Kajian
moda angkutan kapal cepat (studi kasus jalur Semarang Pontianak). Dalam rangka pembangunan wilayah Semarang dan Pontianak,
diupayakan kegiatan yang dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah,
membuka daerah terisolisir dan miskin, memperlancar arus perdagangan, serta
peningkatan sarana dan prasarana penyeberangan lintas Semarang-Pontianak.
Perhatian terhadap sarana dan prasarana penyeberangan melatarbelakangi PT
Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) untuk mengembangkan kapal
penyeberangan dengan kecepatan dan frekuensi tinggi. Adanya kapal cepat untuk jalur
Semarang-Pontianak ini dengan asumsi dapat menarik penumpang dari angkutan lain
terutama angkutan udara yang tarifnya semakin tinggi. Penelitian ini mempunyai
beberapa tujuan diantaranya adalah mengidentifikasi keterkaitan karakteristik
penumpang terhadap tingkat pelayanan dan mengetahui secara rinci keinginan
penumpang kapal cepat jalur Semarng-Pontianak, mengetahui volume penumpang,
menganalisa persepsi masyarakat terhadap penggunaan kapal cepat, serta
menganalisis hasil identifikasi penumpang berdasarksan maksud perjalanan.
Metode yang digunakan untuk analisa data dalam penelitian ini adalah metode
Multiattribute Attitude Model (MAM). Data sekunder yang didapat dari PT. ASDP
adalah berupa data rata-rata barang untuk produksi Desember-Mei tahun 2002, jarak
pelabuhan Semarang-Pontianak, waktu tempuh kapal cepat, kecepatan kapal cepat,
jumlah penumpang periode Desember-Mei tahun 2002. Sedangkan data primer
diperoleh dari pembagian kuesioner yang berupa data identitas responden dan
variabel-variabel penelitian yang terdapat dalam pengoperasian kapal cepat.
Berdasarkan analisa data dapat diperoleh skala sikap konsumen yang menunjukkan
angka 175,98. Hal ini menunjukkan secara keseluruhan kinerja operasional kapal
cepat adalah memuaskan, tetapi masih terdapat kekurangan pelayanan pada
beberapa variabel diantaranya adalah pernah memakai kapal lain diluar kapal
cepat PT. ASDP, ketersediaan jenis angkutan lain, perubahan jadwal, dan ongkos
perjalanan kapal cepat.
Kata kunci
: kinerja operasioanl, Multiattribute Attitude Model, skala beda semantik
1.
PENDAHULUAN
Menurut hasil survei tim peneliti dan
informasi dari beberapa media massa, semakin tingginya arus penumpang melalui
laut dan penyeberangan sebagai akibat dari laju pembangunan nasional dan
pemerataan hasil-hasil pembangunan ke seluruh pelosok tanah air, kebutuhan
lintasan penyeberangan antar pulau dan antar pelabuhan semakin meningkat pula.
Oleh sebab itu
optimalisasi armada laut sebagai langkah antisipatif dari
kemungkinan lonjakan penumpang pun mutlak dilakukan oleh Departemen
Perhubungan. Konsepsi penyeberangan adalah sebagai penghubung dan atau
alternatif jaringan jalan yang dipisahkan oleh perairan merupakan wujud
pelaksanaan kebijakan pemerintah di bidang transportasi. Dalam rangka
pembangunan wilayah Semarang dan Pontianak, diupayakan kegiatan untuk dapat meningkatkan laju pertumbuhan ekonomi daerah, membuka
daerah terisolir dan miskin, serta memperlancar arus perdagangan. Selain itu
diusahakan pula peningkatan sarana dan prasarana penyeberangan lintas Semarang
– Pontianak.
1.1.
