Pengukuran
Koefisien Perpindahan Kalor Evaporasi Refrigeran Petrozon Rossy 12 di Dalam
Saluran Halus Horisontal.
Telah ditemukan refrigeran dari bahan alami (
hidrokarbon ) sebagai refrigeran alternatif. Diperlukan sifat termis dan fisis
bahan tersebut untuk keperluan perancangan. Di sini diuraikan salah satu
pengukuran salah satu sifat yaitu nilai koefisien perpindahan kalor evaporasi
Petrozon Rossy 12 di dalam saluran halus horisontal. Peralatan merupakan system
kompresi uap sederhana yang dimodifikasi. Seksi uji merupakan penukar kalor
pipa ganda konsentris. Pipa dalam adalah pipa tembaga sepanjang 80 cm dengan diameter
dalam 16,6 mm dan diameter luar 18,85 mm. Pipa luar menggunakan pralon
berdiameter 2 inchi. Parameter yang divariasi adalah laju aliran massa, tekanan
evaporasi, dan kualitas. Hasil penelitian menunjukkan bahwa nilai koefisien
akan turun dengan naiknya kualitas untuk berbagai tekanan evaporasi dan laju
aliran massa. Nilai koefisien lebih tinggi untuk laju aliran massa dan tekanan
evaporasi yang lebih besar.
Kata Kunci : koefisien, evaporasi, refrigeran, hidrokarbon,
horisontal
I. PENDAHULUAN
Dalam perancangan sistem pendingin kompresi uap perlu diperhatikan
sifat-sifat fisis dan termis fluida kerjanya ( refrigerant ). Refrigeran yang
beredar di pasaran dapat digolongkan menjadi empat jenis berdasarkan unsur
pembentuknya, yaitu : CFC ( Chloro Fluoro Carbon ), HCFC ( Hydro
Chloro Fluoro Carbon ), HFC ( Hydro Fluoro Carbon ), refrigeran
hidrokarbon.
Refrigeran jenis CFC dan HCFC menurut penelitian merupakan zat
yang dapat merusak lapisan ozon. Sedang refrigeran jenis HFC dapat menyebabkan
pemanasan global dan dapat bertahan lama di atmosfer sehingga akan menimbulkan efek rumah kaca.
pemanasan global dan dapat bertahan lama di atmosfer sehingga akan menimbulkan efek rumah kaca.
Dari efek lingkungan tersebut, diperlukan refrigeran alternatif
yang ramah lingkungan. Petrozon adalah refrigeran jenis hidrokarbon yang telah
dikembangkan Pertamina. Untuk itu perlu diketahui sifat-sifat fisis dan
termisnya yang akan bermanfaat dalam perancangan suatu sistem pendingin.
Dalam sistem pendingin siklus kompresi uap, refrigeran mengalami
proses perubahan fasa dari fasa cair menjadi fasa uap di bagian evaporator dan
dari fasa uap menjadi fasa cair di bagian kondensor. Sehingga di sini akan
diusulkan penelitian salah satu sifat yang penting dalam perancangan
evaporator, yaitu koefisien perpindahan kalor evaporasi Petrozon Rossy 12 dalam
saluran halus horisontal.
II.
TUJUAN PENELITIAN
1.
Menentukan koefisien perpindahan kalor evaporasi Petrozon Rossy 12 di dalam
saluran halus horizontal.
III. LANDASAN TEORI
3.1
Pola Aliran
Dalam evaporator, refrigeran mengalami pemanasan oleh lingkungan
sehingga refrigeran berubah fasa dari fasa cair menjadi fasa uap. Sehingga
sangat penting untuk mengetahui bagaimana fasa-fasa tersebut terdistribusi
dalam saluran. Distribusi fasa-fasa ini dikenal sebagai pola aliran.
Di
dalam tabung evaporator, fraksi massa cairan turun sepanjang tabung
menghasilkan serangkaian pola aliran. Jika fluida masuk sebagai cairan sub
dingin, gelembung terbentuk pada dinding tabung yang dipanasi ( nukleasi ).
