Studi Eksperimen
Pengaruh Pengeringan Konveksi Terhadap Kecepatan Pengeringan Kayu. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menggambarkan
distibusi kadar air dan kecepatan pengeringan selama proses pengeringan dengan
konveksi paksa pada susunan potongan kayu. Variasi dari variabel pada
penelitian ini adalah kecepatan udara, tebal potongan kayu dan tebal ganjal.
Potongan kayu mahoni digunakan sebagai sampel uji dalam penelitian ini.
Potongan kayu diisolasi pada keempat sisinya sehingga didapatkan model 1-D dan
difusi terjadi hanya pada arah radial. Dari hasil penelitian ditunjukkan bahwa pada
tiga macam ketebalan kayu yang berbeda berlangsung pada tahap pengeringan yang
sama, yaitu pada tahap kecepatan pengeringan menurun kedua (second period of
decreasing drying rate). Harga kecepatan pengeringan tertinggi terjadi pada
tingkat kecepatan 1,5 m/s dan stacking factor berkisar 0,5 – 2,0.
Kata
Kunci : pengeringan konveksi, kadar air kayu, distribusi kadar air, kecepatan
pengeringan
LATAR BELAKANG
Sistem pengeringan kayu (Timber
Drying) merupakan proses terpenting dalam proses produksi mebel pada
industri furnitur, yang tujuan utamanya adalah meningkatkan mutu kayu dan
mempermudah pengerjaan berikutnya. Pengeringan dilakukan untuk menurunkan kadar
air kayu hingga mencapai 10%, karena produk furnitur menuntut kemutlakan
pengeringan kayu dengan kadar air maksimum berkisar antara 8% - 12%.
Pengeringan kayu merupakan
salah satu mata rantai proses pengolahan kayu yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari serangkaian proses pengolahan kayu untuk mendapatkan produk berkualitas tinggi. Ada empat macam alasan yang mendasari peningkatan kualitas kayu melalui proses pengeringan, yaitu : meningkatkan stabilitas dimensi kayu, menghindarkan serangan yang diakibatkan oleh penodaan dan pembusukan, membuat kayu menjadi ringan sehingga menekan biaya transportasi dan memudahkan pengerjaan selanjutnya seperti pengetaman, perekatan, finishing, pengawetan dan proses-proses selanjutnya.
salah satu mata rantai proses pengolahan kayu yang sangat penting dan tidak dapat dipisahkan dari serangkaian proses pengolahan kayu untuk mendapatkan produk berkualitas tinggi. Ada empat macam alasan yang mendasari peningkatan kualitas kayu melalui proses pengeringan, yaitu : meningkatkan stabilitas dimensi kayu, menghindarkan serangan yang diakibatkan oleh penodaan dan pembusukan, membuat kayu menjadi ringan sehingga menekan biaya transportasi dan memudahkan pengerjaan selanjutnya seperti pengetaman, perekatan, finishing, pengawetan dan proses-proses selanjutnya.
Secara umum faktor-faktor
yang berpengaruh dalam proses pengeringan kayu (Budianto, 1996) adalah : faktor
kayu meliputi jenis kayu dan struktur pori-pori kayu, ketebalan kayu, kadar
air kayu awal (initial moisture content), kadar air akhir kesetimbangan
(equilibrium moisture content) dan kadar air akhir (final moisture
content), faktor penyusunan kayu (Stacking) sehubungan dengan
ukuran tebal ganjal dan cara penyusunan dalam oven dan faktor ruang oven meliputi
sirkulasi udara dalam ruang, panas energi yang dipasok dan kelembaban relatif.
Pengeringan kayu secara
alami atau pengeringan tradisional banyak dilakukan di Indonesia terutama pada
pertukangan kayu kecil, karena energi matahari sangat murah dan mudah didapat.
Kondisi di Indonesia yang lembab karena terletak di daerah tropis dengan
temperatur 18o – 35o C dan kelembaban relatif berkisar 60% -
80%, sangat tidak menguntungkan dilakukannya sistem pengeringan kayu secara
alami. Karena untuk mencapai kadar air kayu 12% sangat sulit dan dibutuhkan
waktu yang relatif panjang. Sehingga keberadaan mesin pengering buatan (Kiln
Dryer) diperlukan untuk menggantikan sistem pengeringan secara alami atau
tradisonal.
