Abstrak
Isu global warming yang banyak disebabkan oleh bahan bakar fosil BBM (bahan bakar minyak), mengakibatkan gas rumah kaca. Keberadaan gas rumah kaca tersebut yaitu karbon (C), karbon dioksida (CO2), methane (CH4), dan nitrous oksida (N2O) akan menghalangi panas meninggalkan bumi sehingga meningkatkan temperature suhu di bumi. Hal ini mengakibatkan perubahan iklim yang memicu terjadinya bencana alam sehingga mempengaruhi dan menurunkan kualitas kehidupan di lingkungan kita. Untuk mencegah berbagai dampak dari pemanasan global, dapat dilakukan dengan mengurangi atau menghentikan proses yang paling besar dalam memicu gas rumah kaca tersebut yaitu pembakaran bahan bakar fosil. Pengembangan biomassa sebagai sumber energi untuk substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca di atmosfir. PT. Madu Baru sudah memberikan sumbangsihnya kepada lingkungan untuk mengurangi efek gas rumah kaca dengan menggunakan biomassa sebagai bahan bakar energinya. Bahan bakar biomassa yang digunakan adalah ampas tebu yang merupakan limbah hasil dari produksi gula.
Kata kunci : global warming, gas rumah kaca, biomassa, ampas tebu.
1. PENDAHULUAN
Sumber energi terbarukan kini menjadi isu dunia yang mulai ramai dibicarakan. Negara maju berlomba menjadi yang terdepan dalam menjaga kualitas lingkungan. Berbagai sumber energi terbarukan ditengok, dipelajari, dan dieksploitasi. Banyak kemajuan yang dicapai dengan mengkonversi berbagai sumber energi menjadi energi untuk memenuhi kebutuhan transportasi , rumah tangga, kantor, dan industri.
Masalah lingkungan sebenarnya memiliki solusi yang berasal dari lingkungan juga. Problem gas rumah kaca dan krisis energi misalnya, bisa dijawab dengan berbagai sumber energi alternatif. Indonesia sebagai negara agraris yang beriklim tropis memiliki sumber daya energi potensial untuk membangun pembangkit listrik berbasis tenaga geothermal, tenaga air, tenaga angin, tenaga surya, gelombang laut, serta biomassa.
Dalam sektor energi, biomassa merujuk pada bahan biologis yang hidup atau baru mati yang dapat digunakan sebagai bahan bakar. Biomassa dapat digunakan secara langsung maupun tidak langsung. Dalam penggunaan tidak langsung, biomassa diolah menjadi bahan bakar. Sebelum mengenal bahan bakar fosil, manusia sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energi, misalnya dengan menggunakan kayu untuk menyalakan api unggun. Sejak manusia beralih pada minyak, gas bumi atau batu bara untuk menghasilkan tenaga, penggunaan biomassa tergeser dari kehidupan manusia.
Potensi biomassa yang besar di Indonesia mencapai 49.81 GW tidak sebanding dengan kapasitas yang terpasang yaitu sebesar 302.4 MW. Bila kita memaksimalkan potensi yang ada dengan menambah jumlah kapasitas terpasang, maka akan membantu bahan bakar fosil yang selama ini menjadi tumpuan dari penggunaan energi. Hal ini akan membantu perekonomian yang selama ini menjadi boros akibat anggaran subsidi bahan bakar minyak yang jumlahnya melebihi sektor lain. Indonesia memiliki potensi biomassa yang besar (dapat dilihat pada gambar 1.1). Umumnya biomassa berasal dari sisa-sisa/limbah hasil dari pertanian dan perkebunan, yaitu padi, tebu, kayu karet, sawit, serta limbah rumah tangga.
Gambar 1.1 Potensi Biomassa di Indonesia
Energi biomassa menjadi penting bila dibandingkan dengan energi terbarukan karena konversi menjadi energi listrik memiliki investasi yang lebih murah bila dibandingkan dengan jenis sumber energi terbarukan lainnya. Hal inilah yang menjadi kelebihan biomassa dibandingkan dengan energi lainnya.
