KARAKTERISTIK
PENGGUNA SEBAGAI DASAR KAJIAN
SEGMEN PEMASARAN WARUNG INTERNET DI WILAYAH KOTA
SOLO. Media internet
mulai dikomersialisasikan pada tahun 1995, dan saat ini mulai berhasil
mentranformasikan bentuk pola bisnis, struktur perekonomian dan arus informasi
dunia. Pada masa awal perkenalan internet, peluang usaha terletak pada bisnis
penyediaan akses internet. Pada periode tersebut bermunculanlah internet
service provider (ISP) dan warung-warung internet di beberapa kota di
Indonesia, sebagai bentuk penyediaan akses internet. Kedua hal ini semakin
memperluas penggunaan internet di kalangan masyarakat Indonesia.
Dalam konsep
bisnis jasa, pihak yang paling penting adalah pembeli. Oleh karena itu
sangatlah penting bagi suatu perusahaan untuk mengenal siapa calon-calon
pembeli mereka dan apa yang diharapkan oleh para calon pembeli tersebut untuk
kemudian dapat mendorong mereka menjadi pembeli yang puas dan berlanjut menjadi
pelanggan yang puas.
Berdasarkan pada
data Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) dan dari hasil
penelitian terdahulu oleh Pacific Rekan Prima (2000) dan Yustianto (2002) telah
dapat diidentifikasi karakteristik pengguna internet di Indonesia. Dengan
menggunakan hasil penelitian tersebut dan dipadukan dengan data-data demografi
masyarakat yang ada di wilayah kota Solo diperoleh gambaran peluang pemasaran
internet untuk wilayah kota Solo.
Dari hasil yang
didapatkan, pasar untuk warung internet di kota Solo memiliki pasar yang
sempit, atau dapat digolongkan dalam niche market. Untuk memenangkan
persaingan, perlu dipahami kebutuhan pelanggan dalam niche market tersebut.
Kata kunci:
internet, karakteristik pengguna, segmen pemasaran, ceruk pasar.
PENDAHULUAN
Sejak
komersialisasinya pada tahun 1995, media internet mulai berhasil
mentranformasikan bentuk pola bisnis, struktur perekonomian dan arus informasi
dunia. Revolusi teknologi informasi yang menerapkan internet dalam aktivitas
ekonomi paling tampak pada wilayah electronic commerce (e-commerce). Contoh
kasus kesuksesan yang paling terkenal adalah Amazon.com, sebuah toko buku
online yang didirikan pada tahun 1995 dan kemudian tumbuh menjadi yang terbesar
di dunia yang memiliki koleksi lebih dari 4 juta judul buku yang kemudian juga
berkembang ke penjualan produk-produk lain.
Pengaruh
komersialisasi Internet di Indonesia sudah mulai dirasakan pada tahun 1996
dengan menjamurnya perusahaan "Internet Service Provider" (ISP) dan
berdirinya beberapa perusahaan "Internet Content Provider" (ICP).
Kedua jenis perusahaan ini dibedakan berdasarkan
layanan yang diberikannya. Jenis yang pertama adalah penyedia akses internet bagi konsumen dan jenis yang kedua adalah penyedia jasa dan informasi di internet. Analoginya adalah jenis yang pertama sebagai penyedia jalan rayanya dan yang kedua sebagai pengusaha tokonya.
layanan yang diberikannya. Jenis yang pertama adalah penyedia akses internet bagi konsumen dan jenis yang kedua adalah penyedia jasa dan informasi di internet. Analoginya adalah jenis yang pertama sebagai penyedia jalan rayanya dan yang kedua sebagai pengusaha tokonya.
Pada
masa-masa awal perkenalan internet peluang usaha terletak pada bisnis
penyediaan akses internet. Pada periode tersebut bermunculanlah ISP-ISP yang
menawarkan akses internet baik untuk perusahaan besar maupun untuk konsumen
individual. Selanjutnya, banyak pula pengusaha yang mulai tertarik untuk
mendirikan warung internet-warung internet di beberapa kota di Indonesia. Kedua
hal ini semakin memperluas penggunaan internet di kalangan masyarakat
Indonesia.
PERKEMBANGAN INTERNET
Sebagai
media, internet telah berhasil menyatukan dunia dan menciptakan banyak peluang
bagi para pemakainya. Pada dasarnya ada tiga elemen dari Internet yang telah
menjadi bagian integral dari gaya hidup modern. Elemen tersebut masing-masing
adalah:
Muatan
informasi (content) dalam tujuan pembelajaran, informasi, rekreasi dan
kreativitas,
Sarana
komunikasi (communication) untuk berinteraksi antar perorangan dan komunitas,
Sarana
perniagaan (commerce) untuk menjembatani transaksi bisnis dan menjalankan
operasional perusahaan.
