PEMBANGUNAN ENERGI LISTRIK TANPA HUTANG DAN INVESTOR
LUAR NEGERI. Kenaikan Tarif
Dasar Listrik ( TDL ) oleh PT ( Persero ) PLN, secara pasti akan membebani
konsumen dan memicu kenaikan harga-harga barang di pasaran. Namun di sisi lain,
bila PLN tidak menaikkan TDL maka pembangunan energi listrik akan terhenti dan
akan banyak masyarakat yang tidak merasakan energi listrik. Alasan kenaikan TDL
adalah mahalnya pembangunan energi listrik. Hal itu dikarenakan masih
menggantungkan pembiayaan pembangunan pada hutang dan investor luar negeri,
disamping komponen-komponennya yang masih import. Salah satu solusi yang
ditawarkan untuk menyelesaikan masalah tersebut adalah pembangunan energi
listrik 100% memanfaatkan sumber daya alam Indonesia dan pembuatan komponen
oleh industri dalam negeri atas arahan perguruan tinggi di Indonesia dengan
Sistem Manajamen Matriks
Kata Kunci :
Sumber Daya Alam, Industri Dalam Negeri, Perguruan Tinggi Dalam Negeri, Sistem
Manajemen Matriks
PERMASALAHAN
BARU DAN PERMASALAHAN LAMA
Isyu
kenaikan Tarif Dasar Listrik ( TDL ) mencuat kepermukaan saat PT PLN PERSERO
mempublikasikan tentang kerugian yang dialaminya. Tak pelak lagi, melalui lobby
ke DPR, akhirnya kenaikan TDL dikukuhkan sebagai solusi krisis energi listrik
di negeri ini ( Prayitno, 2002). Undang-undang Ketenagalistrikanpun dilahirkan
agar terdapat dasar hukum yang kuat bagi PLN untuk menaikkan TDL tiap tiga
bulan. Kenaikan tersebut jelas merupakan
pilihan yang sulit, di satu sisi akan menyebabkan mulplier effect, terutama naiknya harga-harga barang konsumsi, namun di sisi lain laba PLN tidak mencapai nilai ekonomis bagi investasi baru, yang itu berarti PLN tidak akan menambah pelanggan baru.Kendala utama bagi investasi baru adalah banyaknya komponen –komponen utama instalasi jaringan listrik yang harus impor, disamping beban hutang luar negeri pemerintah yang memang membesar akibat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US, sehingga pemerintah tidak mampu memberi subsidi yang cukup kepada PLN.Ini permasalahan baru.
pilihan yang sulit, di satu sisi akan menyebabkan mulplier effect, terutama naiknya harga-harga barang konsumsi, namun di sisi lain laba PLN tidak mencapai nilai ekonomis bagi investasi baru, yang itu berarti PLN tidak akan menambah pelanggan baru.Kendala utama bagi investasi baru adalah banyaknya komponen –komponen utama instalasi jaringan listrik yang harus impor, disamping beban hutang luar negeri pemerintah yang memang membesar akibat lemahnya nilai tukar rupiah terhadap dollar US, sehingga pemerintah tidak mampu memberi subsidi yang cukup kepada PLN.Ini permasalahan baru.
Di sisi lain,
terdapat keluhan klasik dari dan untuk berbagai institusi pendidikan tinggi.
Keluhan akan kurang dekatnya institusi Perguruan Tinggi dengan industri. Secara
khusus adalah belum terwujudnya hubungan yang mantap dan merata antara
Perguruan Tinggi Teknik dalam negeri dan dunia usaha dalam negeri. Kesinergisan
hubungan yang belum terealisasi tersebut adalah belum terwujudnya kebersamaan
unrtuk menciptakan berbagai produk teknologi. Ini adalah problem lama, ini
adalah permasalahan lama.
