Pengembangan
model inventory probabilistik periodic review dengan (R, T) konstan. Pada model
inventory probabilistik, respon terhadap permintaan konsumen yang akan
digunakan sebagai dasar dalam pengembangan model selalu dilakukan dengan
pendekatan distribusi probabilitas. Penentuan inventory maksimum juga dilakukan
dengan model distribusi probabilitas, dan penentuan periode review ditentukan
dengan cara trial and error, sehingga keputusan yang dihasilkan terkadang
kurang dapat diterapkan pada kondisi riil, yang cenderung sudah mempunyai
kebijakan mengenai jumlah inventory maksimum dan periode review. Pada sistem
yang sudah mempunyai kebijakan mengenai jumlah inventory maksimum tetap, yaitu
sesuai dengan proporsi tempat penyimpanannya di gudang, dan periode review
persediaan, maka model persediaan seharusnya dikembangkan dengan mengikuti
kebijakan yang sudah ada, sehingga variabel keputusan yang dihasilkan lebih
riil untuk diterapkan, dan tidak memerlukan banyak perubahan dalam sistem untuk
mengimplementasikannya. Makalah ini akan menguraikan mengenai pengembangan
model persediaan probabilistik, dengan pendekatan model Markov, dengan jumlah
inventory maksimum dan periode review konstan, yang disesuaikan dengan
kebijakan perusahaan. Model yang dikembangkan dapat digunakan pula pada kasus
inventory dengan R yang bersifat variabel.
Kata
Kunci : Inventory probabilistik, inventory maksimum, periodic review.
1. PENDAHULUAN
Manajemen
inventory adalah suatu teknik untuk memanajemen material, yang berkaitan dengan
persediaan. Manajemen material dalam inventory dilakukan dengan beberapa input yang
digunakan, yaitu permintaan yang terjadi (demand), dan biaya – biaya yang
terkait dengan penyimpanan, serta biaya apabila terjadi kekurangan persediaan
(stockout).
Dalam
tataran teknis, inventory adalah
suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap besarnya persediaan bahan yang harus diadakan dan jadwal pengadaannya untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan jumlah kebutuhan dan jadwal pengadaan merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam pengendalian persediaan.
suatu teknik yang berkaitan dengan penetapan terhadap besarnya persediaan bahan yang harus diadakan dan jadwal pengadaannya untuk menjamin kelancaran dalam kegiatan operasi produksi. Penetapan jumlah kebutuhan dan jadwal pengadaan merupakan pertanyaan dasar yang harus terjawab dalam pengendalian persediaan.
Secara
rinci masalah persediaan dapat ditinjau dari dua segi, yaitu, frekuensi
pemesanan bahan yang dilakukan dan jumlah kebutuhan bahan pada waktu yang akan
datang. Ditinjau dari pemesanan, masalah persediaan dapat dibagi menjadi dua,
yaitu pemesanan yang dilakukan hanya satu kali (statis) dan pemesanan yang
dilakukan berulang kali (dinamis). Sedangkan jika ditinjau dari segi jumlah
kebutuhan bahan pada waktu yang akan datang, masalah persediaan dapat diketahui
dengan pasti atau dapat diketahui distribusi probabilitas atau bersifat acak.
2. PROSES MARKOV
Sebuah
proses Markov terdiri dari suatu himpunan objek dan suatu himpunan keadaan yang
sedemikian rupa sehingga pada sembarang waktu yang diketahui, tiap – tiap objek
harus berada dalam satu keadaan tertentu (objek – objek yang berbeda tidak
perlu berada dalam keadaan yang berbeda). Selain itu, probabilitas sebuah objek
untuk berpindah atau bertransisi dari satu keadaan ke keadaan yang lain (yang
mungkin sama seperti keadaan pertama) dalam suatu selang waktu tertentu
hanyalah bergantung pada kedua keadaan itu.
Bilangan
– bilangan bulat positif dari selang waktu setelah saat ketika proses
perpindahan dimulai menyatakan tahap – tahap proses, yang jumlahnya dapat
berhingga atau tak berhingga. Jika jumlah keadaannya berhingga atau tak
berhingga dapat dihitung (countably infinite), maka proses Markov yang
bersangkutan membentuk suatu rantai Markov (Markov Chain).