Tentu
saja di perusahaan-perusahaan dengan orientasi keuntungan, elemen yang paling
sering dimanfaatkan adalah commerce. Telah banyak sekali perusahaan di dunia
yang memanfaatkan internet dan banyak yang telah memiliki situsnya sendiri
dangan nama domain milik mereka sendiri. Hal ini tidak selalu hanya didasarkan
pada ambisi penampilan namun juga karena Internet menawarkan kecepatan,
efisiensi dan efektivitas.
Dengan
internet, produsen tidak selalu harus berinteraksi langsung secara fisik dengan
konsumennya karena mereka dapat memanfaatkan fasilitas pemasaran maya
(cyber-marketing). Melalui internet yang telah meluas melewati batas-batas
negara dan zona waktu, konsumen, penjual dan pembeli dapat berinteraksi lintas
batas dan transaksi dapat dilakukan dalam satu kali klik (click). Hal yang sama
berlaku pada proses bisnis yang juga dapat dilakukan secara cepat dan mudah
melalui komunikasi e-mail.
Gambar 1. Ragam
Penawaran Situs Internet di Indonesia (Yustianto, 2002)
MANAJEMEN
PEMASARAN
Dalam
definisi manajerial, pemasaran sering dideskripsikan sebagai “seni menjual
produk”. Hal terpenting dari pemasaran bukanlah penjualan. Penjualan hanyalah
ujung dari keseluruhan proses yang dikenal sebagai kegiatan pemasaran. Tujuan
dari pemasaran adalah menciptakan penjualan yang lancar.
Manajemen
pemasaran didefinisikan sebagai kegiatan-kegiatan proses perencanaan dan
pelaksanaan dalam penentuan konsepsi, penentuan harga, promosi dan
pendistribusian gagasan, barang, atau jasa untuk menciptakan pertukaran yang
memuaskan baik keinginan individual maupun tujuan perusahaan (Kotler, 2000).
Proses
pemasaran sendiri dapat dijabarkan sebagai rangkaian pemenuhan nilai yang
terdiri dari proses pemilihan nilai, penciptaan nilai dan pengkomunikasian
nilai. Secara keseluruhan proses ini diilustrasikan pada gambar 2.
Gambar 2.
Pemilihan, Penciptaan dan Penyampaian Nilai Pemasaran
Tahap
pertama, yaitu pemilihan nilai, menggambarkan pekerjaan awal pemasaran yang
harus dilakukan terlebih dahulu semenjak produknya sendiri belum diciptakan.
Dalam tahap ini pemasar membagi-bagi pasar, memilih target pasar yang sesuai,
dan mengembangkan posisi nilai penawaran. Formula “segmentation, targeting,
positioning (STP)” ini yang disebut sebagai “pemasaran strategis”.
Setelah
perusahaan menentukan nilainya, tahap kedua adalah penciptaan nilai. Ditetapkan
spesifikasi terukur atas produk atau jasa yang ditawarkan secara detail, harga
tujuan ditetapkan, produk dibuat dan didistribusikan. Mengembangkan produk
spesifik, harga dan distribusi ini adalah bagian pertama dari “pemasaran
taktis”.
Peran
dari tahap ketiga adalah mengkomunikasikan nilai dari produk atau jasa yang
ditawarkan. Bagian ini adalah merupakan paruh terakhir dari “pemasaran taktis”
yang memanfaatkan tenaga pemasaran, promosi penjualan dan pemanfaatan iklan
atau perangkat lain yang dapat dipakai untuk memperkenalkan produk pada pasar.
Pada
tulisan ini, hanya akan dibahas tahap pertama dari rantai nilai pemasaran,
yaitu tahap pemasaran strategis, khususnya dalam usaha warung internet (warnet)
di kota Solo. Kajian dilakukan dengan melakukan komparasi antara data-data
karakteristik pengguna media internet di Indonesia dengan data-data demografi
penduduk yang ada di kota Solo, untuk menentukan pemilihan nilai untuk
pemasaran warnet.
PENGUMPULAN DATA
STATISTIK
Laporan APJII
Berdasarkan
laporan APJII tahun 2001 (APJII, 2001), jumlah pelanggan dan pengguna Internet
di Indonesia terus menerus meningkat. Pelanggan Internet adalah
individu-individu yang secara resmi memiliki sambungannya sendiri untuk
mengakses Internet. Jumlahnya dihitung dari jumlah account pelanggan akses
internet yang terdaftar di berbagai penyelenggara jasa akses internet (Internet
Provider) di Indonesia. Pengguna internet adalah individu-individu yang telah
mengenal internet dan secara berkelanjutan memanfaatkan media ini untuk
kebutuhannya dengan atau tanpa kepemilikan akses internet yang eksklusif.
