Perkembangan
jumlah penduduk lanjut usia (lansia) di Indonesia mengarah kepada ‘gray
population’. Berdasarkan survey pendahuluan, ternyata ditemukan masalah-masalah
yang menimpa lansia di daerah sekitar tempat tinggalnya, terutama pada daerah
kamar mandi. Masalah ergonomi tersebut antara lain disebabkan karena ukuran
fasilitas dan alat sanitair kamar mandi tidak sesuai dengan ukuran dan fungsi
tubuh lansia pemakainya; pilihan bahan dan tata letak kamar mandi tidak
mempertimbangkan batasan kemampuan lansia. Pada penelitian ini diteliti
pengaruh penggunaan ‘railling’ di kamar mandi.
Studi ergonomi
ini dilakukan di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta. Subjek yang
terlibat dalam penelitian ini sebanyak 13 wanita lansia dengan rentangan umur
antara 64-79 tahun. Penelitian ini mempergunakan rancangan sama subjek
(‘treatment by subjects’). Perlakuan 1 (P1) yaitu lansia beraktivitas ‘personal
hiegyne’ pada kamar mandi setelah dilakukan pemasangan pegangan tangan
(‘railling’). Sedangkan kelompok kontrol (P0) yaitu aktivitas lansia pada kamar
mandi keadaan mula yaitu ruangan tanpa mempergunakan pegangan tangan. Variabel
tergantung yang diteliti adalah kenyamanan lansia yang terdiri dari parameter
kemandirian dan kelegaan dalam penggunaan kamar mandi. Untuk mengetahui tingkat
kemandirian lansia, dipergunakan check list pengamatan dengan 2 skala Likert
pada observasi lapangan, foto dan rekaman ‘closed-circuit TV’. Begitu juga
untuk kelegaan dilakukan wawancara dengan kuesioner kelegaan 2 skala Likert.
Selanjutnya seluruh data hasil penelitian diuji normalitasnya dengan uji
Kolmogorov-Smirnov, sedang kemaknaan antara kedua perlakuan dengan uji ‘t-paired’
pada tingkat kemaknaan (α = 0,05).
Hasil yang
diperoleh dari penelitian ini adalah: rerata skor kemandirian pada P0 sebesar
4,00 + 1,08, dan untuk kelegaan 6,54 + 1,13. Sedangkan pada P1 sebesar 5,00 +
1,35 pada kemandirian dan 9,23 + 1,09 untuk kelegaan. Dengan dilakukannya
pemasangan ‘railling’, terjadi peningkatan skor pada variable kemandirian
sebesar 1,00 atau 25,00% dan kelegaan 2,69 (41,13%) dan secara statistik
peningkatan tersebut sangat signifikan (p=0,000).
Dapat
disimpulkan bahwa intervensi ergonomi berupa pemasangan ‘railling’ kamar mandi
pada Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, dapat meningkatkan kenyamanan
lansia penggunanya. Pimpinan lembaga pengelola kegiatan lansia dan sejenisnya
dianjurkan untuk dapat menerapkan cara-cara seperti hasil penelitian ini.
Kata Kunci:
lansia, railling, kamar mandi, ergonomis
PENDAHULUAN
Meningkatnya
umur harapan hidup penduduk Indonesia akan berakibat meningkatnya jumlah lanjut
usia (lansia). Yang dimaksud dengan lansia dalam penetapan Program Kesehatan
untuk Usia Lanjut, berdasar UU. No.4 tahun 1965 adalah penduduk yang telah
berumur lebih dari 55 tahun (Sudana, 1990). Badan dunia PBB menetapkan bahwa
lansia adalah penduduk yang berusia di atas 60 tahun (Kumashiro, 2000). Istilah
lansia pada telaah ini ditujukan bagi orang yang berusia di atas 55 tahun.
Data
pasien lansia yang dirawat dan telah keluar dari Rumah Sakit Ortopedi (RSO)
Prof. DR. R. Soeharso Surakarta, terhitung mulai bulan September tahun 2000
sampai September 2001 berjumlah 466 pasien. Pada kurun waktu 12 (duabelas)
bulan tersebut ternyata: 11,16% pasien mengalami cedera di daerah kamar mandi
(tergelincir, terjatuh, dan terduduk). Tingginya jumlah lansia yang mengalami
kecelakaan di daerah kamar mandi (11,16%), menunjukkan bahwa
kamar mandi yang digunakan lansia pada umumnya kurang sehat dan aman, sehingga membutuhkan perhatian rancangan yang mendasarkan batasan kemampuan lansia. Dua rumah sakit lainnya di Surakarta (RS-PKU Muhammadiyah dan RS-Islam Surakarta) membenarkan bahwa pernah beberapa kali terjadi, kematian yang diakibatkan karena pasien terjatuh di kamar mandi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanganan dan perancangan ulang kamar mandi untuk penggunaan para lansia.