Selanjutnya terjadi aliran gelembung ( bubble flow ), aliran sumbat cair
atau kantung udara ( plug flow ), aliran acak atau semi cincin ( churn
flow atau semi-annular flow ), aliran cincin ( annular flow ),
aliran cincin semprot ( spray-annular flow ), dan aliran kabut tetes ( mist
flow ) dengan naiknya fraksi uap.
Untuk
laju aliran massa tinggi ( > 200 kg/m2.s ), aliran cincin dengan sedikit
butiran cairan ( drop ) dalam inti uap ( vapor core ) dapat
berlangsung lama, mulai kualitas rendah sampai kualitas lebih dari 0.9.
Sedang untuk laju aliran massa rendah ( < 200 kg/m2.s ),
mula-mula cairan hanya menempati bagian sebelah bawah tabung. Hal ini
menyebabkan jenis aliran bergelombang pada kualitas uap di atas 0.05. Dengan
naiknya kecepatan uap akibat evaporasi, antar muka akan terganggu sehingga
terbentuk aliran cincin dengan lapisan cairan di bawah lebih tebal.
3.2
Koefisien Perpindahan Kalor Evaporasi
Sangat sulit untuk menentukan koefisien perpindahan kalor
evaporasi dalam saluran horisontal secara analitis. Sifat fluida baik sifat
fisis maupun sifat termis yang menentukan nilai koefisien tersebut berubah
karena terjadi perubahan fasa. Kondisi yang tidak simetri akibat pengaruh
gravitasi semakin menyulitkan analisis. Sehingga penentuan koefisien
perpindahan kalor evaporasi dilakukan secara eksperimental.
Namun begitu terdapat hal-hal yang perlu diperhatikan dalam
penentuan nilai koefisien perpindahan kalor evaporasi, yaitu : tegangan
permukaan ( σ ), perbedaan suhu dinding dengan suhu saturasi ( ΔT = Ts – Tsat ),
gaya badan akibat perbedaan densitas g( ρl – ρv ), kalor laten ( hfg ),
panjang karakteristik ( L ), dan sifat termofisika cairan dan uap ( μ, cp, k, ρ
)
Sehingga
koefisien perpindahan kalor evaporasi dapat dituliskan sebagai fungsi dari
sifat-sifat di atas, yaitu :
h=h[ΔT,g(ρl – ρg), hfg σ,L, ρ,Cp, k,μ] ( 1 )
Ada sejumlah korelasi empiris yang diusulkan untuk menghitung
koefisien perpindahan kalor evaporasi dengan kondisi-kondisi tertentu.
V. PERALATAN DAN CARA
PENELITIAN
5.1 Peralatan
Keterangan :
1. Kompresor 6. Katup
Ekspansi
2. Kondensor 7.
Heater
3. Filter-Dryer 8.
Seksi Uji
4. Orifice 9.
Evaporator
5. Manometer
5.2 Cara Penelitian
Parameter yang divariasi adalah laju aliran massa, tekanan
evaporasi, dan kualitas. Variasi laju aliran massa dilakukan dengan puli pada
motor berdiameter 3, 5 dan 7 inchi. Tekanan evaporasi divariasi dengan merubah
pembukaan katup ekspansi ( 75, 65 dan 55 psi ). Kualitas divariasi dengan heater
menggunakan voltage regulator. Termokopel tipe T dan pressure
gauge dipasang pada sistem untuk tingkat
keadaan. Pada seksi uji dipasang termokopel pada dinding luar ( 3 posisi ),
posisi di tengah saluran pada sisi masuk dan keluarnya. Termokopel juga
dipasang pada sisi air dalam annulus pada bagian masuk dan keluarnya.
