Mass pressure ratio sebagai parameter
karakteristik dinamis pegas udara berdasarkan analisa data transien mode
lateral. Getaran yang timbul pada saat mesin beroperasi dapat menimbulkan
gangguan. Gangguan itu dapat dikurangi dengan menempatkan isolator getaran.
Kwalitas isolator getaran ditunjukan oleh angka Transmition Ratio. Besarnya
angka itu tergantung dari karakteristik dinamis isolator. Pegas udara merupakan
salah satu bentuk isolator getaran. Tujuan penelitian ini adalah mencari
hubungan antara Mass Pressure Ratio dengan karakteristik dinamis pegas udara.
Penelitian dilaksanakan di Laboratorium Getaran dan Akustik di Jurusan Teknik
Mesin Fakultas Teknik Universitas Gadjah Mada dengan benda uji terbuat dari ban
dalam roda Vespa yang dimodifikasi sehingga menjadi pegas udara. Analisa data
dilakukan berdasarkan respon transien dari pegas udara (sistem bergetar bebas).
Hasil penelitian menunjukan adanya hubungan yang signifikan antara Mass
Pressure Ratio dengan karakteristik dinamis pegas udara.
Kata Kunci : isolator getaran,
Transmition Ratio, karakteristik dinamis, Mass Pressure Ratio, respon transien.
PENDAHULUAN
Getaran
yang timbul, baik pada mesin-mesin produksi, mesin-mesin pembangkit energi,
mesin-mesin kendaraan, atau akibat lintasan yang tidak rata pada alat
transportasi dan lain sebagainya, dapat menimbulkan gangguan. Gangguan itu
dapat menyebabkan
antara lain ketidak nyamanan operator pada mesin produksi, ketidaknyamanan operator maupun penumpang pada alat transportasi, alat ukur yang menjadi tidak presisi, timbulnya kebisingan dan merusak konstruksi gedung di mana mesin ditempatkan. Tentu saja masih banyak lagi masalah yang timbul akibat getaran itu.
antara lain ketidak nyamanan operator pada mesin produksi, ketidaknyamanan operator maupun penumpang pada alat transportasi, alat ukur yang menjadi tidak presisi, timbulnya kebisingan dan merusak konstruksi gedung di mana mesin ditempatkan. Tentu saja masih banyak lagi masalah yang timbul akibat getaran itu.
Usaha
untuk mengurangi gangguan itu dilakukan dengan menempatkan isolator getaran.
Isolator getaran pada dasarnya adalah sebuah komponen mesin yang mempunyai
sifat konstanta pegas (K) dan koefisien redaman viskos (C) yang
tersusun secara paralel. Kwalitas isolator getaran dinyatakan dengan Transmition
Ratio (TR). Transmition Ratio adalah perbandingan amplitudo
massa yang menderita getaran dengan amplitudo penggetar. Besarnya TR tergantung
dari karakteristik dinamis isolator (Rao, 1995). Karakteristik dinamis itu
adalah K, frekwensi alami ( fn ) dan damping ratio (ς).
Pegas
udara merupakan salah satu pilihan untuk meredam getaran. Pilihan itu
dimungkinkan karena pegas udara mempunyai sifat pegas dan redaman. Disamping
itu pegas udara dapat dibuat dengan mudah dan murah. Namun demikian pemakaian
pegas udara sebagai isolator getaran di Indonesia belum memasyarakat. Untuk itu
pemakaian pegas udara perlu disosialisasikan. Tetapi agar tidak terjadi mal
function dalam penggunaannya, perlu dilakukan lebih dulu riset-riset
mengenai pegas udara.
Tujuan dari penelitian ini adalah
untuk mengetahui hubungan Mass Pressure Ratio (MPR), yaitu massa yang
menderita getaran (terletak di atas isolator) dibagi dengan tekanan udara di
dalam bellows, dengan karakteristik dinamis pegas udara, yakni : K dan
ς . Penelitian ini dibatasi hanya pada satu buah benda uji (pegas udara) yang
terbuat dari ban dalam roda Vespa yang dimodifikasi. Analisa data hanya
dilakukan terhadap respon transien (analisa getaran bebas) mode lateral.
