Penentuan debit yang
dominan pada proses morfologi sungai. Pengambilan keputusan dan perencanaan
kawasan sungai yang mengabaikan dinamika morfologi sungai akan berdampak pada
perubahan regime sungai yang tidak dikehendaki. Morfologi sungai sebenarnya merupakan
proses yang sangat dinamis, dimana pengaruh property aliran air dan property
sedimen terhadap karakteristik saluran bertendensi non-linier. Tujuan
penelitian ini adalah penentuan debit dominan sebagai debit yang mewakili untuk
mendapatkan rerata dari karakteristik sungai. Besaran debit tersebut ditentukan
berdasarkan debit yang menginisiasi secara dominan laju sedimen (Qs).
Penelitian ini menggunakan pendekatan analitik yang didasarkan pada persamaan
kontinuitas aliran air dan sedimen, persamaan kesetimbangan Lane serta
probabilitas debit sungai, untuk mendapatkan hubungan secara matematik antara
debit dan laju sedimen. Debit dominan (Qd) kemudian didefinisikan sebagai
nilai maksimum dari tendensi sebaran nilai piQ5/3 dimana pi adalah
nilai probabilitas. Besaran Qd kemudian dibandingkan dengan debit rerata
dan debit ‘bankful’, (yang saat ini diasumsikan sebagai debit dominan).
Pendekatan analitik yang dihasilkan data bahwa debit dominan untuk sungai Tana
adalah 400 m3/dt,
sedangkan debit rerata dan debit ‘bankful’ masing-masing sebesar 110m3/dt dan
700 m3/dt.
Kata-kata
kunci: debit dominan, morfologi sungai, debit bankful, sedimen.
PENDAHULUAN
Dalam perencanaan rekayasa persungaian dan manajemen
kawasan sungai, pengetahuan tentang proses mofologi sungai sangat diperlukan.
Morfologi sungai sebenarnya merupakan proses yang sangat dinamis dimana
pengaruh properti aliran dan properti sediment terhadap karakteristik saluran
bertendensi non-linier. Namun
untuk mendapatkan penyerdehanaan, sebuah besaran debit
yang mewakili biasanya digunakan untuk mendapatkan semacam rerata dari
karakteristik sungai.
Besaran debit tersebut tentunya dikembangakan berdasarkan
kenyataan bahwa tidak semua debit akan berpengaruh secara nyata terhadap
perubahan morfologi sungai. Dengan demikian debit yang dominan terhadap laju
sedimen adalah yang dapat dianggap mewakili. Debit tersebut secara luas dikenal
sebagai debit dominan. Permasalahannya adalah belum adanya persamaan persepsi
atas cara penentuan debit dominan. Sebagian besar peneliti menganggap bahwa
debit bankful sebagai debit dominan.
Untuk itu akan sangat menarik apabila dapat didefinisikan
besaran debit dominan secara analitik berupa sebuah persamaan. Dengan
menggunakan persamaan tersebut akan memungkinkan diperoleh kesamaan persepsi
pada setiap studi tentang debit dominan.
Dalam penelitian ini dikembangkan pendekatan analitik untuk
mendapatkan besaran debit dominan yang didasarkan pada persamaan kesetimbangan
Lane. Kemudian persamaan tersebut digunakan dalam peritungan debit dominan pada
sebuah sungai di Afrika. Data yang digunakan penulis adalah data sungai Tana di
negara Kenya yang disadur dari laporan yang ditulis DHL (1985). Sungai Tana
adalah jenis sungai bimodal dengan puncak debit terjadi pada dua periode
yaitu periode April sampai Juni dan periode antara Oktober sampai Desember.
Debit maksimum tahunannya bervariasi antara 200 m3/dt sampai 2000 m3/dt. Debit
rendahnya bisa turun sampai hanya 50 m3/dt. Debit yang digunakan adalah
pencatatan pada stasiun pengukur debit di Garissa.
METODOLOGI
Penelitian ini disusun dengan menggunakan pendekatan
analitik. Persamaan-persamaan matematik yang telah dikembangankan sampai saat
ini, digunakan untuk menjelaskan fenomena Debit Dominan. Pendekatan analitik
digunakan untuk menurunkan hubungan secara matematik antara debit dan sedimen.
Besaran debit yang dihasilkan, yang didasarkan probabilitas kejadian debit dan
laju sedimen, kemudian dibandingkan dengan besaran debit rata-rata dan debit ‘bank
ful’.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
Debit
Rata-Rata
Debit rata-rata pada sungai Tana sebesar 110 m3/dt yang didapatkan
berdasarkan hasil kurva durasi probabilitas debit. Dari kurva tersebut apabila
diambil probabilitas sebesar 50% yang diasumsikan sebagai nilai tengah maka
didapat besaran debit sebesar 110 m3/dt. Kurva durasi yang digunakan sebagai
dasar penentuan probabilitas tersebut disusun berdasarkan data debit rata-rata
bulanan untuk jangka waktu selama 41 tahun dari tahun 1941 sampai dengan tahun
1982. Data tersebut kemudian diurutkan dari yang terbesar dan ditentukan
probabilitasnya dengan rumus (P = m/n+1).
Debit
Bankful
Debit bankful didefinisikan sebagai debit maksimum yang
mampu dialirkan oleh saluran utama pada suatu sungai, kondisi ini terjadi
sesaat sebelum bantaran sungai mulai terendam oleh aliran sungai. Untuk
menentukan besaran debit pada kedalaman bankful, harus didefinisikan
terlebih dahulu sebuah grafik hubungan antara kedalaman dan debit yang biasa
disebut rating curve. Rating curve didapatkan dengan menggunakan
metoda pemisahan penampang menjadi beberapa bagian. Metode ini memisahkan
perhitungan debit saluran utama dan bantaran sungai. Total debit kemudian
didapatkan dengan menjumlahkan debit pada setiap bagian. Perhitungan dilakukan
untuk setiap perbedaan kedalaman air dan diplotkan pada sebuah kurva yang
disebut rating curve.