Pengguna internet dapat saja mengakses internet di kantor, sekolah atau di
warung internet (warnet) selain yang mengaksesnya di rumah.
Gambar 3.
Pertumbuhan Pengguna Internet Indonesia
Tingkat
pertumbuhan rata-rata pelanggan Internet di Indonesia dari tahun 1996 sampai
tahun 2000 adalah 87,6%. Tingkat pertumbuhan pengguna pada selang waktu yang sama
sedikit lebih besar yaitu 90,54%.
Penelitian PT.
Pacific Rekan Prima
Hasil
dari penelitian yang dilakukan oleh PT. Pacific Rekan Prima pada akhir tahun
2000, dengan melibatkan 1500 responden yang tersebar dari berbagai bagian 10
kota besar di Indonesia, yang dianggap mewakili perkembangan dunia Internet di
Indonesia. Survey dilakukan melalui metode wawancara langsung.
Penelitian
yang dilakukan oleh Pacific Rekan Prima ini berhasil mengelompokkan pengguna
Internet di Indonesia menjadi enam kelompok besar:
Kelompok
A: Teens (10%)
Kelompok
B: Young Socialites (24,7%)
Kelompok
C: Traditionalist (9,3%)
Kelompok
D: Technofamily (36%)
Kelompok
E: Bossy (5,7%)
Kelompok
F: Young Executives (13,7%)
Gambar 4.
Pengelompokan Pengguna Internet Indonesia
Berdasarkan
studi tersebut, ada tiga jenis kelompok pasar terpisah yang dapat digarap oleh
penyelenggara bisnis media Internet di Indonesia, yaitu kelompok berorientasi
hiburan (A dan B), kelompok berorientasi keluarga (C dan D) dan kelompok
berorientasi karir (E dan F).
Secara
tipikal kelompok A dan B terdiri dari para pelajar dan mahasiswa yang masih
berstatus lajang. Bagi mereka internet lebih sebagai sarana hiburan, alat
berkomunikasi dan bersosialisasi. Jumlah kelompok ini sekitar 25-30% dari total
pengguna Internet di Indonesia.
Kelompok
B dan C secara tipikal adalah kelompok pekerja perkantoran, yang umumnya mereka
adalah karyawan yang baru memulai karir dan sebagian merupakan keluarga muda.
Kelompok ini adalah kelompok terbesar dari pengguna internet di Indonesia,
yaitu sekitar 40-50% . Bagi mereka, selain sebagai sarana komunikasi, internet
juga telah menjadi sumber informasi alternatif. Mereka memanfaatkan email untuk
berkomunikasi dengan komunitas yang mereka miliki, yaitu antara lain komunitas
alumni sekolah lamanya sampai ke komunitas pergaulan mereka di luar kantor.
Kelompok
D dan E adalah kelompok yang terdiri dari para pekerja tingkat menengah ke atas
dengan kehidupan yang telah cukup mapan. Kelompok ini adalah kelompok terkecil
dari pengguna internet di Indonesia yaitu hanya sekitar 15-20% dari total
pengguna. Menilik dari jumlahnya, pengguna dari kelompok ini sekarang berjumlah
sekitar 400.000 orang, suatu angka yang mendekati jumlah pelanggan Internet
yang terdaftar di Indonesia.
Penelitian Yustianto
(2002)
Hasil
penelitian Yustianto mengenai karakteristik pengguna internet di Indonesia,
dapat dilihat pada tabel 1 sampai tabel 4.
Perilaku
Pengguna Internet
Pengguna
internet sebagian besar tidak memiliki account pribadi (79%) untuk melakukan
akses internet. Sisanya (21%) terdaftar memiliki nomor akses pribadi pada
penyelenggara jasa internet (ISP). Pengguna melakukan akses internet dari
kantor tempat kerja (43%), warung internet (41%), rumah (12%) dan kampus (4%).
Pemanfaatan internet yang dilakukan oleh pengguna bervariasi, mulai dari email,
hiburan, bisnis, akademis, riset dan lain-lain. Variasi pemanfaatan internet
dapat dilihat pada gambar 5.
Gambar 5.
Pemanfataan Internet
Pengguna
melakukan akses internet dalam 1 minggu sangat bervariasi, dari 1 kali (21%), 2
– 3 kali (33%), 4 – 5 kali (18%), 6 – 7 kali (18%) atau lebih dari 7 kali
(10%). Durasi untuk setiap kali akses juga bervariasi, mulai kurang dari 30
menit (13%), 30 – 60 menit (22%), 1 – 2 jam (48%) dan lebih dari 2 jam (17%). Sedangkan
variasi waktu akses internet, dapat dilihat pada gambar 6.
