MENEJEMEN KONSTRUKSI PARTISIPASI MASYARAKAT PADA PROYEK PPM-SLTP LOAN 4062-IND 1999 s/d 2002. Paradigma baru
membangun pada akhir-akhir ini adalah selalu mengikutkan masyarakat sebagai
pengambil keputusan (bese community development). Hal ini timbul karena konsep
pembangunan terdahulu yang bersifat centralistik yang cenderung mempunyai
kebijakan universal alhasil tidak dapat dimanfaatkan oleh seluruh masyarakat.
Kebijaksanaan
pembangunan dengan desentralisasi membuka wawasan baru dalam pembangunan karena
terbuka lebar masyarakat untuk ikut menentukan arah membangun sesuai dengan
kebutuhannya.
Metode membangun
dengan melibatkan banyak pihak sering memerlukan koordinasi yang baik, dalam
hal konstruksi disebut sebagai menejemen konstruksi. Menejemen konstruksi dalam
paradigma baru ini juga memerlukan penyesuaian dimana masyarakat harus ikut
banyak terlibat menentukan arah pembangunan. Metode baru ini mungkin dapat
disebut sebagai Menejemen Konstruksi Partisipasi Masyarakat .
Metode ini
awalnya dipakai dan dikenalkan oleh beberapa LSM / Perguruan Tinggi dengan
tokohnya seperti Romo Mangunwijaya dan Prof. Hasan Purbo, namun bersifat
informal. Ide ini diterapkan dan dimodifikasi untuk pembangunan yang bersifat
formal sekaligus memecahkan isu otonomi / desentralisasi namun dana BLN (World
Bank, ADB, IBD, dsb). Metode membangun ini semakin kuat diterapkan dengan
melihat hasil yang dicapai terutama dalam transparansi dan akuntabilitasnya,
serta dapat meminimalkan kebocoran dana (30 % lebih) yang selama ini menjadi
permasalahan yang tak kunjung selesai. Konstruksi fisik yang dihasilkan juga
lebih baik dari alokasi dana yang sama.
Kata kunci :
pembangunan , menejemen konstruksi, partisipasi
A. Pendahuluan
Pada
awal repelita VI (1994-1999) yang sekaligus pangkal PJP II (Pembangunan Jangka
Panjang kedua, 1994-2019), sesungguhnya telah terjadi perubahan mendasar dalam
paradigma pembangunan nasional yaitu dari orientasi pertumbuhan ekonomi ke
orientasi pembangunan manusia. Dalam pembangunan yang menekankan pada pemnagunan
manusia, baik sebagai sumber daya maupun sebagai tujuan pembangunan, berbagai
kelemahan paradigma lama diperbaiki. Misalnya
pembangunanyang terlalu menekankan pada pertumbuhan ekonomi mau tidak mau bersifat sektoral untuk menigkatkan produksi nasional, juga bersifat sentralistik. Pembangunan sektoral yang sentralistik berarti kurang mempertimbangkan kepentingan regional, yang pada gilirannya berarti pembangunan daerah dinomorduakan. Dalam paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia, pemerataan pembangunan ditingkatkan untuk mengurangi berbagai ketimpangan ekonomi dan sosial daerah, antar sektor dan antar kelompok ekonomi. (Mubyarto dalam Alhadr, 2002).
pembangunanyang terlalu menekankan pada pertumbuhan ekonomi mau tidak mau bersifat sektoral untuk menigkatkan produksi nasional, juga bersifat sentralistik. Pembangunan sektoral yang sentralistik berarti kurang mempertimbangkan kepentingan regional, yang pada gilirannya berarti pembangunan daerah dinomorduakan. Dalam paradigma pembangunan yang berorientasi pada manusia, pemerataan pembangunan ditingkatkan untuk mengurangi berbagai ketimpangan ekonomi dan sosial daerah, antar sektor dan antar kelompok ekonomi. (Mubyarto dalam Alhadr, 2002).
