PERAN
CAD DAN STUDIO DIGITAL DALAM PERANCANGAN ARSITEKTUR. Makalah ini merupakan
diskusi awal yang diharapkan dapat ditindaklanjuti dengan penelitian mengenai
bagaimana CAD/CAAD diajarkan pada mahasiswa arsitektur dan kemungkinan Studio
Arsitektur Digital diterapkan untuk mendukung proses desain yang kolaboratif,
memadukan berbagai disiplin ilmu untuk mendukung suatu rancangan arsitektur.
Perkembangan CAD/CAAD
(Computer Aided Design/Computer Aided Architectural Design) tidak serta merta
menjadikannya sebagai pilihan utama mahasiswa arsitektur dalam proses
merancang. Dengan berbagai alasan mahasiswa lebih memilih merancang dengan alat
‘tradisional’ daripada menggunakan komputer. Sementara tuntutan globalisasi dan
desain yang semakin kompleks dan detail menjadikan peran teknologi komputer di
bidang arsitektur menjadi semakin besar (populer dengan istilah Arsitektur
Digital). Studio Arsitektur Digital mempunyai potensi untuk mendukung proses
desain yang kolaboratif dengan tersedianya jaringan dan internet. Berbagi data
(data sharing) dalam proses desain kolaboratif menuntut rancangan CAD yang
mampu mengkomunikasikan esensi desain dan memungkinkan proses kritis terhadap
suatu rancangan.
Kata
kunci : CAD/CAAD, komputer, studio digital, kolaboratif, perancangan
LATAR BELAKANG
Teknologi
Komputer telah tumbuh dengan pesat di Indonesia dalam beberapa tahun terakhir,
sehingga komputer dengan kemampuan tinggi tersedia dengan harga yang cukup
terjangkau. Kondisi ini memicu peningkatan pemakaian komputer di semua bidang
termasuk di perguruan tinggi.
Dalam
bidang arsitektur, tuntutan terhadap lulusan suatu perguruan tinggi untuk mampu
bersaing secara global dan kesadaran bahwa teknologi komputer dapat
memperbaiki
metoda belajar mengajar dengan efektif dan efisien membuat banyak perguruan
tinggi negeri maupun swasta yang berlomba-lomba memanfaatkan teknologi komputer
dalam proses belajar mengajar khususnya desain. Pemanfaatan komputer atau
teknologi informasi dalam proses desain Arsitektur ini menjadi populer dengan istilah
Arsitektur Digital (Satwiko, et.al, 2001).
Program-program
komputer yang banyak dimanfaatkan untuk bidang perancangan arsitektur adalah
program-program Computer Aided Design/Computer Aided Architectural Design
(CAD/CAAD). Dalam sejarahnya aplikasi komputer dalam bidang perancangan
Arsitektural sendiri telah dimulai sejak tahun 1960-an, namun peningkatan
frekuensi dirilisnya program-program CAD setelah kurun waktu tersebut nampaknya
belum signifikan dengan peningkatan teknik-teknik baru di bidang ini.
Dalam
era informasi saat ini, CAD seharusnya berkembang menjadi alat standar yang
dipakai untuk merancang bukan sekedar alat presentasi. Kemampuan menggunakan
CAD sebagai alat merancang bukan lagi dimiliki oleh seorang spesialis.
Pandangan tradisional bahwa CAD/CAAD digunakan untuk mempresentasikan atau
mengkomunikasikan desain yang sudah jadi tampaknya tidak relevan lagi dengan
perkembangan yang terjadi di dunia praktisi saat ini. Lebih jauh terdapat suatu
dorongan pada praktek-praktek arsitektur untuk memadukan sistem CAD/CAAD dengan
analisis sebanyak mungkin pada tahap awal desain.