Penelitian
Terdahulu (Previous Work)
Macinante
(1977), pada Symposium on Noise and Vibration in Industry, 29-30 Agustus
1977, di Perth menyatakan bahwa frekwensi alami pegas udara dapat dijaga
konstan sepanjang tinggi pegas dijaga konstan.
Schwarb
(1999) menggunakan pegas udara sebagai landasan peluru kendali ketika peluru
itu diuji karakteristik getarannya. Terlihat bahwa kinerja pegas udara lebih
baik dibanding bila peluru digantung pada kabel baja.
Dorier
dan Brown, ( - ) ,mendiskusikan kemungkinan penggunaan pegas udara sebagai
dudukan alat ukur pada mesin-mesin produksi.
Dasar
Teori
Sebuah sistem satu derajat
kebebasan dengan redaman dapat dimodelkan sebagai sebuah massa M (kg) yang
ditumpu dengan pegas yang mempunyai konstanta pegas K (N/m) dan peredam yang
mempunyai koefisien redaman (viskos) C (kg/s) seperti gambar 1.
Gambar 1 : Sistem
Satu Derajat Kebebasan Dengan Redaman
CARA
PENELITIAN
Benda uji yang digunakan dalam
penelitian ini adalah sebuah pegas udara yang dibuat dari ban dalam roda Vespa
sebagai bellows dan plat baja tebal 5 mm sebagai upper cover dan lower
cover. Massa upper cover lengkap dengan perlengkapannya adalah
3,7796 kg. Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah accelerometer,
charge amplifier, band pass filter dan anlyzer. Rangkaian benda uji
dan alat penelitian seperti terlihat pada gambar 2.
Keterangan gambar
1. benda uji
2. accelerometer
3. charge
amplifier
4. band pass
filter
5. analyzer
Gambar 2 : Rangkaian benda uji dan alat uji
Penelitian
ini dilakukan dengan cara memukul upper cover, dengan pemukul gong,
sekali saja. Getaran yang timbul pada upper cover menyebabkan accelerometer
ikut bergetar. Oleh accelerometer getaran mekanis diubah menjadi
sinyal gelombang listrik yang berupa tegangan listrik. Tegangan listrik itu
diperkuat oleh charge amplifier dan diteruskan ke analyzer melalui
band pass filter. Pada layar analyzer tertampil gelombang
tegangan listrik sesuai dengan getaran upper cover, yang berupa getaran
bebas teredam ringan sinusiodal. Pengujian dilakukan untuk tekanan bellows dari
90 cm.k.a (cm. kolom air) sampai dengan 15 cm.k.a dengan langkah 5 cm.k.a
Pengambilan
Data
Untuk setiap pengujian dicatat
besarnya amplitudo (X), minimal 15 buah dan harus berurutan, dari
tampilan analyzer yang berupa kurva amplitudo getaran bebas teredam
ringan. Disamping itu juga dicatat nilai frekwensi alami teredamnya (fnd)
dari tampilan Fourier Spectrum. Diukur pula tinggi pegas ( dipergunakan
dalam menghitung volume udara ).
KESIMPULAN
1.
Pegas udara mempunyai karakteristik dinamis sehingga dapat digunakan sebagai
isolator getaran.
2.
Ada hubungan yang signifikan antara MPR dengan karakteristik dinamis
pegas udara.
3.
Apabila rumusan yang diberikan Thomson digunakan untuk menghitung konstanta
pegas dari pegas udara, maka rumusan tersebut masih harus dikoreksi dengan Sfc yang
merupakan fungsi polinomial pangkat 0,21 dari MPR.
4.
Besarnya damping ratio pegas udara merupakan fungsi polinomial pangkat 2
dari MPR.
No comments:
Post a Comment