Probabilitas
untuk berpindah dari keadaan i ke keadaan j, disimbolkan dengan Pij. Untuk
suatu rantai Markov dengan N keadaan (dimana N adalah suatu bilangan bulat
positif), maka matriks P = [Pij] yang berukuran N x N adalah matriks stokastik
atau matriks transisi yang berkaitan dengan proses itu. Jumlah nilai dari
elemen – elemen dalam tiap baris matriks P ini haruslah 1.
Jika
suatu keadaan berpindah dan menjadi keadaan semula, maka kondisi ini dinamakan
kondisi steady state, yang dapat dimodelkan dengan Y x A = Y. Pada kondisi ini,
A dinamakan sebagai matriks identitas.
3. PENGEMBANGAN
MODEL
Dasar
dari pengembangan model yang dilakukan adalah menentukan jumlah pemesanan yang
optimal, yang merupakan selisih dari inventory maksimum (R) dan level inventory
pada suatu periode, jika level inventory saat itu lebih kecil atau sama dengan
titik pemesanan ulang (re-order). Pemeriksaan terhadap level inventory
dilakukan setiap T periode sekali, dan selama periode T, kekurangan persediaan
karena demand lebih tinggi dari persediaan, dianggap hilang (lost sales).
Langkah
awal dari pengembangan model yang dilakukan adalah menentukan probabilitas
memesan sebesar X, jika level inventory mencapai I, atau dapat dirumuskan
sebagai berikut :
4. PENGUJIAN MODEL
Setelah dilakukan pengembangan model, maka perlu dilakukan
pengujian terhadap model tersebut, untuk mengetahui apakah model yang telah
dikembangkan valid dan bisa digunakan. Pengujian model dilakukan dengan
skenario sebuah kasus, yang akan diselesaikan dengan model yang telah
dikembangkan. Adapun skenario kasus yang digunakan sebagai berikut :
Sebuah
perusahaan mempunyai gudang dengan kapasitas maksimal 5. Dari catatan
permintaan – permintaan masa lampau diketahui bahwa permintaan mempunyai
distribusi probabilitas sebesar : P(0) = 0,01; P(1) = 0,2; P(2) = 0,5, P(3) =
0,2; P(4) = 0,09. Biaya simpan per unit per periode diketahui sebesar 10, biaya
pesan per sekali pesan adalah sebesar 5, dan biaya stock-out per unit
per periode adalah sebesar 100. Permintaan di-review setiap seminggu
sekali. Tentukan jumlah pemesanan dan titik pemesanan yang optimal.
Langkah pertama dalam penyelesaian kasus di atas adalah
mengidentifikasi persamaan – persamaan yang menjadi batasan dalam kasus. Dari
data – data di atas, diketahui bahwa inventory maksimum (R) adalah
sebesar 5, sehingga : I + X ≤ 5. Kemudian langkah kedua adalah
mengidentifikasi total biaya yang terjadi untuk setiap kemungkinan pasangan I
dan X yang mungkin terjadi, dengan mengimplementasikan persamaan
fungsi tujuan. Hasilnya adalah sebagai berikut :
Tabel 4.1. Total Biaya Untuk Setiap Kemungkinan
Nilai I dan X
Kemudian,
dari persamaan steady state 3.13, 3.14 dan 3.15, didapat persamaan :
State
I = 0 : w00 + 0,99(w10 + w01) + 0,79(w20 + w11 + w02) + 0,29(w30 + w21 + w12 + w03) +
0,09(w40 +
w31 +
w22 +
w13 +
w04)
= w00 +
w01 +
w02 +
w03 +
w04 +
w05
State
I = 1 : 0,01(w10 + w01) + 0,2(w20 + w11 + w02) +
0,5(w30 +
w21 +
w12 +
w03)
+ 0,2(w40 +
w31 +
w22 +
w13 +
w04)
+ 0,09(w50
+ w41 + w32 + w23 + w14 + w05) = w10 + w11 + w12 + w13 + w14
State
I = 2 : 0,01(w20 + w11 + w02) + 0,2(w30 + w21 + w12 + w03) +