PERAN CAD/CAAD DALAM
PERANCANGAN
Dalam
dunia pendidikan arsitektur, pemanfaatan CAD/CAAD sebagai alat perancangan
sejauh ini tampaknya belum digunakan secara maksimal. Perkembangan pengetahuan
mahasiswa akan teknologi komputer baik perangkat keras maupun perangkat lunak,
serta kemudahan akses ke komputer tidak serta merta menjadikan komputer sebagai
pilihan utama mahasiswa arsitektur dalam proses merancang atau menyelesaikan tugas-tugas
kuliah khususnya studio perancangan atau tugas akhir mereka. Penelitian yang
dilakukan Mintorogo (2001) terhadap mahasiswa arsitektur di salah satu PTS di
Surabaya menunjukkan bahwa pengetahuan/penguasaan mahasiswa akan program CAD
tidak menjadi jaminan bahwa mahasiswa akan menggunakan CAD dalam proses
perancangannya.
Terlepas
dari masalah teknis seperti ketersediaan sarana komputer misalnya, nampaknya
ada faktor lain yang menyebabkan keengganan ini. Dari sedikit wawancara dan
observasi berbagai karya mahasiswa arsitektur, ada sedikit gambaran yang
menunjukkan bahwa umumnya terdapat semacam rasa tidak percaya diri diantara
para mahasiswa arsitektur pengguna komputer bahwa mereka akan tertinggal bila
tidak menguasai software-software yang terbaru atau yang sering digunakan di
dunia praktisi. Selain itu terdapat anggapan bahwa presentasi suatu karya
arsitektur yang berhasil dan baik identik dengan menampilkan karya rancangan
dengan simulasi tingkat tinggi, dengan model yang dirender nyaris sempurna, dan
segala keluaran komputer yang membutuhkan skills yang tinggi. Hal ini
menyebabkan sebagian besar mahasiswa cenderung mengejar kemampuan praktis
daripada kemampuan analisis.
MODEL CAD DAN ANALISIS
PERANCANGAN
……analysis is the
ordering and structuring of the problem…. while synthesis is characterized by
an attempt to move forward and create a response to the problem….(Jacobs,
1991)
Tujuan
perancangan akan menentukan bagaimana bentuk arsitektur dimodelkan dalam CAD
(Szalapaj, 2001). Model CAD suatu rancangan dinilai tidak berdasarkan kualitas
presentasinya tetapi lebih kepada kemampuannya untuk menunjukkan esensi/ide
suatu rancangan. Untuk ini, model CAD harus mampu menumbuhkan proses analisis
yang terus menerus (gambar.1)
Gambar.1
Siklus pengembangan model CAD dalam
konteks
desain dan analisis (Szalapaj, 2001)
Model
CAD dapat dipergunakan sebagai alat analisis baik secara kuantitatif maupun
visual (Jacobs, 1991). Karena itu kemampuan untuk menstrukturkan data CAD
menjadi hal pokok yang harus diajarkan bagi mahasiswa. Menstrukturkan data CAD
dengan baik akan membantu membentuk model CAD yang mampu mendukung ide/gagasan
suatu rancangan, bukan sekedar mempresentasikan rancangan desain yang sudah
selesai.
Dari
pengamatan hasil karya beberapa mahasiswa di UAJY, secara umum terlihat bahwa
peran CAD lebih banyak sebagai alat bantu untuk presentasi hasil akhir
rancangan. Produk yang dihasilkan menyerupai produk standar gambar manual
seperti gambar denah, tampak, potongan, perspektif dan dilengkapi dengan simulasi
3-dimensinya. Namun apa yang menjadi penekanan rancangannya sendiri nyaris
tidak ditampilkan dalam model ini.
Gambar
2 memperlihatkan contoh penekanan suatu rancangan yang ditampilkan secara
visual dengan model CAD. Dalam gambar tersebut selain memperlihatkan desain
bangunan keseluruhan, model juga memperlihatkan sistim sirkulasi pada bangunan.