kamar mandi yang digunakan lansia pada umumnya kurang sehat dan aman, sehingga membutuhkan perhatian rancangan yang mendasarkan batasan kemampuan lansia. Dua rumah sakit lainnya di Surakarta (RS-PKU Muhammadiyah dan RS-Islam Surakarta) membenarkan bahwa pernah beberapa kali terjadi, kematian yang diakibatkan karena pasien terjatuh di kamar mandi. Hal tersebut menunjukkan betapa pentingnya penanganan dan perancangan ulang kamar mandi untuk penggunaan para lansia.
Dari
hasil penelitian pendahuluan dengan pendekatan partisipatori pada Pusat
Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah di Surakarta, ternyata sangat membutuhkan perbaikan
dan penyesuaian sarana kamar mandi. Masalah ergonomi yang ditemui adalah
ketidaksesuaian antara ukuran sarana kamar mandi dengan kemampuan tubuh lansia
penghuninya. Penyesuaian tersebut di antaranya meliputi; pemasangan beberapa
pegangan tangan di luar dan dalam kamar mandi, pada posisi antara tinggi
knuckle 56,95+12,53 cm. dan tinggi siku 87,07+5,19 cm.
Rancangan
kamar mandi yang dapat memberikan kemandirian beraktivitas, dan kelegaan kepada
lansia sampai saat ini belum diketahui secara pasti. Untuk itulah perlu
dilakukan penelitian, untuk ikut memecahkan permasalahan yang menyangkut
rancang bangun yang diperlukan bagi lansia.
TINJAUAN PUSTAKA
Menua
atau menjadi tua adalah suatu proses menghilangnya secara perlahan-lahan
kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri, atau mengganti dan mempertahankan
struktur dari fungsi normalnya. Dengan begitu manusia secara progresif akan
kehilangan daya tahan terhadap infeksi dan banyak distorsi metabolik maupun
struktural, yang biasa disebut dengan penyakit degeneratif. Ada yang
menganalogikan makin tuanya manusia seperti ausnya suku cadang mesin yang
bekerjanya sangat kompleks, yang antar bagiannya saling mempengaruhi secara
fisik/somatik. Tetapi sebenarnya proses penuaan merupakan kombinasi antar
berbagai faktor yang saling berkaitan (Morris, 1996; Darmojo, 1999; Wijaya,
2000).
Penurunan
kekuatan tubuh pada lansia meliputi, penurunan kekuatan tangan sebesar (16-40)%
variasi ini tergantung kepada tingkat kesegaran jasmani seseorang. Penurunan
kekuatan genggam tangan menurun sebesar 50%, dan kekuatan lengan menurun 50%
(Tilley, 1993). Kemper (1994), menambahkan bahwa berkurangnya kekuatan dan
keleluasaan bergerak pada tubuh lansia terjadi karena menurunnya kemampuan
fungsi organ-organ penggerak, stimulus sensory organ, motor neurones, tingkat
kesegaran jasmani (VO2max) dan kontraksi otot. Penurunan kemampuan otot pada
lansia tidaklah berbarengan, kekuatan otot paha bagian bawah lebih cepat
melemah dibanding kekuatan otot pada tangan. Sehingga otot lengan akan lebih
intensif penggunaannya dibanding otot kaki pada lansia.
Kecelakaan
sering terjadi pada lansia, karena mereka melakukan kegiatan yang pada saat
tersebut sudah di luar kemampuannya, padahal jenis pekerjaan itu merupakan
kegiatan rutin di waktu mudanya. Makin berkurangnya kemampuan koordinasi tubuh
akan mempersulit lansia dalam melakukan koordinasi pekerjaan yang berisi
informasi yang kompleks (Manuaba, 1988; A. Kok dkk., 1994). Morris (1996)
menyatakan bahwa karena makin melemahnya koordinasi tubuh, 25% lansia pernah
nyaris terjatuh (near miss) di kamar mandi, padahal kondisi inilah merupakan
tanda awal akan makin melemahnya sistem kontrol koordinasi pada lansia yang
perlu diwaspadai, kata kuncinya adalah: lansia tersebut memerlukan tempat
tinggal yang lebih aman dan nyaman untuk bergerak, dan latihan untuk dapat
menyesuaikan diri terhadap hambatan koordinasi yang dimilikinya.