Perumusan masalah
Terjadinya
penurunan jumlah arus penumpang di Pontianak yang cukup drastis pada
pemilihan
moda transportasi udara dan moda transportasi sungai, sebaliknya terjadi
peningkatan pada pemilihan moda transportasi laut dan transportasi darat. Hal
ini berkaitan dengan intensitas kegiatan manusia yang terus meningkat seiring
dengan perkembangan ekonomi Indonesia. Intensitas yang tinggi ini membutuhkan
sarana dan prasarana angkutan penyeberangan yang memadai agar dapat
mempermudah/mempercepat pergerakan masyarakat. Karena alasan-alasan tersebut
maka PT. Angkutan Sungai, Danau, dan Penyeberangan (ASDP) mengembangkan
angkutan kapal ferry cepat sebagai alternatif dari moda angkutan penyeberangan
lain yang telah ada. Dengan asumsi dapat menarik penumpang dari angkutan lain
terutama angkutan udara yang tarifnya semakin tinggi. Kapal ferry cepat
merupakan salah satu moda penyeberangan dengan pelayanan yang berbeda dengan
kapal ferry lain.
1.2.
Batasan penelitian
Engel (1994)
mengemukakan bahwa penelitian dalam bidang pelayanan berfokus pada perilaku
konsumen. Perilaku konsumen dapat didefinisikan sebagai tindakan yang langsung
terlibat dalam mendapatkan, mengkonsumsi dan menghabiskan produk atau jasa,
termasuk proses keputusan yang mendahului dan menyusul tindakan tersebut.
Sebagai bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah kondisi pengoperasian
dan pelayanan kapal cepat Semarang-Pontianak. Untuk data yang digunakan dalam
penelitian ini berasal dari PT. ASDP dan PT. PELNI, pengamatan langsung di
lapangan dan kuesioner yang dibagikan kepada pengguna jasa kapal cepat dan
kapal ferry sebagai bahan perbandingan untuk menunjang keberadaan kapal cepat,
serta berhubungan langsung dengan pihak-pihak yang terkait dalam kinerja
operasional kapal cepat. Pada penelitian ini, kategori yang tercantum pada
survei karakteristik penumpang meliputi data umur, pekerjaan, maksud
perjalanan, dan pendapatan responden dalam satu bulan. Survei dilakukan pada
responden pria dan wanita dengan kelompok umur > 17 tahun.
2. TINJAUAN PUSTAKA
2.1.
Sistem transportasi
Menurut
Kamarwan, S.S dkk (1997), sistem transportasi merupakan suatu bentuk
keterikatan dan keterkaitan antara penumpang, barang, prasarana, dan sarana
yang berinteraksi dalam rangka perpindahan orang atau barang yang tercakup
dalam suatu tatanan, baik secara alami maupun buatan/rekayasa. Ortuzar dan
Willumsen (1994) mengemukakan bahwa apabila disediakan jasa transportasi yang
cukup atau berlebihan namun pada waktu dan tempat tersebut tidak diperlukan,
maka penyediaan jasa transportasi tersebut tidak berguna. Oleh karena itu,
untuk mewujudkan sistem transportasi yang efektif diperlukan suatu sistem
transportasi yang mampu mengangkut penumpang atau barang dalam jumlah besar.
Dengan demikian agar menjadi efektif, sistem transportasi harus memiliki
kapasitas yang memadai. Tetapi perlu diperhatikan juga bahwa kapasitas yang
besar tidak akan banyak berarti bila pemakai jasa transportasi tidak terlalu
banyak (demand terlalu kecil).
2.2. Pemilihan
moda transportasi
Menurut
Magribi (1998), pemilihan alat transportasi oleh penggunan jasa transportasi
ditentukan oleh tipe dari perjalanan, karakteristik pelaku perjalanan, maupun
tingkat pelayanan dari sistem transportasi. Manusia memilih alat transportasi
yang paling menguntungkan, baik dilihat dari segi ekonomi, efisiensi, maupun
tingkat pelayanan yang diinginkan. Dalam keadaan tertentu, pemakai alat
transportasi dalam melakukan perjalanan dapat memilih antara beberapa macam
alat transportasi yang tersedia. Magribi juga menjelaskan mengenai
faktor-faktor terkuantifikasi, bahwa masyarakat masih menempatkan faktor biaya
lebih dominan sebagai bahan pertimbangan dalam pemilihan moda angkutan, lalu
disusul oleh waktu perjalanan dan frekuensi kapal per hari. Selain itu
masyarakat memilih faktor dengan urutan sebagai berikut keamanan, tepat waktu,
kenyamanan dan terjadwal.
