Tuesday 29 December 2015

Menuju pada pengembangan sebuah sistem pemilihan modul untuk konstruksi di Indonesia

Menuju pada pengembangan sebuah sistem pemilihan modul untuk konstruksi di Indonesia. Knowledge regarding cost effectiveness and physical design is very important aspect for project manager in selection of a construction method, including selection of modular system for construction. This study aims at identifying factors influencing contractors in selecting modular system in Indonesia. Eleven contractors represented by their project managers who had experiences with modular system in performing construction activities working at Jakarta, Batam and Yogyakarta participated in this study. The study utilized a structured questionnaire, supported by interviews. Data were analyzed using relative important indices. Results indicate that five most important major factors influencing decision in selecting modular system respectively are: 1) plant-location; 2) labour-related; 3) project risk; 4) organization / environment; and 5) plant characteristics. The paper also addresses the possibility to implement the finding in developing a computer base modular selection system for construction in Indonesia.
Keywords: modular system, fabrication, construction method, computer system, Indonesia.

Pendahuluan
Pembangunan di Indonesia khususnya dalam bidang konstruksi, membutuhkan efisiensi dan efektivitas dalam pelaksanaannya, termasuk gedung yang relatif tua, dan tidak dapat memenuhi fungsinya lagi sehingga dianggap tidak ekonomis untuk tetap dipakai. Untuk itu
perlu diperbaharui dengan gedung yang lebih baru, tetapi dapat dilaksanakan dalam waktu yang relatif cepat. Pada kondisi seperti itu para arsitek dan ahli konstruksi ditantang untuk melakukan rancangan dan pelaksanaan yang berpacu dengan waktu.
Pembangunan proyek konstruksi sering harus berpacu dengan waktu menuntut penggunaan bahan yang efisien, mudah dilaksanakan, cepat dan murah. Bangunan tidak dapat hanya dilihat dari segi wujud keindahan saja, tetapi sudah harus merupakan sistem yang terpadu mulai dari fungsi, kekuatan, estetika, kelengkapan bangunan, pemeliharaan, kemungkinan perubahan/ pembongkaran, dan bahkan peluang untuk berganti fungsi sekalipun. Hal ini perlu disadari karena umur teknis bangunan dapat lebih lama dari umur ekonomisnya.
Bon (1989) beranggapan bahwa bangunan sebagai suatu proses ekonomi, jadi setiap desain bangunan akan berkaitan dengan nilai ekonomi yang sebanding dengan desain tersebut. Karena itu, aspek ekonomi bangunan akan menunjukkan efisiensi dalam desain disamping kemampu-jualan dari desain itu. Dalam segi efisiensi desain diperlukan optimasi biaya untuk pembangunan, pemakaian, perawatan dan penggantian. Optimasi ini sangat tergantung pada pemilihan desain, metoda membangun, pemilihan bahan bangunan dan sebagainya. Sementara Stone (1976) menunjukkan bahwa dua faktor pertimbangan yang sangat penting bagi bangunan yaitu biaya dan nilai. Pertimbangan faktor biaya adalah pertimbangan yang paling besar pengaruhnya. Secara langsung faktor biaya ini dipengaruhi oleh harga bahan bangunan yang dipilih.
Pendapat diatas secara gamblang menunjukkan bahwa bahan bangunan yang dicari oleh industri konstruksi saat ini adalah bahan yang mampu memberikan penghematan terhadap total biaya bangunan, baik dari segi harga bahan, teknologi pelaksanaan, ketersediaan di pasar dan sebagainya. Perkembangan ini mengarah pada pembuatan elemen pra-cetak yang didasarkan pada sistem modul.
Tujuan dari studi ini adalah untuk mengidentifikasikan factor-fakator yang mempengaruhi kontraktor dalam pemilihan sistem modul, dan mendiskusikan manfaat dari studi ini untuk pengembangan sebuah sistem berbasis komputer dalam pemilihan modul dalam pelaksanaan konstruksi.

