Tuesday 29 December 2015

Kajian moda angkutan kapal cepat (studi kasus jalur Semarang Pontianak)

Kajian moda angkutan kapal cepat (studi kasus jalur Semarang Pontianak). Dalam rangka pembangunan wilayah Semarang dan Pontianak, diupayakan kegiatan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, membuka daerah terisolisir dan miskin, memperlancar arus perdagangan, serta peningkatan sarana dan prasarana penyeberangan lintas Semarang-Pontianak. Perhatian terhadap sarana dan prasarana penyeberangan melatarbelakangi PT Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) untuk mengembangkan kapal penyeberangan dengan kecepatan dan frekuensi tinggi. Adanya kapal cepat untuk jalur Semarang-Pontianak ini dengan asumsi dapat menarik penumpang dari angkutan lain terutama angkutan udara yang tarifnya semakin tinggi. Penelitian ini mempunyai beberapa tujuan diantaranya adalah mengidentifikasi keterkaitan karakteristik penumpang terhadap tingkat pelayanan dan mengetahui secara rinci keinginan penumpang kapal cepat jalur Semarng-Pontianak, mengetahui volume penumpang, menganalisa persepsi masyarakat terhadap penggunaan kapal cepat, serta menganalisis hasil identifikasi penumpang berdasarksan maksud perjalanan. Metode yang digunakan untuk analisa data dalam penelitian ini adalah metode Multiattribute Attitude Model (MAM). Data sekunder yang didapat dari PT. ASDP adalah berupa data rata-rata barang untuk produksi Desember-Mei tahun 2002, jarak pelabuhan Semarang-Pontianak, waktu tempuh kapal cepat, kecepatan kapal cepat, jumlah penumpang periode Desember-Mei tahun 2002. Sedangkan data primer diperoleh dari pembagian kuesioner yang berupa data identitas responden dan variabel-variabel penelitian yang terdapat dalam pengoperasian kapal cepat. Berdasarkan analisa data dapat diperoleh skala sikap konsumen yang menunjukkan angka 175,98. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan kinerja operasional kapal cepat adalah memuaskan, tetapi masih terdapat kekurangan pelayanan pada beberapa variabel diantaranya adalah pernah memakai kapal lain diluar kapal cepat PT. ASDP, ketersediaan jenis angkutan lain, perubahan jadwal, dan ongkos perjalanan kapal cepat.
Kata kunci : kinerja operasioanl, Multiattribute Attitude Model, skala beda semantik


1. PENDAHULUAN
Menurut hasil survei tim peneliti dan informasi dari beberapa media massa, semakin tingginya arus penumpang melalui laut dan penyeberangan sebagai akibat dari laju pembangunan nasional dan pemerataan hasil-hasil pembangunan ke seluruh pelosok tanah air, kebutuhan lintasan penyeberangan antar pulau dan antar pelabuhan semakin meningkat pula. Oleh sebab itu
optimalisasi armada laut sebagai langkah antisipatif dari kemungkinan lonjakan penumpang pun mutlak dilakukan oleh Departemen Perhubungan. Konsepsi penyeberangan adalah sebagai penghubung dan atau alternatif jaringan jalan yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang transportasi. Dalam rangka pembangunan wilayah Semarang dan Pontianak, diupayakan kegiatan untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, membuka daerah terisolir dan miskin, serta memperlancar arus perdagangan. Selain itu diusahakan pula peningkatan sarana dan prasarana penyeberangan lintas Semarang – Pontianak.
1.1. Perumusan masalah
Terjadinya penurunan jumlah arus penumpang di Pontianak yang cukup drastis pada
pemilihan moda transportasi udara dan moda transportasi sungai, sebaliknya terjadi peningkatan pada pemilihan moda transportasi laut dan transportasi darat. Hal ini berkaitan dengan intensitas kegiatan manusia yang terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Intensitas yang tinggi ini membutuhkan sarana dan prasarana angkutan penyeberangan yang memadai agar dapat mempermudah/mempercepat pergerakan masyarakat. Karena alasan-alasan tersebut maka PT. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) mengembangkan angkutan kapal ferry cepat sebagai alternatif dari moda angkutan penyeberangan lain yang telah ada. Dengan asumsi dapat menarik penumpang dari angkutan lain terutama angkutan udara yang tarifnya semakin tinggi. Kapal ferry cepat merupakan salah satu moda penyeberangan dengan pelayanan yang berbeda dengan kapal ferry lain.
1.2. Batasan penelitian
Engel (1994) mengemukakan bahwa penelitian dalam bidang pelayanan berfokus pada perilaku konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa, termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut. Sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi pengoperasian dan pelayanan kapal cepat Semarang-Pontianak. Untuk data yang digunakan dalam penelitian ini berasal dari PT. ASDP dan PT. PELNI, pengamatan langsung di lapangan dan kuesioner yang dibagikan kepada pengguna jasa kapal cepat dan kapal ferry sebagai bahan perbandingan untuk menunjang keberadaan kapal cepat, serta berhubungan langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam kinerja operasional kapal cepat. Pada penelitian ini, kategori yang tercantum pada survei karakteristik penumpang meliputi data umur, pekerjaan, maksud perjalanan, dan pendapatan responden dalam satu bulan. Survei dilakukan pada responden pria dan wanita dengan kelompok umur > 17 tahun.