Rancangan
sebuah kamar mandi yang mempertimbangkan berbagai aspek, berkembang seiring
dengan pertumbuhan hunian manusia modern. Namun demikian pemilihan bahan dan
parabot kamar mandi pada rumah tinggal, terkadang kurang mempertimbangkan aspek
kesesuaian penggunanya (Bathing, 1998). Kroemer (1994), menyatakan bahwa kamar
mandi merupakan wilayah paling berbahaya di dalam suatu rumah tinggal, maka
tempat tersebut perlu mendapat perhatian khusus melalui sentuhan rancang bangun
yang ergonomis.
METODE
PENELITIAN
Rancangan
Penelitian
Jenis
penelitian ini adalah Quasi Eksperimental dengan rancangan sama subjek
(treatment by subjects design). Pada penelitian ini direncanakan kelompok
kontrol sekaligus merupakan subjek yang akan mendapat perlakuan juga, hanya
perlakuannya dilaksanakan pada waktu yang berbeda. Di antara perlakuan pertama
dengan perlakuan berikutnya diberikan jarak waktu (washing out), dengan maksud
untuk menghilangkan pengaruh perlakuan terdahulu agar tidak meninggalkan efek
sisa/residual effect (Bakta, 1997; Arikunto, 1997).
Tempat
dan Waktu Pelaksanaan Penelitian
Penelitian
ini dilaksanakan di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah, jalan Pajajaran Utara,
Surakarta. Penelitian ini dibagi menjadi dua tahap, tahap 1 dilakukan pada
bulan 30 Maret sampai dengan 12 April 2002. Tahap 2 dari tanggal 11 Mei sampai
dengan 20 Mei 2002.
HASIL PENELITIAN
Hasil
dari observasi, pengukuran dan penghitungan terhadap variabel penelitian dapat
disajikan seperti tersebut berikut ini,
Antropometri
dan Karakteristik Fisik Subjek
Hasil
analisis statistik deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku (SB) dan
rentangan dari variabel yang ada disajikan pada tabel 1. Hasil pengukuran
antropometri dan karakteristik fisik subjek tersebut, dengan uji
Kolmogorov-Smirnov (K-S) pada tingkat kemaknaan (α = 0,05) ternyata berdistribusi
normal (p>0,05).
Tabel 1 Data
Antropometri Wanita Lansia
di Pusat
Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, tahun 2002
Rancangan
Railling
Rancangan
pegangan tangan (railling) dapat diuraikan sebagai berikut:
Bagian dinding
luar kamar mandi berdekatan dengan handle pintu, dipasang tegak pegangan tangan
(railing) terbuat dari bahan pipa baja hitam (black steel) dengan bahan
finishing cat semprot duco. Panjang pipa 70 cm. dipasang pada ketinggian bagian
tengah pipa 87,0 cm dari permukaan lantai.
Bagian dalam
kamar mandi di bagian depan kiri kloset duduk, dipasang pegangan tangan
berbentuk ‘S’. Diameter pipa disesuaikan dengan rerata genggaman tangan lansia
penghuni sebesar 1,25”. Bentuk dasar rancangan railling dapat dibagi menjadi 3
(tiga) jenis.
Gambar 1 Bentuk
Dasar Rancangan Railling Kamar Mandi
knuckle
height dan elbow height (Grandjean, 1988; RERC-Aging, 2000). Secara grafis
Gambar 2 Tinggi
Perletakan Railling Rancangan
PEMBAHASAN
Berdasarkan
analisis hasil penelitian tentang pengaruh perbaikan fasilitas kamar mandi yang
dipergunakan oleh Lansia di Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta, dapat
dibahas hal-hal
seperti
tersebut berikut ini.
Karakteristik
Fisik Subjek
Hasil
analisis statistik deskriptif yang meliputi rerata, simpang baku (SB) dan
rentangan
dari
variable berat badan dan tinggi badan. Ke 13 subjek yang memiliki rerata umur
71,5 + 4,9
tahun,
dan rentang umur 64 – 79 tahun. Menurut Manuaba (1998), Morris (1996) dan
Grandjean
(1993), menyatakan bahwa pada umumnya seseorang dengan usia di atas 60 tahun,
kapasitas
fisiknya akan menurun 25% yang ditandai dengan penurunan kekuatan otot, sedang
kemampuan
sensoris dan motorisnya turun sebesar 60%.
Dengan
rerata tinggi badan 140,3 + 7,2 cm dan rentangan 129,40-155,0 cm, hampir
kesemua
subjek mengalami pembengkokan tulang belakang atau bongkok. Ukuran tubuh lansia
baik
pria maupun wanita telah terjadi penyusutan ukuran tinggi badannya lebih kurang
5% dibanding sewaktu berumur 20 tahun.