Pembangunan
atau pengembangan, dalam arti development bukanlah suatu kondisi atau suatu keadaan
yang ditentukan oleh apa yang dimiliki manusianya, dalam hal ini penduduk
setempat. Sebaliknya pengembangan itu adalah kemampuan yang ditentukan oleh apa
yang dapat mereka lakukan dengan apa yang mereka miliki, guna meningkatkan
kualitas hidupnya dan juga kualitas hidup orang lain. Jadi pengembangan harus
diartikan sebagai keinginan untuk memperoleh perbaikan, serta kemampuan untuk
merealisasikan. Itulah masalah dasarnya yaitu motivasi dan pengetahuan dari
pada masalah kekayaan.( M.T. Zen dalam Suharjo :1999).
Pengembangan
(development) juga merupakan produk belajar, bukan hasil produksi; belajar
bagaimana memanfaatkan kemampuan yang dimiliki dan lingkungan sekitarnya untuk
memenuhi kebuthan hidupnya. Pada dasarnya, proses pengembangan itu juga merupakan
proses belajar (learning process).
Dalam
pengembangan proses itu merupakan unsur yang amat penting. Perencanaan
pengembang yang efektif tidak dapat dilakukan oleh seseorang untuk orang lain.
Dari sini dapat dimengerti mengapa begitu banyak dana yang terbuang percuma.
Dana dari negara-negara maju, Bank Dunia, lembaga-lembaga keuangan, dan
organisasi swasta yang dikucurkan ke negara-negara Afrika, Asia, dan Amerika
Latin. Orang harus belajar melakukannya sendiri, tetapi mereka dapat secara
efektif dibantu oleh perencana-perencana profesional seperti
perancang-perancang dengan latar belakang Operation Research dan System
Analysis.
Pada
tahun 1988, di P3PK (Pusat Penelitian Pembangunan Perdesaan dan Kawasan) UGM
diadakan Konperensi Nasional Program Pengembangan Wilayah (PPW), yang mempunyai
tujuan
-
Meningkatkan pendapatan kelompok masyarakat termiskin di pedesaan,
-
Meningkatkan kemampuan pemerintah daerah dalam upaya pembangunan perdesaan yang
mampu menaikkan produktivitas kelompok masyarakat miskin,
-
Meningkatkan kemampuan pemerintah pusat dalam memberikan dukungan kepada
upaya-upaya pembangunan perdesaan oleh pemerintah daerah yang akan menaikkan
pendapatan masyarakat miskin di perdesaan.
B. Menejemen
Proyek Partisipasi pada Proyek Perluasan dan
Peningkatan Mutu
– SLTP
Pembangunan
pada dunia pendidikan dengan pendidikan minimal 9 tahun juga sesuai dengan
dasar pemikiran dari konperensi diatas melalui Proyek PPM-SLTP, yaitu memiliki
konsep dasar :
-
Mengimplementasikan Unit Sekolah Baru (USB) dan kegiatan pendukung untuk
menyediakan pendidikan yang lebih baik bagi siswa SLTP yang dibangun proyek
didaerah miskin, pedesaan dan terpencil.
-
Mengimplementasikan kebijakan peningkatan mutu berbasis sekolah dengan
menyediakan input-input agar sekolah, terutama didaerah miskin, pedesaan dan
terpencil, berinisiatif untuk meningkatkan mutu pembelajaran dan
-
Mempersiapkan kepala sekolah dan sdministrasi pendidikan untuk menghadapi peran
dan fungsi yang baru dalam era desentralisasi sistem pendidikan.
Komponen kegiatan
proyek
Kompenen
kegiatan yang didanai Bank Dunia meliputi :
Pengadaan
Unit Sekolah Baru (USB), Penambahan Ruang kelas baru, Guru Kontrak, Furniture,
Menejemen kepala sekolah, Action research, Pelatihan Guru Mata Pelajaran,
Pengadaan Alat penunjang pendidikan, Asrama Guru dan asrama murid, Biaya
operasional Pendidikan, dan Pengadaan Buku-buku.
Metode
Pelaksanaan
Tahun Anggaran
1997-2001
•
Pembangunan fisik dan kegiatan pengawasan UGB (Unit Gedung Baru) masing-masing
diadakan dalam 1 paket dengan metode NCB (National Competitive Bidding).
Kegiatan perencanaan pekerjaan dilaksanakan selalu memalui prior-review.
•
Kegiatan penyempurnaan (kelengkapan utilitas/infrastruktur) melalui metode
Procurement of small work dengan proses Post Review
•
Pembangunan Ruang Kelas Baru dengan metode partisipasi masyarakat.