Dalam perhitungan debit, penentuan nilai kekasaran sungai juga
merupakan hal yang sangat sensitif. Dalam penelitian ini, koefisien kekasaran
dihitung dengan menggunakan rumus Chezy, yang mengadopsi nilai kekasaran
yang didefinisikan oleh Nikuradse (ks). Sehingga rumus pendekatan
menurut Van Rijn (1998) untuk koefisien Chezy didefinisikan sebagi
berikut:
Pada sungai yang mempunyai bentaran, terjadi interaksi dan
transfer momentum antara saluran utama dan bantaran. Hal tersebut diterangkan
oleh Knight (1996) diantara beberapa peneliti lainya. Karena fenomena interaksi
aliran antara saluran utama dan bantaran diabaikan dalam perhitungan debit
total, maka besaran koefisien kekasaran Chezy yang seharusnya merupakan
fungsi kedalaman air dibatasi pada kisaran antara 30 sampai dengan 50. Dengan
kata lain, apabila nilai perhitungan C dibawah 30 maka digunakan besaran 30,
sedangkan besaran 50 digunakan untuk mewakili nilai C diatas 50.
Wahono et al. (2001) mengasumsikan besaran koefisien kekasaran Nikuradse
(ks), pada saluran utama, sebanding dengan besaran D90, yaitu
sebesar 0.00063 m dan koefisien C diasumsikan sebesar 50. Sedangkan besaran
koefisien C untuk bantaran sungai diasumsikan sebesar 30.
Untuk mendapatkan nilai debit secara teoritis, skematisasi
penampang sungai dilakukan sebagai upaya pendekatan. Gambar skemastisasi
penampang disajikan pada gambar 2. Dengan menggunakan skematisasi penampang
tersebut, kemudian dihitung besaran debit pada setiap kenaikan elevasi muka air
di sungai dengan metode pembagian penampang sebagaimana digunakan oleh Knight
dkk (1989). Hasil perhitungan debit tersebut kemudian disajikan dalam sebuah
grafik hubungan antara tinggi muka air dan besaran debit yang disebut rating
curve sebagaimana disajikan pada gambar 3. Dari gambar tersebut dapat
dilihat perbedaan tendensi sebelum dan setelah tercapai debit bankful. Dari
gambar 3. juga dapt diperoleh besaran debit bankful adalah 700 m3/dt.
Debit
Dominan
Debit
dominan sangat penting untuk memprediksi secara garis besar perubahan morfologi
sungai. Chang (1988) mendefinisakan debit dominan sebagai debit yang paling
dominan terhadap terjadinya proses morfologi pada suatu sungai. Besaran debit
dominan digunakan sebagai debit yang dapat mewakili proses dinamika debit. Hal
ini perlu dipahami, karena mengingat bahwa perilaku debit dalam dimensi waktu
sangatlah dinamis, dan itu berarti proses morfologi itu sendiri sebenarnya juga
sangat dinamis. Hal ini terbukti dengan studi yang dilakukan Wahono (2002),
yang memberikan gambaran bahwa variabel stokastik debit sungai (besaran puncak
debit, jarak antar puncak debit, urutan kejadian debit dsb) sangat berpengaruh
pada perilaku morpologi sungai.
Dalam memprediksi perilaku morfologi sebuah sungai tentunya akan
sangat rumit untuk melakukan kajian berdasarkan dinamika debit. Sehingga
keberadaan sebuah representative discharge akan sangat membantu dalam
melakukan prediksi awal.
Penentuan debit dominan pada penelitian ini dilakukan dengan
melakukan analisa analitik dengan menggunakan persamaan-persamaan yang sudah
dikembangan terlebih dahulu. Penurunan persamaan analitik tersebut dapat
dirangkumkan sebagai berikut:
KESIMPULAN
Dari studi yang dilakukan, didapatkan gambaran bahwa pendekatan
secara analitik yang didapat (Qd = 400 m3/dt) masih terdapat perbedaan yang
nyata dengan besaran debit bankful (700 m3/dt) yang sering digunakan
sebagai parameter yang mewakili debit dominan. Hal ini diprediksi akibat asumsi
dalam penurunan persamaan analitik yang menganggap kondisi aliran tunak, dan
varibel-variabel dianggap konstan. Perbedaan juga dimungkinkan akibat
pengabaian momentum transfer antara saluran utama dan bantaranya pada
perhitungan kurva debit. Dari studi ini juga memberikan gambaran bahwa debit
dominan tidak dapat dipandang sebagai factor debit air secara terpisah namun
harus dipahami sebagai interaksi antara laju air dan sedimen. Hal ini terbukti
dengan perbedaan yang sangat jauh antara debit dominan hasil studi dengan debit
rerata (110 m3/dt). Studi yang lebih mendalam tentang variasi besaran variabel
karakteristik air dan sedimen, serta factor kondisi tidak tunak aliran air
menjadi hal yang sangat menarik disamping studi untuk memahami interaksi sungai
dengan bantaranya yang sangat komplek. Dengan studi-studi tersebut diharapkan
dapat memperbaiki akurasi hubungan h-Q dan sekaligus penentuan debit
dominan pada masa yang akan datang.
No comments:
Post a Comment