Kemandirian
Dengan
pemasangan railling di luar dan dalam kamar mandi. Telah meningkatkan
kemandirian
lansia sebesar 25%, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut. Skor rerata P0
adalah
4
+ 1,08, pada P1 adalah 5 + 1,35 dan telah terjadi peningkatan sebesar 1. Dengan
nilai p-value
0,002
yaitu nilai signifikansi antara kedua perlakuan dengan uji t-paired, pada
tingkat
kemaknaan
(α = 0,05). Hasil pengamatan di lapangan, penggunaan railling meningkatkan
kemandirian
lansia untuk masuk dan keluar dari kamar mandi. Gemetaran pada kaki karena
perasaan
khawatir, tidak tampak lagi setelah digunakannya railling pada dinding di luar
dan
dala
kamar mandi. Manfaat lain juga dirasakan para perawat jaga, kebiasaan untuk
mengantar
lansia
dan menjemput dari kamar mandi juga berkurang.
Hal
ini sesuai dengan hasil penelitian-penelitian sebelumnya, bahwa railing akan
berfungsi seperti pengungkit dan stabilisator gerakan tubuh manusia. Dengan
memanfaatkan railing sebagai pengungkit gerakan tubuh akan menurunkan kebutuhan
energi kinetis yang harus dikeluarkan (Hadi Santosa, dkk, 2001).
Grafik 1
Pengaruh Pemasangan Railing (Pre-Post Test) dalam Kemandirian, Penggunaan Kamar
Mandi oleh Lansia di Pusat Kegiatan ‘Aisyiyah Surakarta, Tahun 2002
Kelegaan
Dari
hasil analisis data objektif dan subjektif pada aspek kelegaan, dengan
pemasangan railling di luar dan dalam kamar mandi. Telah meningkatkan kelegaan
lansia sebesar 41,13%, dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut. Skor rerata P0
adalah 6,54 + 1,13, pada P1 adalah 9,23 + 1,09 dan telah terjadi peningkatan
sebesar 2,69. Dengan nilai p-value 0,000 peningkatan akibat penambahan railling
di kamar mandi, bermakna meningkatkan kelegaan lansia penggunanya. Dari respon
subjek pada wawancara kelegaan, penggunaan railling di luar dan dalam kamar
mandi mampu menghilangkan perasaan khawatir lansia. Dengan berpegangan pada
railling, gerak tubuh lansia saat masuk dan keluar kamar mandi menjadi lebih
mudah. Pemasangan railling di depan kloset, memudahkan lansia dalam ‘menahan
dan mengangkat’ tubuhnya sewaktu akan duduk dan berdiri dari kloset (Kroemer,
1994).
Grafik 2
Pengaruh Pemasangan Railling (Pre-Post Test) dalam Kelegaan, Penggunaan Kamar
Mandi oleh Lansia di Pusat Kegiatan ‘Aisyiyah Surakarta, Tahun 2002.
SIMPULAN DAN
SARAN
Simpulan
Dari
uraian seperti tersebut dalam pembahasan di depan, dapat diuraikan beberapa
butir kesimpulan berikut ini.
a.
Dengan meningkatnya kemandirian dan kelegaan, maka kenyamanan lansia pengguna
kamar mandi Pusat Kegiatan Lansia ‘Aisyiyah Surakarta dapat ditingkatkan. Yaitu
perbandingan dari keadaan mula (P0) dengan keadaan setelah dilakukan perbaikan
(P1).
b.
Penambahan railing (P1) meningkatkan kemandirian dan kelegaan pada lansia,
peningkatan ini signifikan dibandingkan dengan keadaan sebelum dilakukan
perbaikan (P0).
S a r a n
Sesuatu
yang dapat disarankan dari hasil penelitian ini adalah sebagai berikut:
a.
Untuk mengurangi kemungkinan bertambahnya angka cedera lansia di kamar mandi,
perlu kiranya kamar mandi disesuaikan dengan keterbatasan dan karakateristik
fisik lansia. Yaitu dengan penambahan railling.
b.
Menginformasikan kepada masyarakat umum tentang perlunya penyesuaian peralatan
kamar mandi yang dipergunakan oleh lansia. Terutama rumah tinggal yang dihuni
oleh lansia saja.
c.
Mengingat tingginya angka kecelakaan pada lansia, Pemerintah perlu
mensosialisasikan program peningkatan keselamatan bagi lansia. Terutama yang
menyangkut peningkatan keselamatan terutama di kamar mandi dalam suatu rumah
tinggal.
No comments:
Post a Comment