•
Pengadaan dengan metode pemilihan langsung
•
Pengadaan peralatan dan perlengkapan pendidikan alat mesin kantor dengan metode
NCB, alat bantu belajar dan pengadaan buku dengan grant (hibah), pengadaan
komputer dengan metode LS (Local Shopping).
•
Pengadaan asrama guru dan asrama siswa melalui partisipasi masyarakat.
•
Matching grant (untuk sekolah swasta), yaitu dana bantuan dengan dana
pendamping atau Imbal Swadaya.
•
Guru kontrak dengan metode seleksi.
•
Kegiatan yang bersifat peningkatan mutu pendidikan dan pemantapan menejemen
melalui pelatihan dilakukan dengan metode swakelola (proyek) dengan konsumsi
pendukung menggunakan metode local shopping
Tahun Anggaran
2002
•
Pelaksanaan semua pekerjaan semaksimal mungkin melalui usulan partisipatif
masyarakat melalui grant baik block grant maupun maching grant, terutama
pengadaan USB, RKB, Buku penunjang, Alat pendidikan, guru kontrak, furnitur dan
sebagainya.
Monitoring dan
Evaluasi Realisasi Kegiatan
Monitoring
ini bertujuan untuk mengendalikan pelaksanaan kegiatan dan kualitas bangunan.
Acuan yang digunakan untuk melaksanaan monitoring adalah RKS (rencana kerja dan
syarat) , gambar, kontrak, dan dokumen lain yang relevan. Monitoring dilakukan
melalui 3 tahap :
-
Tahap pra implementasi : Penyiapan program dan proses
-
Tahap implementasi : pelaksanaan fisik bangunan
-
Tahap pasca implementasi : penggunaan dan pemeliharaan sekolah
C. Unsur proyek
dan kegiatan Monitoring dan evaluasi
Konsultan
Pengawas
Konsultasn
melakukan monitoring pada tahap implementasi dilapangan serta membuat laporan
harian, mingguan dan bulanan. Laporan menyajikan prosentase fisik bangunan di
lapangan, mengawasi kualitas dan volume fisik.
Konsultan
Perencana
Monitoring
dilakukan satu kali, yaitu ketika pekerjaan mencapai 100 %. Selain itu
menitoring harus dilakukan jika terjadi perubahan pelaksanaan pekerjaan. Obyek
yang dimonitor adalah seluruh pekerjaan fisik proyek. Hasil monitoring
dituangkan dalam laporan berkala.
PPIU (Province
Project Implementation Unit)
Adalah
pelaksana proyek pada Kantor Dinas setingkat provinsi.
Petugas
yang melaksanakan monitoring adalah Konsultan Pengadaan di tingkat Provinsi
(Procurement Consultant) dan TIM Teknis Proyek didampingi oleh Konsultan Menejemen
Teknik dan Assisten Engeneer (wakil pusat di Propinsi). Kegiatan monitoring
dilakukan sebanyak 3 tahap yaitu saat pekerjaan akan dimulai, pekerjaan
mencapai 50 % dan 100 %. Monitoring pada saat pekerjaan akan dimuali dengan
maksud untuk mengetahui kesiapan kondisi lapangan sebelum pekerjaan
dilaksanakan. Monitoring tahap I dimaksudkan untuk memantau kemajuan
pelaksanaan pekerjaan dan kualitas pekerjaan ketika mencapai 50 %. Pemantauan
tahap ini dapat digunakan untuk menverifikasi laporan pengawas dan mengoreksi
pekerjaan yang menyimpang. Hasil monitoring dituangkan dalam laporan monitoring
dan laporan keseluruhan pelaksanaan UGB.
CPCU
(Construction and Procurement Central Unit)
Adalah
Konsultan ditingkat pusat – Direktorat Jendral Pendidikan Dasar dan Menengah
Proyek PPM-SLTP untuk keseluruhan proyek di Indonesia.
Monitoring
dilaksanakan secara insidental, namun terutama dilaksanakan pada tahap akhir
pelaksanaan pekerjaan. Obyek yang dimonitor adalah seluruh fisik UGB, termasuk infrastrukturnya.