Prefabrikasi/Modularisasi
Efisiensi adalah faktor yang sangat penting dalam pelaksanaan pembangunan gedung. Oleh karena itu, para pakar industri bangunan terus menerus berupaya untuk menemukan jenis bahan bangunan baru yang mampu menunjang efisiensi tersebut. Dengan pertimbangan pentingnya kualitas bangunan, sementara ada pembatasan biaya dan waktu, maka penghematan bahan sudah menjadi hal yang multlak. Lagi pula, dalam pelaksanaan di lapangan, sangat sulitnya pengendalian pemakaian bahan sehingga sering menimbulkan terjadinya banyak sisa bahan/waste. Bila masalah waktu sudah menjadi pertimbangan utama dalam suatu proyek, maka prefabrikasi komponen-komponen bangunan (modularsasi) merupakan penyelesaian yang tidak terelakkan. Dalam prefabrikasi sebagian kerumitan di lapangan telah dapat dipindahkan ke pabrik.
Dari segi fungsional, konstruksi harus bisa dibongkar kembali secara mudah, bila terjadi ekspansi atau alih lokasi. Untuk itu konstruksi bangunan tidak mungkin dirancang, misalnya dengan beton bertulang konvensional, tetapi harus bersifat modular, agar tidak menyulitkan bila sewaktu-waktu dilakukan pembongkaran total. Oleh sebab itu, sistem prefabrikasi merupakan salah satu sistem yang tepat untuk dikembangkan dalam rangka mewujudkan konstruksi bangunan yang fungsional ditengah pesatnya perkembangan teknologi konstruksi saat ini. Dengan sulitnya ditemukan tukang-tukang yang ahli saat ini, sistem prefabrikasi memang lebih menguntungkan baik dari segi waktu, ekonomis maupun kualitas.
Keuntungan lain sistem prefabrikasi dapat disediakan dalam jumlah yang besar dan dapat dikonsentrasikan di satu tempat. Sehingga pemakaian luas area bangunan akan lebih efisien. Sementara itu sistem prefabrikasi yang dikembangkan selama ini umumnya menggunakan bahan baku: beton precast, beton prestress, metal, kayu, plastik, asbes dan campurannya, gipsum serta material komposit lainnya. Sistem prefabrikasi dapat diaplikasikan secara luas untuk konstruksi bangunan dengan mengandalkan kekuatan dan fungsinya. Selain memberikan banyak keuntungan dan lebih praktis, juga mampu menghadirkan penampilan yang menarik.

Logika Konstruksi Modular
Perkowski (1988) berpendapat bahwa menurut para pengamat futuris, konstruksi modular dapat memberikan keuntungan pada jobsite antara lain: penghematan waktu ketika pekerjaan assembly dikerjakan paralel dengan aktivitas lain di lapangan; semua interface telah diuji sejak awal; mengurangi kesalahan karena kelalaian; tenaga kerja relatif stabil dalam lingkungan pabrik, tidak terpengaruh cuaca; kurva belajar dapat diperoleh dari percobaan pada unit yang sama; dan fabrikasi di pabrik biasanya lebih potensial untuk otomatisasi daripada di lokasi proyek.
Kelayakan konstruksi modularisasi tergantung pada spesifik proyek, organisasi yang terlibat, sosial, kondisi lingkungan sekitar dsb. Pada beberapa lingkungan proyek yang nyata, seperti tempat yang terpencil, kondisi cuaca yang keras, modularisasi adalah pilihan tepat. Pada tahap awal proyek, manajemen harus membuat keputusan penggunaan modularisasi atau tidak, ini mungkin harus diselidiki lebih lanjut.
Pada masa lalu, metode konstruksi modular hanya digunakan ketika terdapat kendala pada proyek seperti lokasi konstruksi yang terpencil dan terbelakang dalam proses pembangunan. Lokasi konstruksi dengan kondisi lingkungan yang tidak mendukung, proyek konstruksi memerlukan peralatan khusus, tenaga terampil atau teknik-teknik yang hanya dapat dikontrol dalam lingkungan pabrik. Dalam situasi ini keuntungan dari modularisasi antara lain:
1. Tenaga kerja terampil dilapangan dapat lebih sedikit.
2. Fabrikasi, perakitan dan pengetesan pada bagian-bagian utama dapat diselesaikan oleh tenaga kerja terampil dalam lingkungan pabrik yang terkendali, sehingga hasil yang diperoleh lebih dapat dipercaya, dan berkualitas tinggi.
3. Dengan waktu penyelesaian yang lebih awal mungkin dihasilkan penghematan biaya keseluruhan dan tingkat pengembalian suku bunga pinjaman bank lebih baik.