Perpindahan kalor
antara dinding tabung dan refrigeran, Q :
Q = h. A. ( Tw,i – Tsat ) (
10 )
Sehingga koefisien
perpindahan kalor, h :
h = Q / [ A . ( Tw,i – Tsat ) ]
( 11 )
Suhu dinding dalam
tabung ( Tw,i
) ditentukan dari pengukuran suhu dinding luar saluran ( Tw,o )
dengan hubungan perpindahan kalor secara konduksi pada dinding.
Q = k . A. ( Tw,o - Tw,i ) /
t ( 12 )
Tw,i = Tw,o – Q
. t / ( k . A ) ( 13 )
di mana : Tw,o = (
Tw,o1 +
Tw,o2 +
Tw,o3 )
/ 3 ( 14 )
Q=mair . Cpair . ( Tair,2 – Tair,1 )
( 15 )
VI.
Hasil dan Pembahasan
Hasil perhitungan koefisien perpindahan kalor evaporasi untuk
variasi tekanan evaporasi dapat dilihat pada gambar 6 sedang untuk variasi laju
aliran massa disajikan dalam gambar 7.
Dari
grafik di atas dapat dilihat bahwa dengan laju aliran massa yang meningkat akan
menaikkan koefisien perpindahan kalor evaporasi meskipun tekanan evaporasinya
diubah. Laju aliran massa sebanding dengan bilangan Reynolds ( Re1 = 3288 untuk
D1 = 5”, Re2 = 4069 untuk D2 = 7” ). Hal ini disebabkan bilangan Nusselt
sebanding dengan bilangan Reynolds.
Nu =
a . Reb .
Prc dan
Nu = h . d / k
Dari grafik juga terlihat bahwa untuk suatu laju aliran massa,
dengan naiknya tekanan evaporasi akan menaikkan koefisien perpindahan kalor.
Hal ini disebabkan karena tekanan evaporasi akan menurunkan kalor laten. Dengan
turunnya kalor laten, jumlah kalor yang diperlukan untuk merubah fasa menjadi
sedikit. Untuk kondisi tekanan kritis, tidak diperlukan lagi kalor untuk merubah
fasa. Terdapat koeksistensi antara fasa cair dan fasa uap untuk tekanan di atas
tekanan kritis.
Dari grafik juga terlihat kecenderungan penurunan koefisien
perpindahan kalor dengan naiknya kualitas. Pada kualitas rendah, fasa cair yang
dominan akan membasahi dinding saluran. Perpindahan kalor dari dinding ke fasa
cair lebih baik dari pada ke fasa gas. Sehingga pertukanan kalor lebih baik
pada kualitas rendah. Perbedaan suhu dinding dalam dan suhu saturasi kecil
untuk kualitas rendah. Sehingga untuk masukan kalor yang sama, koefisien
perpindahan kalor lebih besar pada kualitas rendah. ( Ingat hokum Newton
tentang pendinginan, Q = h . A . ΔT ).
VII.
Kesimpulan
Dari
paparan di atas dapat disimpulkan sebagai berikut :
1.
Koefisien perpindahan kalor evaporasi dalam saluran mendatar naik dengan
naiknya laju aliran massa ( bilangan Re )
2.
Untuk suatu bilangan Re, kenaikan tekanan evaporasi akan menaikkan koefisien
perpindahan kalor evaporasi.
3.
Koefisien perpindahan kalor evaporasi cenderung turun dengan naiknya kualitas.
4.
Koefisien perpindahan kalor evaporasi dalam saluran mendatar untuk Petrozon
Rossy 12 lebih besar dari pada untuk Freon 12 untuk suatu bilangan Re yang sama
( heva,Rossy 12 = 1300 Btu/h.ft2.F dan heva,R12 = 450 Btu/h.ft2.F )
5.
Karena koefisien perpindahan kalor evaporasi lebih tinggi, Petrozon Rossy 12
membutuhkan massa yang lebih sedikit untuk suatu beban pendinginan yang sama
dibandingkan dengan Freon R12.
No comments:
Post a Comment