Gambar 6. Waktu
Utama Pengaksesan Internet
Demografi
Penduduk Kota Solo
Berdasarkan
Statistik Sosial dan Kependudukan Jawa Tengah, hasil Susenas 2000, jumlah
penduduk wilayah kota Surakarta adalah 489.368 jiwa, dengan komposisi 237.709
(48,57%) laki-laki dan 251.659 (51,43%) perempuan. Komposisi demografi penduduk
kota Solo, dapat dilihat pada tabel 5 sampai tabel 8.
PEMBAHASAN
Dengan
melakukan komparasi terhadap data-data yang telah terkumpul di atas, dapat
dikemukakan hal-hal sebagai berikut :
1.
Berdasarkan penelitian Yustianto (2002), dominasi pengguna internet memiliki
rentang usia antara 15 tahun sampai dengan 55 tahun. Ditinjau dari rentang usia
tersebut di wilayah kota Solo, terdapat sebanyak 143.048 orang (laki-laki) dan
154.082 orang (perempuan). Dengan demikian, jumlah penduduk kota Solo yang
memiliki rentang tersebut adalah sekitar 297.130 orang.
2.
Berdasarkan laporan APJII (2001), rasio antara jumlah pengguna internet dengan
jumlah penduduk Indonesia adalah mendekati angka 1%. Dengan menganggap bahwa
rasio tersebut merata di seluruh wilayah Indonesia, maka potensi pengguna
internet untuk di wilayah kota Solo juga mendekati 1% penduduk kota Solo, atau
sekitar 4.853 orang. Dibandingkan dengan data-data demografi yang lain untuk
penduduk kota Solo, maka jumlah potensi pengguna internet tersebut dapat
diterima.
3.
Dengan memperhatikan perilaku pengguna internet, maka terdapat potensi pasar
untuk penggunaan warung internet sebagai tempat melakukan akses internet.
Dengan melihat bahwa 41% pengguna internet melakukan akses melalui warnet, maka
untuk kota Solo terdapat potensi pasar pengguna warnet sebanyak 1990 orang.
Jumlah potensi pasar warung internet tersebut sangat sempit, dimana potensi
pasar warnet hanya berkisar 0,4% dari total penduduk kota Solo, sehingga dapat
digolongkan sebagai ceruk pasar (niche market).
Usaha
warung internet (warnet) di kota Solo perlu memahami sifat pasar yang sangat
sempit (niche market) tersebut. Pemasar pada niche market perlu memahami
kebutuhan niche mereka dengan baik. Sebuah ceruk yang menarik, dapat
digambarkan dimana pelanggan dalam ceruk biasanya mempunyai satuan kebutuhan
yang jelas. Mereka akan loyal pada perusahaan yang bersedia memenuhi kebutuhan
mereka. Dengan demikian pemasar pada ceruk perlu untuk melakukan spesialisasi
operasi agar dapat berhasil.
Perusahaan
yang bersifat spesialis akan berusaha menjadi pemimpin dalam bagian kecil pasar
atau yang sering disebut sebagai ceruk pasar. Keuntungan dari pasar yang kecil
adalah perusahaan cenderung lebih mengenal konsumennya lebih baik sehingga
dapat memuaskannya lebih baik pula. Akhirnya perusahaan dapat memberikan harga
yang lebih tinggi terhadap produknya. Di sisi lain perusahaan spesialis pasar
memiliki resiko besar akan habisnya ceruk pasar atau mengalami serangan dari
perusahaan lain.
Perilaku
pengguna internet dalam melakukan akses, baik berupa frekuensi akses, lama
waktu tiap kali melakukan akses, maupun variasi waktu pengaksesan, perlu
diperhatikan untuk lebih memfokuskan segmen pelanggan yang hendak dipilih.
PENUTUP
Warung
internet merupakan satu jenis usaha jasa penyediaan akses internet bagi
pengguna, khususnya bagi pengguna yang bukan pelanggan dan tidak memiliki
account pribadi. Untuk kawasan kota Solo, pasar usaha untuk penyediaan jasa
warung internet tergolong memiliki segmen pasar yang sempit (berupa niche
market), dimana rasio mereka hanya berkisar 0,4% dari jumlah penduduk kota
Solo. Perhatian yang besar terhadap kebutuhan pelanggan dalam niche market
harus dilakukan untuk keberhasilan penentuan segmen terpilih.
Tulisan
ini masih perlu dilanjutkan dengan melakukan penelitian tentang kebutuhan
pelanggan warung internet, khususnya di wilayah kota Solo, untuk lebih
memperjelas target pasar dan posisi usaha terhadap usaha sejenis.
No comments:
Post a Comment