Faktor-Faktor Keputusan
Fisher and Skibniewski (1992) menunjukkan beberapa faktor yang diperlukan untuk mempertimbangkan saat evaluasi pembangunan proyek dengan sistem modul. Faktor-faktor ini dapat dipakai dalam bermacam-macam tingkat keputusan pemilihan modularisasi. Seperti beberapa pembahasan pengetahuan-dasar dengan para ahli pada konstruksi modular di badan usaha perancangan. Disini dibedakan lima kategori faktor utama keputusan, yaitu: a) Perencanaan Lokasi, b) Lingkungan dan Organisasi, c) Karakteristik Rencana, d) Pertimbangan Tenaga Kerja, dan e) Resiko Proyek.

Koordinasi Modul
Dengan adanya Peraturan Menteri No. 40/PRT/1989 tentang penerapan koordinasi Modul dalam pembangunan rumah dan gedung, maka penggunaan modul dalam pembangunan fasilitas pemerintah harus mensyaratkan peraturan tersebut dengan memperhatikan standar yang sudah ditetapkan, lihat Standar, (81, 89). Menurut standar tersebut, ukuran-ukuran efektif dari setiap produk bangunan dan elemen bangunan harus memungkinkan adanya penggantian/substitusi bahan, komponen atau elemen bangunan dengan jenis yang lain. Koordinasi modul merupakan suatu sistem koordinasi dimensional dari berbagai produk bahan, komponen dan elemen bangunan dalam suatu bangunan yang didasarkan atas modul dasar, multi-modul dan sub-modul. Standar tersebut ditetapkan antara lain dengan pertimbangan bahwa penentuan ukuran dalam pembangunan rumah dan gedung ternyata masih belum memperhatikan asas koordinasi yang rasional. Sehingga sistem pembangunan menjadi kurang efektif dan menyebabkan terjadinya pemborosan dalam penggunaan bahan bangunan. Dalam rangka meningkatkan dayaguna dan hasilguna pelaksanaan pembangunan untuk menunjang pembangunan nasional maka perlu diupayakan terciptanya keterpaduan dalam penerapan ukuran bahan bangunan, komponen bangunan dan elemen bangunan dalam pembangunan rumah dan gedung. Tujuan penerapan spesifikasi koordinasi modul ini agar dapat menghemat penggunaan bahan bangunan, waktu pemasangan dan penggunaan tenaga kerja.

Penelitian
Dari unsur-unsur yang terlibat dalam konstruksi, pada tahap studi ini kontraktor dipilih sebagai responden ini karena mereka dianggap paling berpengalaman dalam pekerjaan modul ini. Kontraktor-kontraktor yang dipilih adalah mereka yang pernah melakukan pembangunan dengan menggunakan sistem modul. Mereka adalah kontraktor-kontraktor yang bekerja di Yogyakarta, Jakarta dan Batam. Adapun waktu yang dipakai untuk penelitian adalah selama 5-6 bulan. Dalam hal ini jumlah sampel yang diterima berjumlah 11 buah (Kaming & Vendy, 2001). Daftar pertanyaan diadopsi dari Murtaza dkk (1993).

Pengumpulan dan Pengolahan Data
Setelah seluruh data terkumpul melalui kuisioner, dilanjutkan dengan analisis secara deskriptif, kemudian dihitung indeks kepentingan relatif (IKR) dari seluruh faktor yang diteliti, hasilnya diberi ranking sehingga diperoleh urutan dari faktor-faktor pemilihan sistem modul. Faktor-faktor yang paling berpengaruh dalam pemilihan sistem modul dilihat dari nilai IKR yang paling besar.