Salah satu industri yang sudah memanfaatkan biomassa sebagai sumber energi alternatif adalah industri gula. Industri gula ternyata tidak hanya menghasilkan gula dan tetes saja. Banyak bagian dari tebu yang bernilai sangat komersial jika diberi sentuhan teknologi. Salah satunya adalah ampas tebu. Pada umumnya, pabrik gula di Indonesia memanfaatkan ampas tebu sebagai bahan bakar bagi pabrik yang bersangkutan, setelah ampas tebu tersebut mengalami pengeringan.
Industri gula yang sudah menggunakan biomassa sebagai sumber energinya adalah PT. Madu Baru yang terletak di daerah Bantul Yogyakarta.
PT. Madu Baru menggunakan ampas tebu sebagai sumber bahan bakar energi tambahan pada saat sedang giling. Jumlah kebutuhan listrik pada saat itu sangat besar dikarenakan pengoperasian berbagai macam mesin yang digunakan dalam proses produksi gula. Apabila hanya mengandalkan dari PLN saja kebutuhan listrik tersebut masih belum tercukupi. Sehingga diperlukan combine antara keduanya yaitu PLN dan turbin tenaga uap milik PT. Madu Baru Yogyakarta.
2. PEMBAHASAN
Penggunaan biomassa untuk menghasilkan panas secara sederhana sebenarnya telah dilakukan oleh nenek moyang kita beberapa abad yang lalu. Penerapannya masih sangat sederhana, biomassa langsung dibakar dan menghasilkan panas. Di zaman modern sekarang ini panas hasil pembakaran akan dikonversi menjadi energi listrik melalui turbin dan generator. Panas hasil pembakaran biomassa akan menghasilkan uap dalam boiler. Uap akan ditransfer kedalam turbin sehingga akan menghasilkan putaran dan menggerakkan generator. Seperti yang terjadi pada PT. Madu Baru yang menggunakan ampas tebu untuk menggerakkan turbin uap, dapat dilihat pada gambar 2.1.
Proses produksi gula membentuk suatu siklus dari tebu hingga menjadi turunannya dapat dilihat pada gambar 2.2. Tebu digiling yang kemudian menyisakan ampas. Ampas tersebut kemudian diolah menjadi bahan bakar energi untuk pabrik tersebut.
Ampas tebu tidak selamanya mencukupi dalam memenuhi kebutuhan uap sebagai sumber energi dari ketel uap. Untuk itu diperlukan beberapa alternatif untuk menutupi kekurangannya, yaitu minyak FO dan kayu.
Efisiensi ketel pada PT. Madu Baru sekitar 70%, sedangkan beban ketel tersebut adalah 75 ton. Jumlah air yang dibutuhkan dalam proses penguapan ± 20 m3/jam. Jumlah ampas yang dihasilkan rata-rata 300 Kw/jam, sedangkan jumlah kebutuhan ampas yang diperlukan adalah sebesar 386.41686 kw/jam. Setiap ton ampas tebu membangkitkan 20 KWh.
Ketel uap (pusat tenaga) menghasilkan uap yang baru. Uap yang baru digunakan langsung sebagai sumber energi dalam proses produksi gula, proses gilingan, dan sebagai penggerak turbin generator (pembangkit listrik). Kemudian menghasilkan uap bekas yang digunakan untuk proses pengolahan dan pemurnian nira.
Turbin generator (pembangkit listrik) kemudian mensuplay energi ke panel distribusi. Panel ini yang digunakan untuk mengendalikan semua proses kegiatan yang berhubungan dengan listrik di PT. Madu Baru, yaitu power tenaga listrik untuk ketel, pemakaian motor, pompa-pompa, penerangan, serta alat-alat yang berhubungan dengan proses giling atau produksi gula. Jika tidak dalam proses giling maka sumber energi yang digunakan berasal dari PLN ataupun Diesel.
Gambar 2.1 Siklus sederhana proses produksi gula dan turunannya.
Gambar 2.1 Siklus Produksi Gula dan Turunannya di PT. Madu Baru
1. KESIMPULAN
1. Penggunaan
biomassa sebagai sumber energi untuk substitusi bahan bakar bisa menjadi solusi
untuk mengurangi beredarnya gas rumah kaca di atmosfer.
2. Pabrik
gula di Indonesia menggunakan biomassa yaitu ampas tebu sebagai bahan bakar
energi bagi pabrik yang bersangkutan.
Terbaik
ReplyDelete