2.3.
Kinerja operasional pelayanan angkutan penyeberangan
Seperti
dikemukakan Soemanto (1998), untuk mendapatkan suatu kinerja operasional yang
mantap serta untuk memberikan pelayanan yang maksimal bagi penumpang, maka
dapat diusulkan kriteria angkutan penyeberangan sekurang-kurangnya
memperhatikan hal-hal seperti peningkatan keamanan dan kelancaran pengoperasian
kapal penumpang, faktor kebutuhan jasa angkutan, waktu pelayaran, penyesuaian
waktu keberangkatan dan kedatangan, perbaikan dan peningkatan kapasitas angkut,
peningkatan keandalan pelayanan kapal penumpang, peningkatan sistem
pengendalian dan operasi, dan ongkos perjalanan kapal penumpang yang layak.
3. METODE PENELITIAN
Pada
penelitian ini metode yang digunakan adalah Multiattribute Attitude Model (MAM),
yang digunakan untuk mengukur sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang
terdapat pada pelayanan kapal penumpang. Langkah-langkah yang dilakukan pada Multiattribute
Attitude Model ini adalah mengembangkan sejumlah variabel yang
diperhitungkan oleh konsumen, memberi bobot pada masing-masing variabel,
menghitung selisih nilai antara tingkat harapan dan kinerja yang dirasakan,
kemudian menghitung sikap konsumen terhadap atribut-atribut yang ada pada
pelayanan angkutan penyeberangan kapal cepat Semarang – Pontianak. Pemberian
bobot pada masing-masing atribut berdasarkan urutan kepentingan dengan jumlah
bobot 100. Untuk melengkapi formula pengukuran sikap secara keseluruhan, bobot
tingkat kepentingan harus diberikan pada tiap-tiap variabel. Selisih bobot
antara urutan kepentingan dengan urutan kepentingan lainnya diusahakan sama
seperti yang tertera pada tabel di bawah ini.
Tabel 3.1. Pemberian Bobot
Urutan
Tingkat Kepentingan
|
Bobot
(Wi)
|
|
1
|
15
|
|
2
|
14
|
|
3
|
13
|
|
4
|
12
|
|
5
|
10
|
|
6
|
9
|
|
7
|
8
|
|
8
|
6
|
|
9
|
5
|
|
10
|
4
|
|
11
|
3
|
|
12
|
1
|
|
Jumlah
|
78
|
100
|
Bobot untuk urutan tingkat
kepentingan :
1. 12/78 × 100 = 15,38 ≈ 15
2. 11/78 × 100 = 14,10 ≈ 14
3. 10/78 × 100 = 12,82 ≈ 13
4. 9/78 × 100 = 11,53 ≈ 12
5. 8/78 × 100 = 10,25 ≈ 10
6. 7/78 × 100 = 8,97 ≈ 9
7. 6/78 × 100 = 7,69 ≈ 8
8. 5/78 × 100 = 6,41 ≈ 6
9. 4/78 × 100 = 5,13 ≈ 5
10. 3/78 × 100 = 3,85 ≈ 4
11. 2/78 × 100 = 2,56 ≈ 3
12. 1/78 × 100 = 1,28 ≈ 1
Rumus yang digunakan untuk menghitung sikap konsumen terhadap
atribut-atribut yang ada pada pelayanan angkutan penyeberangan kapal cepat
Semarang – Pontianak
Apabila skala makin ke kiri maka menunjukkan sikap konsumen
terhadap atribut yang ada pada kapal penumpang secara relatif adalah
menyenangkan dan sebaliknya apabila semakin ke kanan menunjukkan sikap konsumen
secara relatif tidak menyenangkan.
No comments:
Post a Comment