Berdasarkan dua
permasalahan di atas, memunculkan pemikiran selanjutnya, yaitu, mungkinkah
Pemerintah ( PLN ), Perguruan Tinggi dan Industri dalam negeri, secara
bersama-sama membangun suatu jaringan listrik baru, untuk pelanggan baru dengan
sumber daya alam yang di miliki oleh Negara Kesatuan Republik Indonesia, tanpa
menggantungkan pada komponen impor dan hutang luar negeri ? Mungkinkankah
kebersamaan tersebut menjadi solusi bagi krisis energi tanpa membebani
masyarakat sekaligus menciptakan hubungan yang harmonis antara PT dan dunia
industri ?
PEMBANGUNAN
ENERGI LISTRIK TANPA HUTANG LUAR NEGERI
Terdapat
beberapa hal yang bisa ditinjau untuk mewujudkan impian tersebut, antara lain :
1.
Sikap mental pengelola PLN, Perguruan Tinggi, dan Industri
2.
Political Will pemerintah
3.
Ketersediaan sumber daya alam
4.
Keyakinan akan kemampuan teknologi yang ada
5.
Sistem Manajamen yang efektif
Namun sebelum
satu persatu dibahas, ibarat Wright Brothers saat menciptakan pesawat
terbang, maka apa yang menjadi tawaran tulisan ini adalah semangat untuk membuat
pesawat terbang dan bukan sebuah pesawat terbang itu sendiri.
Sikap Mental
Terdapat
tiga pihak yang dituntut kekuatan mentalnya untuk mewujudkan hal ini, yaitu
pemerintah, PT dan industri. Kekuatan mental yang diharapkan adalah keseriusan,
kesungguhan kesabaran serta keberanian. Seperti kata Thomas Alpha Edison ‘for
1% inspiration, needed 99% perspiration’ . Salah satu sikap yang juga perlu
muncul adalah keyakinan terhadap diri sendiri. Keyakinan bahwa proyek ini dapat
terwujud, bahkan bila misalnya belum pernah ada satu negarapun yang
melaksanakaannya
Political Will
Pemerintah
Political
will pemerintah
Presiden John F Kennedy-lah yang merubah dongeng manusia menginjakkan kaki
kebulan dari menjadi sebuah kenyataan. Keseriusan pemerintah diwujudkan dengan
diterbitkannya berbagai dasar hukum bagi proyek bersama ini. Mulai dari ijin
akses terhadap informasi sumber daya alam, sampai pada penunjukkan pihak-pihak
yang ditugasi menggolkan poyek bersama ini.
Pertanyaan
yang kemudian muncul adalah darimana negara mendapatkan anggaran belanja untuk
kegiatan ini ? Jawabannya adalah dari sektor ekspor migas dan bahan mineral
yang lain. Namun disini yang perlu dicatat bahwa dana yang dianggarkan hanya
untuk menggaji pelaksana proyek ini dan bukan pembelian komponen-komponen
pembangkitan dan penyaluran energi listrik.Komponen-komponen utama tersebut
dibuat secara mandiri menggunakan sumber daya alam yang ada. Dengan demikian
tidak perlu anggaran untuk pembuatan komponen-komponen utama, sehingga lebih
murah dan tidak perlu hutang. Disini dibutuhkan keberanian pemerintah untuk
melakukan tidak membuka hutang baru bagi PLN.
Ketersediaan
Sumber Daya Alam
Indonesia
adalah sebuah negeri yang memliki sumber daya alam yang amat banyak termasuk
sumber mineral dan logam. Kemandirian yang ditawarkan adalah pembuatan
komponen-komponen utama pembangkitan dan penyaluran energi listrik secara
mandiri dengan mengandalkan sumber daya alam yang ada di negeri ini.
Kemungkinan potensi sumber daya alam Indonesia dalam memenuhi kebutuhan
pembangkitan dan penyaluran energi listrik dapat di lihat melalui tabel-tabel
di bawah ini.