0,5(w40 +
w31 +
w22 +
w13 +
w04)
+ 0,2(w50 +
w41 +
w32 +
w23 +
w14 +
w05)
= w20 +
w21 +
w22 +
w23
State
I = 3 : 0,01(w30 + w21 + w12 + w03) +
0,2(w40 +
w31 +
w22 +
w13 +
w04)
+ 0,5(w50 +
w41 +
w32 +
w23 +
w14 +
w05)
= w30 +
w31 +
w32
State
I = 4 : 0,01(w40 + w31 + w22 + w13 + w04) +
0,2(w50 +
w41 +
w32 +
w23 +
w14 +
w05)
= w40 +
w41
State
I = 5 : 0,01(w50 + w41 + w32 + w23 + w14 + w05) = w50
w00 + w01 + w02 + w03 + w04 + w05 + w10 + w11 + w12 + w13 + w14 + w20 + w21 + w22 + w23 + w30 + w31 + w32 + w40 + w41 + w50 = 1
Dengan
menyelesaikan persamaan – persamaan di atas, didapat nilai – nilai untuk setiap
variabel sebagai berikut :
Tabel 4.2. Nilai Setiap Variabel
Dari tabel di atas, dapat diketahui bahwa beberapa nilai
menunjukkan solusi yang tidak fisibel, sehingga hanya variabel – variabel yang
fisibel saja yang akan digunakan sebagai analisis lebih lanjut. Dengan
menggunakan variabel – variabel yang fisibel, didapat rata – rata total biaya
minimum yaitu 35,16. Selanjutnya, dengan mengaplikasikan formula 3.12, didapat
variabel keputusan untuk P(X/I) adalah sebagai berikut :
Tabel 4.3. Nilai Setiap Variabel P(X/I)
Dari
tabel di atas, terlihat bahwa keputusan kebijakan inventory berubah –
ubah tergantung dari level inventory-nya. Keputusan yang sebaiknya
diambil adalah :
a.
Apabila level inventory mencapai 0, maka memesan sejumlah 3 unit (3, 0,
1).
b.
Apabila level inventory mencapai 1, maka memesan sejumlah 2 unit (3, 1,
1).
c.
Apabila level inventory mencapai 2, maka memesan sejumlah 2 unit (4, 2,
1).
d.
Apabila level inventory mencapai 3, maka memesan sejumlah 2 unit (5, 3,
1).
e.
Apabila level inventory mencapai 4, maka tidak melakukan pemesanan.
f.
Apabila level inventory mencapai 5, maka tidak melakukan pemesanan.
Model yang dikembangkan, untuk menangani skenario kasus yang
diberikan masih mengandung keacakan dalam pengambilan keputusan (R, r, T) yang
telah ditetapkan. Namun, sudah bisa memberikan gambaran mengenai keputusan yang
harus diambil, sehingga model yang dikembangkan valid untuk digunakan.
5.
ANALISIS
Aplikasi dari model yang telah dikembangkan bisa menghasilkan
solusi yang mengandung keacakan, terutama dalam nilai R. Hal ini disebabkan
karena distribusi probabilitas permintaan yang relatif acak, yang mungkin
terlalu jauh dari kondisi normal, sehingga sulit untuk mencapai kondisi steady
state sesungguhnya. Pada kondisi ini, untuk menghasilkan total biaya terkecil,
nilai R harus berubah – ubah. Namun, pergerakan nilai R masih dalam batas yang
diijinkan (Imax), sehingga keputusan yang dihasilkan masih dapat
diterima.
6.
KESIMPULAN
Beberapa kesimpulan yang dapat diambil dari pengembangan model di
atas adalah :
a.
Model inventory probabilistik dapat diselesaikan dengan pendekatan
proses Markov, yaitu dengan cara mengidentifikasi probabilitas setiap keadaan
yang berkaitan dengan level inventory pada suatu saat dan jumlah
pemesanannya, pada kondisi steady state.
b.
Untuk mendapatkan solusi yang tidak mengandung keacakan, maka model yang
dikembangkan sebaiknya digunakan pada kondisi distribusi probabilitas
permintaan yang mendekati normal.
No comments:
Post a Comment