Monitoring dimaksudkan untuk mengidentifikasi masalah kemajuan pekerjaan,
kualitas pekerjaan dan pemanfaatan. Hasil monitoring merupakan bahan diskusi
dengan PPIU dan konsultan terkait serta menjadi bahan laporan monitoring dan
laporan akhir tahun.
World Bank
Adalah
penyandang dana proyek Loan 4062-IND.
Tim
monitoring Bank Dunia melaksanakan pemantauan secara insidentil terhadap
beberapa pekerjaan. Pemantauan dimaksudkan untuk mengetahui kualitas pekerjaan
dan kegiatan operasional sekolah.
Konsultan
Menejemen Teknik
Adalah
konsultan pendamping dalam pelaksanaan proyek hibah (block dan macthing grant)
dengan metode partisipasi dari proposal hingga akhir pekerjaan.
Assisten
Engineer
Adalah
wakil proyek pusat yang berada di Propinsi untuk menjembatani pelaksanaan dan monitoring
proyek.
D. Pelaksanaan
Pembangunan Partisipasi Masyarakat.
Komite Sekolah
Adalah
pelaksana ditingkat paling dasar dan paling menentukan berhasil tidaknya
program kegiatan. Terdiri dari Kepala Sekolah sebagai Ketua Komite, unsur Siswa
(OSIS), BP3, Orang tua murid (masyarakat) dan Kepala Desa.
Proposal
kegiatan bermula dari rapat pembentukan Komite diteruskan dengan musyawarah
tentang keberadaan dana bantuan proyek, diteruskan dengan pembuatan proposal
untuk diajukan besarnya pendanaan. Dalam menyusun proposal melalui dua tahap
yaitu :
•
Proposal administratif, ditinjau dari kelengkapan administrasi .
•
Proposal kegiatan, yaitu setelah proposal adminstratif disetujui diteruskan
dengan bimbingan Konsultan Menejemen Teknik.
Tahap Proposal Administrasi
PPIU
mengumumkan kepada seluruh masyarakat (SLTP negeri - swasta) adanya proyek
bantuan hibah (grant) baik melalui KanDep Kabupaten maupun RRI. Ditindak
lanjuti oleh kepala sekolah setelah melalui musyawarah masyarakat dan
pembentukan komite beserta tim penyusun proposal.
Proposal
diterima di PPIU dan diseleksi oleh Tim Teknis proyek tentang kelayakan
administrasi.
Tahap Proposal
Teknis
Tim
teknis bersama dengan konsultan menejemen teknik meninjau sekolah yang lolos
secara administratif dan layak mendapat bantuan. Bersama konsultan teknis
menentukan prioritas pengembangan dari beberapa kegiatan yang diusulkan dan
oleh tim teknis dipertimbangkan prioritas dana yang layak untuk diberikan
berdasar asas manfaat pada percepatan peningkatan mutu pendidikan.
Proposal
yang bersifat teknis / gambar dan folume pekerjaan fisik bangunan didampingi
oleh konsultan menejemen melalui kader pembangunan yang diadakan oleh
masyarakat setempat. Melalui kader inilah sustainable parisipasi masyarakat
dalam membangun tetap dapat berlangsung walaupun dana bantuan telah selesai.
Kesimpulan
Menejemen
Konstruksi dengan partisipasi ini melibatkan seluruh komponen masyarakat, baik
birokrasi tingat desa, kecamatan, kabupaten maupun propinsi. Program kegiatan
ini dengan sendirinya transparansi dan akuntabilitasnya dapat dipertanggung
jawabkan ditingkat pelaksanaan pekerjaan/kegiatan karena tiap kali ada
perubahan keuangan selalu diumumkan secara terbuka dan seluruh masyarakat
mengetahui. Alhasil pekerjaan yang sama volume dan biaya pekerjaan namun hasil
jauh lebih baik dari alokasi dana Pemerintah Daerah / Propinsi/ Pusat yang
pembangunannya melalui jasa Pemborong/Kontraktor. Dari sinilah dapat
disimpulkan bahwa pembangunan dengan menggunakan jasa konstruksi mengalami
banyak kebocoran dan hasil fisik selalu tidak sesuai dengan harapan.
No comments:
Post a Comment