Friday 18 December 2015

Pemasangan railling kamar mandi meningkatkan kenyamanan lansia di pusat kegiatan LANSIA ‘AISYIYAH, SURAKARTA

Perkembangan jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mengarah kepada ‘gray population’. Berdasarkan survey pendahuluan, ternyata ditemukan masalah-masalah yang menimpa lansia di daerah sekitar tempat tinggalnya, terutama pada daerah kamar mandi. Masalah ergonomi tersebut antara lain disebabkan karena ukuran fasilitas dan alat sanitair kamar mandi tidak sesuai dengan ukuran dan fungsi tubuh lansia pemakainya; pilihan bahan dan tata letak kamar mandi tidak mempertimbangkan batasan kemampuan lansia. Pada penelitian ini diteliti pengaruh penggunaan ‘railling’ di kamar mandi.
Studi ergonomi ini dilakukan di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta. Subjek yang terlibat dalam penelitian ini sebanyak 13 wanita lansia dengan rentangan umur antara 64-79 tahun. Penelitian ini mempergunakan rancangan sama subjek (‘treatment by subjects’). Perlakuan 1 (P1) yaitu lansia beraktivitas ‘personal hiegyne’ pada kamar mandi setelah dilakukan pemasangan pegangan tangan (‘railling’). Sedangkan kelompok kontrol (P0) yaitu aktivitas lansia pada kamar mandi keadaan mula yaitu ruangan tanpa mempergunakan pegangan tangan. Variabel tergantung yang diteliti adalah kenyamanan lansia yang terdiri dari parameter kemandirian dan kelegaan dalam penggunaan kamar mandi. Untuk mengetahui tingkat kemandirian lansia, dipergunakan check list pengamatan dengan 2 skala Likert pada observasi lapangan, foto dan rekaman ‘closed-circuit TV’. Begitu juga untuk kelegaan dilakukan wawancara dengan kuesioner kelegaan 2 skala Likert. Selanjutnya seluruh data hasil penelitian diuji normalitasnya dengan uji Kolmogorov-Smirnov, sedang kemaknaan antara kedua perlakuan dengan uji ‘t-paired’ pada tingkat kemaknaan (α = 0,05).
Hasil yang diperoleh dari penelitian ini adalah: rerata skor kemandirian pada P0 sebesar 4,00 + 1,08, dan untuk kelegaan 6,54 + 1,13. Sedangkan pada P1 sebesar 5,00 + 1,35 pada kemandirian dan 9,23 + 1,09 untuk kelegaan. Dengan dilakukannya pemasangan ‘railling’, terjadi peningkatan skor pada variable kemandirian sebesar 1,00 atau 25,00% dan kelegaan 2,69 (41,13%) dan secara statistik peningkatan tersebut sangat signifikan (p=0,000).
Dapat disimpulkan bahwa intervensi ergonomi berupa pemasangan ‘railling’ kamar mandi pada Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, dapat meningkatkan kenyamanan lansia penggunanya. Pimpinan lembaga pengelola kegiatan lansia dan sejenisnya dianjurkan untuk dapat menerapkan cara-cara seperti hasil penelitian ini.
Kata Kunci: lansia, railling, kamar mandi, ergonomis