Hasil Studi
Pada penelitian ini didapatkan ranking keseluruhan dari 5 faktor utama yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi. Secara urutan berdasarkan ranking pertama sampai kelima faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem modul adalah seperti pada Tabel 1.
Tabel 1. Ranking Faktor Yang Mempengaruhi Pemilihan Sistem Modular.
No
Faktor Yang Diteliti
IKR
Ranking
1
Faktor Perencanaan Lokasi
0.74
1
2
Faktor Organisasi Dan Lingkungan
0.69
4
3
Karakteristik Rencana
0.68
5
4
Pertimbangan Tenaga Kerja
0.72
2
5
Resiko Proyek
0.70
3
Perhitungan secara keseluruhan subfaktor yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi yang dilakukan dengan IKR bertujuan untuk mengidentifikasikan bahwa faktor perencanaan lokasi dengan subfaktornya yaitu kemudahan transportasi merupakan subfaktor yang paling tinggi tingkat frekwensinya terhadap pengaruh pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor perencanaan lokasi berdasarkan perhitungan nilai IKR, didapat pada Tabel 2.
Tabel 2. Ranking Faktor Perencanaan Lokasi
no
Faktor Perencanaan Lokasi
IKR
Ranking
no
Faktor Perencanaan Lokasi
IKR
Ranking
1
Kemudahan transportasi
0.89
1
9
Ketersediaan waktu untuk transportasi
0.71
9
2
Kapasitas fabrikasi modul
0.82
4
10
Tersedianya komoditi borongan
0.65
13
3
Peningkatan biaya pada shipping dan handling
0.67
12
11
Kualitas komoditi borongan
0.73
7.5
4
Penambahan biaya Derek (lifting)
0.62
15
12
Biaya transportasi untuk komoditi borongan
0.64
14
5
Ukuran modul
0.78
5.5
13
Waktu transportasi untuk komoditi borongan
0.69
10.5
6
Kondisi cuaca
0.69
10.5
14
Ketersediaan sarana konstruksi
0.85
2
7
Ketersediaan tenaga kerja
0.73
7.5.
15
Kualitas sarana konstruksi
0.78
5.5
8
Ketersediaan sarana transportasi
0.84
3
Kemudahan transportasi merupakan subfaktor tertinggi karena menempati ranking pertama. Sebagai faktor yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi dengan nilai IKR sebesar 0,89. Hal ini sesuai dengan pendapat Whittaker (1984) ; Tan dkk (1984) yang berpendapat bahwa rencana untuk pembangunan dengan sisteml modular terdapat beberapa kesulitan. Perencanaan harus dipastikan lebih awal, jika terdapat beberapa perubahan dapat menyulitkan. Biaya derek(lifting) dan angkutan(transport) sangat besar.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor Organisasi dan Lingkungan berdasarkan perhitungan nilai IKR, dilihat pada Tabel 3.
Tabel 3. Ranking Faktor Organisasi Dan Lingkungan
no
Faktor Organisasi Dan Lingkungan
IKR
Ranking
no
Faktor Organisasi Dan Lingkungan
IKR
Ranking
1
Pembatasan pemakaian modul
0.65
8
8
Penerimaan pemilik tentang modularisasi
0.69
5
2
Perhatian akses keluar
0.64
9.5
9
Pengertian dari modularisasi
0.64
9.5
3
Batasan sosial / lokal
0.60
12
10
Keterlibatan awal operator
0.67
6.5
4
Persoalan sosial
0.62
11
11
Kemauan mencari paket studi modularisasi
0.56
13
5
Kemampuan fabrikasi
0.82
2
12
Kemauan bertahan dengan desain terbatas
0.67
6.5
6
Pengalaman engineering & construction dalam modularisasi
0.87
1
13
keterlibatan terus menerus dengan engineering & construction
0.76
3
7
Ketersediaan pemilik sejak awal
0.73
4
Pengalaman engineering dan contruction dalam modularisasi merupakan subfaktor terpenting yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi dengan nilai IKR sebesar 0.87. Hal juga dijelaskan oleh Mullett (1984) yang berpendapat bahwa modularisasi memerlukan engineering yang lebih teliti dan presisi dibandingkan dengan perancangan yang bersifat tradisional.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor Karakteristik Rencana berdasarkan perhitungan nilai IKR dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Ranking Faktor Karakteristik Rencana
no
Faktor Karakteristik Rencana
IKR
Ranking
no
Faktor Karakteristik Rencana
IKR
Ranking
1
Keterbatasan fisik bangunan
0.78
1
7
Puncak proses konstruksi
0.67
6
2
Kerumitan sistem
0.76
2
8
Jaminan keamanan dari pemilik
0.69
5
3
Pengaruh pengeluaran fasilitas
0.60
11
9
Persyaratan kebersihan
0.62
9.5
4
Keahlian desain modular
0.75
3
10
Kemampuan pengulangan / repeatability
0.71
4
5
Menentukan areal yang tersedia
0.62
9.5
11
Tipe proyek
0.65
7
6
Perlengkapan lokasi yang fleksibel
0.64
8
Keterbatasan fisik bangunan merupakan subfaktor terpenting yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi dengan nilai IKR sebesar 0.78. Dengan sistem prefabrikasi produk yang dihasilkan dapat disediakan dalam jumlah yang besar dan dapat dikonsentrasikan di satu tempat. Sehingga pemakaian luas area bangunan akan lebih efisien.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor pertimbangan tenaga kerja berdasarkan perhitungan nilai IKR, dpat dilihat pada Tabel 5.
Tabel 5. Ranking Faktor Pertimbangan Tenaga Kerja
no
Faktor Pertimbangan Tenaga Kerja
IKR
Ranking
no
Faktor Pertimbangan Tenaga Kerja
IKR
Ranking
1
Pengurangan tenaga kerja pada lokasi proyek
0.85
1
4
Tingkat keahlian tenaga kerja
0.69
4
2
Perbedaan upah tenaga kerja
0.73
3
5
Tipe tenaga kerja
0.67
5
3
Peningkatan produktivitas
0.84
2
6
Penyelesaian masalah secara hukum
0.53
6
Pengurangan tenaga kerja pada site merupakan subfaktor terpenting yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi dengan nilai IKR sebesar 0.85. Subfaktor pengurangan tenaga kerja pada site menempati peringkat pertama pada faktor pertimbangan tenaga kerja karena proses produksi modul berlangsung di pabrik sehingga tenaga kerja yang dibutuhkan/pekerjaan tangan dilapangan berkurang.
Hasil penelitian yang dilakukan terhadap faktor Resiko Proyek berdasarkan perhitungan nilai IKR, dapat dilihat pada Tabel 6.
Tabel 6. Ranking Faktor Resiko Proyek
no
Faktor Resiko Proyek
IKR
Ranking
no
Faktor Resiko Proyek
IKR
Ranking
1
Peningkatan keamanan lingkungan
0.71
3.5
4
Perbedaan pada biaya pengendalian kualitas
0.71
3.5
2
Pengurangan durasi/pemadatan jadwal
0.80
1
5
Pengurangan biaya pada test peralatan
0.65
5
3
Penambahan planning dan engineering
0.75
2
6
Pemeliharaan site
0.60
6
Pengurangan schedule/jadwal merupakan subfaktor menempati ranking pertama yang mempengaruhi pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi dengan nilai IKR sebesar 0.8. Hal ini juga didukung oleh Zambon dan Hull (1982); dan Glazer & Kramer (1983) yang berpendapat bahwa dari berbagai studi pada proyek-proyek yang mengguna sistem modular, menghasilkan peningkatan produktivitas dan dapat mengendalikan mutu, karena pembuatan modul di pabrik yang jauh lebih menguntungkan.. Dengan demikan pada akhirnya dapat diperoleh pengurangan biaya keseluruhan proyek dan pengurangan durasi. Hal ini terjadi terutama pada proyek yang memerlukan tenaga kerja dalam jumlah besar.