Tabel 1 Komponen Utama Listrik dan
Bahan Bakunya ( disarikan dari Shawney,1990 )
Tabel 2 Komponen Utama Mesin dan
Bahan Bakunya ( disarikan dari Wildi, 1991)
Tabel 3 Komponen Utama Sipil dan
Bahan Bakunya
Tabel 4 Perkiraan Potensi Sumber Daya Alam Mineral Indonesia Per 1999
( Digdowirogo 2001, dalam
Prihatmoko, S 2002 )
Kemampuan Tekhnologi
Terdapat dua institusi yang
dituntut untuk mewujudkan teknologi pembuatan Komponen –komponen Utama Listrik,
Mesin dan Sipil , yaitu Perguruan Tinggi Dalam Negeri dan Industri Dalam
Negeri. Telah begitu banyak civitas akademika kampus Perguruan Tinggi Teknik
yang disekolahkan ke luar negeri, sehingga sudah banyak ilmuwan di negeri ini
yang memiliki kualitas secara akademis cukup tinggi. Tinggal bagaimana
pemerintah memberikan tantangan kepada ilmuwan-ilmuwan tersebut untuk membuat
komponen-komponen utama yang dibutuhkan dengan cara mendampingi industri dalam
proses perencanaan komponen samapi pembuatannya.
Sistem Manajemen Matriks
Munculnya hubungan yang efektif antara pemerintah, perguruan
tinggi dan industri menjadi persoalann penting berikutnya perlu dibahas.
Pemerintah membantu dengan memberikan perangkat hukum dan anggaran bagi gaji
pelaksana proyek ( perguruan tinggi dan industri ). Sedangkan perguruan tinggi
dan industri bekerjasama dalam pengadaan komponen utama. Adapun bentuk
kerjasamanya adalah sebagai berikut :
1. Ditentukan jumlah komponen utama, yang akan dibuat untuk sebuah
jaringan baru
2. Ditentukan jumlah PT dan Industri yang akan ditunjuk
3. Sebuah atau beberapa komponen utama ( misal A dan B )
dikerjakan mulai awal hingga akhir oleh Perguruan tinggi no 1 dan Industri no
2. Sedang komponen yang lain ( misal C ), dibuat oleh PT no 2 dan Industri no 1
dan seterusnya
4.
Kombinasi antara komponen utama, PT dan industri dapat dinyatakan sebagai
sebuah elemen matriks Aij. Dengan huruf menyatakan komponen utama,
baris-i menyatakan PT dan kolom-j menyatakan industri
5.
Beberapa elemen yang muncul kemudian digabungkan dalam sebuah matriks bernama Proyek.
6.
Proyek menyatakan spesifikasi dan sistem yang akan dibuat ( misal PLTU
500 MW )
Gambar 1 Bentuk Hubungan Pemerintah, Perguruan Tinggi dan Industri
Gambar 2 Sistem Manajemen Matriks Pembuatan Komponen Utama ,
melibatkan 5
Perguruan Tinggi dan 6 Industri
7.
Keuntungan sistem ini adalah memungkinkan beban pembuatan dan instalasi
komponen utama dapat terdistribusi
8.
Kelemahan sistem ini membutuhkan koordinasi yang mantap dan tidak boleh
acak-acakan
PENUTUP
DAN SARAN
Perwujudan kemandirian dalam pembangunan energi listrik, bukanlah
sebuah perkara teknis semata, namun juga melibatkan unsur politis-ekonomis.
Penelahaan lebih lanjut sangat dibutuhkan, terutama kevalidan data-data yang
dibutuhkan. Untuk itu penelitian-penelitian perlu dilakukan untuk lebih bisa
membumikan keinginan tersebut, meski dalam skala daerah.Namun upaya-upaya
penelitian yang dilakukan harus berlanjut pada meyakinkan pemerintah akan
keberhasilan dan kemudahan yang akan diperoleh dari proyek mandiri tersebut dan
inilah unsur politis-ekonomisnya.
No comments:
Post a Comment