PENDAHULUAN
Meningkatnya umur harapan hidup penduduk Indonesia akan berakibat meningkatnya jumlah lanjut usia (lansia). Yang dimaksud dengan lansia dalam penetapan Program Kesehatan untuk Usia Lanjut, berdasar UU. No.4 tahun 1965 adalah penduduk yang telah berumur lebih dari 55 tahun (Sudana, 1990). Badan dunia PBB menetapkan bahwa lansia adalah penduduk yang berusia di atas 60 tahun (Kumashiro, 2000). Istilah lansia pada telaah ini ditujukan bagi orang yang berusia di atas 55 tahun.
Data pasien lansia yang dirawat dan telah keluar dari Rumah Sakit Ortopedi (RSO) Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, terhitung mulai bulan September tahun 2000 sampai September 2001 berjumlah 466 pasien. Pada kurun waktu 12 (duabelas) bulan tersebut ternyata: 11,16% pasien mengalami cedera di daerah kamar mandi (tergelincir, terjatuh, dan terduduk). Tingginya jumlah lansia yang mengalami kecelakaan di daerah kamar mandi (11,16%), menunjukkan bahwa
kamar mandi yang digunakan lansia pada umumnya kurang sehat dan aman, sehingga membutuhkan perhatian rancangan yang mendasarkan batasan kemampuan lansia. Dua rumah sakit lainnya di Surakarta (RS-PKU Muhammadiyah dan RS-Islam Surakarta) membenarkan bahwa pernah beberapa kali terjadi, kematian yang diakibatkan karena pasien terjatuh di kamar mandi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanganan dan perancangan ulang kamar mandi untuk penggunaan para lansia.
Dari hasil penelitian pendahuluan dengan pendekatan partisipatori pada Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah di Surakarta, ternyata sangat membutuhkan perbaikan dan penyesuaian sarana kamar mandi. Masalah ergonomi yang ditemui adalah ketidaksesuaian antara ukuran sarana kamar mandi dengan kemampuan tubuh lansia penghuninya. Penyesuaian tersebut di antaranya meliputi; pemasangan beberapa pegangan tangan di luar dan dalam kamar mandi, pada posisi antara tinggi knuckle 56,95+12,53 cm. dan tinggi siku 87,07+5,19 cm.
Rancangan kamar mandi yang dapat memberikan kemandirian beraktivitas, dan kelegaan kepada lansia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Untuk itulah perlu dilakukan penelitian, untuk ikut memecahkan permasalahan yang menyangkut rancang bangun yang diperlukan bagi lansia.

TINJAUAN PUSTAKA
Menua atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, atau mengganti dan mempertahankan struktur dari fungsi normalnya. Dengan begitu manusia secara progresif akan kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan banyak distorsi metabolik maupun struktural, yang biasa disebut dengan penyakit degeneratif. Ada yang menganalogikan makin tuanya manusia seperti ausnya suku cadang mesin yang bekerjanya sangat kompleks, yang antar bagiannya saling mempengaruhi secara fisik/somatik. Tetapi sebenarnya proses penuaan merupakan kombinasi antar berbagai faktor yang saling berkaitan (Morris, 1996; Darmojo, 1999; Wijaya, 2000).
Penurunan kekuatan tubuh pada lansia meliputi, penurunan kekuatan tangan sebesar (16-40)% variasi ini tergantung kepada tingkat kesegaran jasmani seseorang. Penurunan kekuatan genggam tangan menurun sebesar 50%, dan kekuatan lengan menurun 50% (Tilley, 1993). Kemper (1994), menambahkan bahwa berkurangnya kekuatan dan keleluasaan bergerak pada tubuh lansia terjadi karena menurunnya kemampuan fungsi organ-organ penggerak, stimulus sensory organ, motor neurones, tingkat kesegaran jasmani (VO2max) dan kontraksi otot. Penurunan kemampuan otot pada lansia tidaklah berbarengan, kekuatan otot paha bagian bawah lebih cepat melemah dibanding kekuatan otot pada tangan. Sehingga otot lengan akan lebih intensif penggunaannya dibanding otot kaki pada lansia.
Kecelakaan sering terjadi pada lansia, karena mereka melakukan kegiatan yang pada saat tersebut sudah di luar kemampuannya, padahal jenis pekerjaan itu merupakan kegiatan rutin di waktu mudanya. Makin berkurangnya kemampuan koordinasi tubuh akan mempersulit lansia dalam melakukan koordinasi pekerjaan yang berisi informasi yang kompleks (Manuaba, 1988; A. Kok dkk., 1994). Morris (1996) menyatakan bahwa karena makin melemahnya koordinasi tubuh, 25% lansia pernah nyaris terjatuh (near miss) di kamar mandi, padahal kondisi inilah merupakan tanda awal akan makin melemahnya sistem kontrol koordinasi pada lansia yang perlu diwaspadai, kata kuncinya adalah: lansia tersebut memerlukan tempat tinggal yang lebih aman dan nyaman untuk bergerak, dan latihan untuk dapat menyesuaikan diri terhadap hambatan koordinasi yang dimilikinya.
Rancangan sebuah kamar mandi yang mempertimbangkan berbagai aspek, berkembang seiring dengan pertumbuhan hunian manusia modern. Namun demikian pemilihan bahan dan parabot kamar mandi pada rumah tinggal, terkadang kurang mempertimbangkan aspek kesesuaian penggunanya (Bathing, 1998). Kroemer (1994), menyatakan bahwa kamar mandi merupakan wilayah paling berbahaya di dalam suatu rumah tinggal, maka tempat tersebut perlu mendapat perhatian khusus melalui sentuhan rancang bangun yang ergonomis.

