada 6 buah kotak kecil yang yang melewatinya dan masuk ke dalam konveyor 2.
4.2.Pembahasan Hasil Percobaan
Serangkaian percobaan telah dilakukan pada masing-masing bagian sebanyak beberapa kali, dilakukan dengan pengujian kerja mekanik dan pengujian kerja sistem dengan menjalankan pemrograman diagram ladder-nya. Secara umum pengujian yang dilakukan ada dua cara yaitu pengujian tanpa menggunakan objek (lampu pijar dan kotak lampu) dan pengujian dengan menggunakan objek pendukung serta pembahasan pada masing-masing pengujian atau percobaan alat meliputi hal-hal yang diperoleh dan kendala-kendalannya.
Pada bagian penguji dan pengecap lampu pijar, sistem berjalan dengan baik sesuai dengan program yang dikehendaki, namun ada beberapa kendala yang ditemui pada perangkat keras sistem tersebut seperti kurang kuatnya motor penggerak pendorong lampu yang mengakibatkan lampu tidak dapat terdorong ke posisi yang semestinya. Kendala lain juga terdapat pada motor penguji lampu pijar yang tidak dapat secara tepat mengenai lampu pijar sehingga banyak lampu yang dianggap tidak baik/menyala, hal ini disebabkan karena posisi lampu pijar yang tidak tepat di posisi pengujian.
Pada sistem pengemasan lampu pijar berjalan sesuai dengan program yang diinginkan. Tetapi ada beberapa kendala yang dihadapi pada posisi jatuhnya lampu dari perangkat penguji ke konveyor 1 dan dari konveyor 1 ke konveyor 2 yang kadang-kadang tidak tepat pada posisi yang seharusnya.


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
Berdasarkan ulasan sebelumnya, maka dapat disimpulkan beberapa hal sebagai berikut :
1. Perancangan sistem pengujian dan pengemasan lampu pijar menggunakan PLC yang telah dibuat dapat berjalan dengan baik sesuai yang diharapkan,
2. Waktu tenggang sangat dibutuhkan dalam pengemasan lampu pijar untuk mengantisipasi jatuhnya lampu dari perangkat penguji ke perangkat pengemas, serta ketepatan jatuhnya lampu juga sangat diperlukan untuk menghindari terjadinya error,
3. Jumlah lampu yang dapat diuji dan dikemas ke dalam kotak besar tiap 1 jam adalah ± 20 buah lampu, karena tiap lampu memakan waktu ± 3 menit untuk diuji dan dikemas,
4. PLC merupakan suatu alat kendali yang memiliki banyak kelebihan jika dibandingkan dengan sistem konvensional seperti wiring lebih sedikit, perawatan mudah, pelacakan kesalahan sistem lebih sederhana, konsumsi daya relatif rendah, dokumentasi gambar sederhana serta modifikasi sistem lebih sederhana dan cepat.

5.2. Saran
Selama proses pelaksanaan tugas akhir ini diperoleh beberapa ide/saran yang dapat digunakan untuk meningkatkan mutu pendidikan yang ada di Sekolah Tinggi Teknologi Nasional, yaitu sebagai berikut :
1. Banyaknya simulasi alat pengontrolan berbasis PLC dapat digunakan untuk memperkaya materi praktikum pengaturan ataupun work shop PLC, sehingga dapat memperkaya pengetahuan mahasiswa dalam membuat dan mengendalikan program-program berbasis PLC,
2. Perangkat keras yang telah dibuat dengan menggunakan kendali PLC dapat digunakan pula untuk pengendali lainnya seperti micro controller,
3. Pada proses pengujian lampu dapat dikembangkan dengan menggunakan variasi tegangan seperti tegangan 110V, 220 V dan 250V, dan pada proses pengecapan, lampu harus dipegang erat supaya tidak bergerak pada saat dilakukan pengecapan,
4. Perlunya penyempurnaan pada perangkat keras proses pengujian dan pengemasan lampu pijar yang telah dibuat,
5. Kemampuan logika untuk mamanipulasi data masukan ataupun keluaran sangat membantu terselesaikannya program sesuai yang diinginkan.

No comments:

Post a Comment