Pengeringan konveksi (convective drying) sering digunakan
sebagai salah satu alternatif untuk mengeringkan kayu pada industri furnitur
kecil dan menengah, karena pengeringan ini relatif mudah dibuat dan murah Sistem
pegeringan ini disebut juga dengan sistem pengeringan konvensional (Conventional
Kiln Dryer). Atas dasar pemikiran untuk mendapatkan suatu model pengeringan
konveksi dan pengaruhnya terhadap kecepatan pengeringan kayu, maka perlu
diadakan penelitian secara eksperimental dengan beberapa variasi
variabel-variabel yang mempengaruhinya.
LANDASAN
TEORI
Tahap
dan Kecepatan Pengeringan
Pada gambar 1 dapat dijelaskan karakteristik kurva pengeringan.
Garis AB dan A’B menunjukkan tahap initial adjusment terhadap kayu. Kurva BC
menunjukkan tahap kecepatan pengeringan tetap. Sedang titik C menunjukkan kadar
air kritis (critical moisture content) yang pada tingkat kadar air
tersebut akan mulai terjadi penurunan kecepatan pengeringan yang semula
mempunyai harga konstan. Titik D menunjukkan keadaan yang berhubungan dengan
mulai terjadinya ketidakjenuhan pada seluruh permukaan kayu dan merupakan
permulaan tahap pengeringan yang ditentukan oleh gerakan air di dalam kayu.
Kurva CD merupakan tahap kecepatan pengeringan menurun pertama (first period
of decreasing drying rate) dan kurva DE sebagai tahap kecepatan menurun
kedua (second period of decreasing drying rate).
Gbr. 1 Karakteristik kurva kadar air dan kecepatan pengeringan.
a.
Tahap Kecepatan Pengeringan Tetap (Period of Constant
Drying Rate/PCDR)
Dalam kurva karakteristik tahap pengeringan tetap terjadi pada
garis BC. Pada tahap ini gerakan air di dalam kayu cukup cepat untuk membuat
kondisi jenuh pada permukaan kayu. Kecepatan pengeringan ditentukan oleh kecepatan
transfer panas pada permukaan kayu. Kecepatan transfer massa mengimbangi
kecepatan transfer panas dan suhu permukaan kayu tetap tak berubah. Dalam
keadaan mantap (steady state) dicapai keseimbangan antara kecepatan
transfer massa dan transfer panas.
b.
Tahap Kecepatan Pengeringan Menurun Pertama (First Period of
Decreasing Drying Rate)
Pada tahap ini berhubungan dengan bagian pengeringan yang terjadi
pada permukaan kayu yang tidak seluruhnya basah (unsaturated surface drying)
dan permukaan yang masih jenuh dengan air makin berkurang sampai mencapai akhir
tahap pertama, yaitu pada saat seluruh permukaan menjadi kering.
c.
Tahap Kecepatan Pengeringan Menurun Kedua (Second Period of
Decreasing Drying Rate)
Transfer massa secara difusi biasanya dapat dianggap sebagai
proses transfer yang terjadi pada tahap kecepatan menurun kedua, yaitu bila
gerakan air internal merupakan faktor penentu kecepatan pengeringan. Hukum
kedua Fick tentang difusi satu dimensi digunakan sebagai model matematika
transfer massa (Welty, 1982).
d.
Metode Numerik
Diskritasi persamaan diferensial Hukum Fick kedua tentang difusi
dengan menggunakan metode FTCS (forward time/central space) adalah
sebagai berikut :
KESIMPULAN
Tipe kecepatan pengeringan yang terjadi selama berlangsungnya
proses pengeringan adalah pada tahap kecepatan pengeringan menurun yang kedua (second
period of decreasing drying rate). Parameter non dimensional stacking
factor dan tingkat kecepatan udara secara signifikan berpengaruh terhadap
besarnya harga kecepatan pengeringan. Harga kecepatan pengeringan tertinggi
terjadi pada tingkat kecepatan 1,5 m/s dan stacking factor berkisar 0,5
– 2,0.
No comments:
Post a Comment