METODE PENELITIAN
Rancangan Penelitian
Jenis penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan rancangan sama subjek (treatment by subjects design). Pada penelitian ini direncanakan kelompok kontrol sekaligus merupakan subjek yang akan mendapat perlakuan juga, hanya perlakuannya dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Di antara perlakuan pertama dengan perlakuan berikutnya diberikan jarak waktu (washing out), dengan maksud untuk menghilangkan pengaruh perlakuan terdahulu agar tidak meninggalkan efek sisa/residual effect (Bakta, 1997; Arikunto, 1997).

Tempat dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah, jalan Pajajaran Utara, Surakarta. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, tahap 1 dilakukan pada bulan 30 Maret sampai dengan 12 April 2002. Tahap 2 dari tanggal 11 Mei sampai dengan 20 Mei 2002.

HASIL PENELITIAN
Hasil dari observasi, pengukuran dan penghitungan terhadap variabel penelitian dapat disajikan seperti tersebut berikut ini,
Antropometri dan Karakteristik Fisik Subjek
Hasil analisis statistik deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku (SB) dan rentangan dari variabel yang ada disajikan pada tabel 1. Hasil pengukuran antropometri dan karakteristik fisik subjek tersebut, dengan uji Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada tingkat kemaknaan (α = 0,05) ternyata berdistribusi normal (p>0,05).
Tabel 1 Data Antropometri Wanita Lansia
di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, tahun 2002

Rancangan Railling
Rancangan pegangan tangan (railling) dapat diuraikan sebagai berikut:
􀂉 Bagian dinding luar kamar mandi berdekatan dengan handle pintu, dipasang tegak pegangan tangan (railing) terbuat dari bahan pipa baja hitam (black steel) dengan bahan finishing cat semprot duco. Panjang pipa 70 cm. dipasang pada ketinggian bagian tengah pipa 87,0 cm dari permukaan lantai.
􀂉 Bagian dalam kamar mandi di bagian depan kiri kloset duduk, dipasang pegangan tangan berbentuk ‘S’. Diameter pipa disesuaikan dengan rerata genggaman tangan lansia penghuni sebesar 1,25”. Bentuk dasar rancangan railling dapat dibagi menjadi 3 (tiga) jenis.

Gambar 1 Bentuk Dasar Rancangan Railling Kamar Mandi
Ketinggian hand railling pada dinding kamar mandi, didasarkan pada tinggi rerata antara
knuckle height dan elbow height (Grandjean, 1988; RERC-Aging, 2000). Secara grafis
dapat dilihat pada gambar 2 di bawah ini.
Gambar 2 Tinggi Perletakan Railling Rancangan

PEMBAHASAN
Berdasarkan analisis hasil penelitian tentang pengaruh perbaikan fasilitas kamar mandi yang dipergunakan oleh Lansia di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, dapat dibahas hal-hal
seperti tersebut berikut ini.
Karakteristik Fisik Subjek
Hasil analisis statistik deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku (SB) dan rentangan
dari variable berat badan dan tinggi badan. Ke 13 subjek yang memiliki rerata umur 71,5 + 4,9
tahun, dan rentang umur 64 – 79 tahun. Menurut Manuaba (1998), Morris (1996) dan
Grandjean (1993), menyatakan bahwa pada umumnya seseorang dengan usia di atas 60 tahun,
kapasitas fisiknya akan menurun 25% yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot, sedang
kemampuan sensoris dan motorisnya turun sebesar 60%.
Dengan rerata tinggi badan 140,3 + 7,2 cm dan rentangan 129,40-155,0 cm, hampir
kesemua subjek mengalami pembengkokan tulang belakang atau bongkok. Ukuran tubuh lansia
baik pria maupun wanita telah terjadi penyusutan ukuran tinggi badannya lebih kurang 5% dibanding sewaktu berumur 20 tahun.