Kesimpulan & Saran
Perencanaan Lokasi, perencanaan tenaga kerja, dan resiko proyek merupakan factor predominan dalam pemilihan sistem modul pada pelaksanaan proyek konstruksi. Kemudahan trasportasi, ketersediaan sarana konstruksi, dan tersediaan sarana transportasi adalah factor yang penting dalam perencanaan lokasi. Pengurangan tenaga kerja di lapangan, peningkatan produktivitas adalah aspek penting dalam factor pertimbangan tenaga kerja. Secara keseluruhan, pertimbangan kemudahan transportasi, pengalaman engineering dan construction dalam modularisasi, keterbatasan fisik bangunan, pengurangan tenaga kerja di lokasi bangunan, dan pengetatan skedul adalah sub factor yang paling berpengaruh pada pemilihan sistem modul dalam pelaksanaan proyek konstruksi, maka dari studi disarankan kepada para kontraktor dan pemilik dalam mengambil keputusan pemilihan sistem modular untuk mempertimbangkan subfaktor tersebut. Faktor-faktor tersebut dapat dipakai sebagai kriteria dalam pengambilan keputusan dengan model proses hirarki analitikal. Dengan pertimbangan biaya dan efisiensi kerja, sistem modul cocok digunakan untuk merehabilitasi bangunan-bangunan pasca kerusuhan yang kini banyak ditelantarkan. Hasil dari penelitian ini dapat digunakan sebagai pengetahuan dasar yang dapat diandalkan untuk mengembangkan sebuah sistem berbasis komputer dalam pemilihan sistem modul dalam pembangunan sebuah proyek konstruksi.

No comments:

Post a Comment