2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1. Sistem transportasi
Menurut Kamarwan, S.S dkk (1997), sistem transportasi merupakan suatu bentuk keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana, dan sarana yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa. Ortuzar dan Willumsen (1994) mengemukakan bahwa apabila disediakan jasa transportasi yang cukup atau berlebihan namun pada waktu dan tempat tersebut tidak diperlukan, maka penyediaan jasa transportasi tersebut tidak berguna. Oleh karena itu, untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif diperlukan suatu sistem transportasi yang mampu mengangkut penumpang atau barang dalam jumlah besar. Dengan demikian agar menjadi efektif, sistem transportasi harus memiliki kapasitas yang memadai. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa kapasitas yang besar tidak akan banyak berarti bila pemakai jasa transportasi tidak terlalu banyak (demand terlalu kecil).
2.2. Pemilihan moda transportasi
Menurut Magribi (1998), pemilihan alat transportasi oleh penggunan jasa transportasi ditentukan oleh tipe dari perjalanan, karakteristik pelaku perjalanan, maupun tingkat pelayanan dari sistem transportasi. Manusia memilih alat transportasi yang paling menguntungkan, baik dilihat dari segi ekonomi, efisiensi, maupun tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam keadaan tertentu, pemakai alat transportasi dalam melakukan perjalanan dapat memilih antara beberapa macam alat transportasi yang tersedia. Magribi juga menjelaskan mengenai faktor-faktor terkuantifikasi, bahwa masyarakat masih menempatkan faktor biaya lebih dominan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan moda angkutan, lalu disusul oleh waktu perjalanan dan frekuensi kapal per hari. Selain itu masyarakat memilih faktor dengan urutan sebagai berikut keamanan, tepat waktu, kenyamanan dan terjadwal.
2.3. Kinerja operasional pelayanan angkutan penyeberangan
Seperti dikemukakan Soemanto (1998), untuk mendapatkan suatu kinerja operasional yang mantap serta untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi penumpang, maka dapat diusulkan kriteria angkutan penyeberangan sekurang-kurangnya memperhatikan hal-hal seperti peningkatan keamanan dan kelancaran pengoperasian kapal penumpang, faktor kebutuhan jasa angkutan, waktu pelayaran, penyesuaian waktu keberangkatan dan kedatangan, perbaikan dan peningkatan kapasitas angkut, peningkatan keandalan pelayanan kapal penumpang, peningkatan sistem pengendalian dan operasi, dan ongkos perjalanan kapal penumpang yang layak.

3. METODE PENELITIAN
Pada penelitian ini metode yang digunakan adalah Multiattribute Attitude Model (MAM), yang digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang terdapat pada pelayanan kapal penumpang. Langkah-langkah yang dilakukan pada Multiattribute Attitude Model ini adalah mengembangkan sejumlah variabel yang diperhitungkan oleh konsumen, memberi bobot pada masing-masing variabel, menghitung selisih nilai antara tingkat harapan dan kinerja yang dirasakan, kemudian menghitung sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada pelayanan angkutan penyeberangan kapal cepat Semarang – Pontianak. Pemberian bobot pada masing-masing atribut berdasarkan urutan kepentingan dengan jumlah bobot 100. Untuk melengkapi formula pengukuran sikap secara keseluruhan, bobot tingkat kepentingan harus diberikan pada tiap-tiap variabel. Selisih bobot antara urutan kepentingan dengan urutan kepentingan lainnya diusahakan sama seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Pemberian Bobot
Urutan Tingkat Kepentingan
Bobot (Wi)
1
15
2
14
3
13
4
12
5
10
6
9
7
8
8
6
9
5
10
4
11
3
12
1
Jumlah
78
100

Bobot untuk urutan tingkat kepentingan :
1. 12/78 × 100 = 15,38 ≈ 15
2. 11/78 × 100 = 14,10 ≈ 14
3. 10/78 × 100 = 12,82 ≈ 13
4. 9/78 × 100 = 11,53 ≈ 12
5. 8/78 × 100 = 10,25 ≈ 10
6. 7/78 × 100 = 8,97 ≈ 9
7. 6/78 × 100 = 7,69 ≈ 8
8. 5/78 × 100 = 6,41 ≈ 6
9. 4/78 × 100 = 5,13 ≈ 5
10. 3/78 × 100 = 3,85 ≈ 4
11. 2/78 × 100 = 2,56 ≈ 3
12. 1/78 × 100 = 1,28 ≈ 1
Rumus yang digunakan untuk menghitung sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada pelayanan angkutan penyeberangan kapal cepat Semarang – Pontianak


Apabila skala makin ke kiri maka menunjukkan sikap konsumen terhadap atribut yang ada pada kapal penumpang secara relatif adalah menyenangkan dan sebaliknya apabila semakin ke kanan menunjukkan sikap konsumen secara relatif tidak menyenangkan.

No comments:

Post a Comment