Kemandirian
Dengan pemasangan railling di luar dan dalam kamar mandi. Telah meningkatkan
kemandirian lansia sebesar 25%, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut. Skor rerata P0 adalah
4 + 1,08, pada P1 adalah 5 + 1,35 dan telah terjadi peningkatan sebesar 1. Dengan nilai p-value
0,002 yaitu nilai signifikansi antara kedua perlakuan dengan uji t-paired, pada tingkat
kemaknaan (α = 0,05). Hasil pengamatan di lapangan, penggunaan railling meningkatkan
kemandirian lansia untuk masuk dan keluar dari kamar mandi. Gemetaran pada kaki karena
perasaan khawatir, tidak tampak lagi setelah digunakannya railling pada dinding di luar dan
dala kamar mandi. Manfaat lain juga dirasakan para perawat jaga, kebiasaan untuk mengantar
lansia dan menjemput dari kamar mandi juga berkurang.
Hal ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa railing akan berfungsi seperti pengungkit dan stabilisator gerakan tubuh manusia. Dengan memanfaatkan railing sebagai pengungkit gerakan tubuh akan menurunkan kebutuhan energi kinetis yang harus dikeluarkan (Hadi Santosa, dkk, 2001).

Grafik 1 Pengaruh Pemasangan Railing (Pre-Post Test) dalam Kemandirian, Penggunaan Kamar Mandi oleh Lansia di Pusat Kegiatan ‘Aisyiyah Surakarta, Tahun 2002

Kelegaan
Dari hasil analisis data objektif dan subjektif pada aspek kelegaan, dengan pemasangan railling di luar dan dalam kamar mandi. Telah meningkatkan kelegaan lansia sebesar 41,13%, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut. Skor rerata P0 adalah 6,54 + 1,13, pada P1 adalah 9,23 + 1,09 dan telah terjadi peningkatan sebesar 2,69. Dengan nilai p-value 0,000 peningkatan akibat penambahan railling di kamar mandi, bermakna meningkatkan kelegaan lansia penggunanya. Dari respon subjek pada wawancara kelegaan, penggunaan railling di luar dan dalam kamar mandi mampu menghilangkan perasaan khawatir lansia. Dengan berpegangan pada railling, gerak tubuh lansia saat masuk dan keluar kamar mandi menjadi lebih mudah. Pemasangan railling di depan kloset, memudahkan lansia dalam ‘menahan dan mengangkat’ tubuhnya sewaktu akan duduk dan berdiri dari kloset (Kroemer, 1994).

Grafik 2 Pengaruh Pemasangan Railling (Pre-Post Test) dalam Kelegaan, Penggunaan Kamar Mandi oleh Lansia di Pusat Kegiatan ‘Aisyiyah Surakarta, Tahun 2002.

SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Dari uraian seperti tersebut dalam pembahasan di depan, dapat diuraikan beberapa butir kesimpulan berikut ini.
a. Dengan meningkatnya kemandirian dan kelegaan, maka kenyamanan lansia pengguna kamar mandi Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta dapat ditingkatkan. Yaitu perbandingan dari keadaan mula (P0) dengan keadaan setelah dilakukan perbaikan (P1).
b. Penambahan railing (P1) meningkatkan kemandirian dan kelegaan pada lansia, peningkatan ini signifikan dibandingkan dengan keadaan sebelum dilakukan perbaikan (P0).
S a r a n
Sesuatu yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Untuk mengurangi kemungkinan bertambahnya angka cedera lansia di kamar mandi, perlu kiranya kamar mandi disesuaikan dengan keterbatasan dan karakateristik fisik lansia. Yaitu dengan penambahan railling.
b. Menginformasikan kepada masyarakat umum tentang perlunya penyesuaian peralatan kamar mandi yang dipergunakan oleh lansia. Terutama rumah tinggal yang dihuni oleh lansia saja.
c. Mengingat tingginya angka kecelakaan pada lansia, Pemerintah perlu mensosialisasikan program peningkatan keselamatan bagi lansia. Terutama yang menyangkut peningkatan keselamatan terutama di kamar mandi dalam suatu rumah tinggal.


No comments:

Post a Comment