Kemudian gambar 3 menampilkan studi pada salah satu aspek rancangan Tandao
Ando. Untuk memperlihatkan efek cahaya pada ruang yang memanfaatkan air dalam
rancangan diperlihatkan dengan perbedaan rendering ruang pada siang dan malam
hari. Contoh analisis terhadap rancangan tersebut juga ditampilkan secara
visual.
Gbr.2.
Carpenter Centre,Havard University karya LeCorbusier. (a) Model secaraumum. (b)
Diagram Analisissirkulasi (Jacobs, 1991)
Gbr.
3. Studi Pencahayaan pada‘Church on Water’, karya TandaoAndo
Dalam
beberapa tahun terakhir, program-program bantu analisis bangunan seperti
program analisis struktur baik secara 2 dimensi maupun 3 dimensi (mis: ETABS, GRASP),
program-program analisis untuk fisika bangunan seperti pencahayaan (mis:
Radiance, Lightscape), penghawaan (mis: CFD), energi (mis: IES), program
pemetaan ruang (Space Synthax) dan sebagainya sudah sangat berkembang.
Program-program analisis ini semakin terintegrasi dengan program pemodelan CAD
dan program-program lainnya sehingga sangat membantu perancang untuk mudah
berpindah dari satu software ke software yang lain.
STUDIO DIGITAL DALAM
PERANCANGAN ARSITEKTUR
Proses
merancang dalam arsitektur umumnya melibatkan pengetahuan/background knowledge
dari berbagai disiplin ilmu. Misalnya pengetahuan mengenai struktur, fisika
bangunan, sejarah dan sebagainya. Semakin kompleks suatu rancangan tentunya
makin banyak ahli yang terlibat untuk menyelesaikan setiap masalah dalam
rancangan tersebut.
Dalam
studio perancangan manual yang masih menggunakan mesin dan meja gambar,
keterlibatan berbagai latar belakang ilmu secara interaktif dalam proses desain
ini akan lebih sulit dilakukan. Komunikasi yang kurang fleksibel, pertukaran
data yang sulit dilakukan, terbatasnya waktu dan tempat merupakan kendala utama
dalam proses merancang secara kolaboratif.
Proses
desain yang kolaboratif adalah proses desain yang dilakukan secara bersama-sama
yang melibatkan workgroups. Dalam hal ini workgroups dapat mengurangi kendala
waktu dan tempat karena dengan perkembangan teknologi jaringan/network yang
makin maju memungkinkan
beberapa
komputer saling terhubung sehingga ‘data sharing’ dapat dilakukan.
Beberapa
hal yang perlu menjadi perhatian dalam pemanfaatan studio digital sebagai
studio perancangan antara lain :
1.
Teknologi/ Environmental setting yang memungkinkan proses kolaboratif.
Antara
lain adalah sistem yang mampu mendukung proses desain ini secara efektif dan
efisien.. Dengan teknologi ini pemakai atau perancang yang terlibat dapat
bekerja dengan data/informasi seefisien mungkin misalnya tersedianya net-based
resources. Perkembangan teknologi seperti VRML (Virtual Reality Mark-Up
Language) dan Video Conferencing, akan membuka kesempatan yang lebih banyak
lagi dalam mengembangkan studio digital sebagai basis studio perancangan.
2.
Komunikasi.
Dalam
studio digital yang memungkinkan kolaborasi dalam rancangan, komunikasi yang
mudah dan efisien menjadi hal yang penting. Salah satu tujuannya adalah
mengkomunikasikan ide dari model rancangan yang dibuat. Ada bahasa dan
representasi formal yang terlibat di dalam proses ini. Misalnya bagaimana
bernavigasi melalui berbagai informasi yang tersedia, bagaimana mempersepsikan
suatu ide rancangan, bagaimana mengubah data, dan sebagainya. Dalam hal ini
format data yang umum dipakai dalam pertukaran data harus diketahui dengan baik
oleh pemakai sistim ini. Misalnya penggunaan format dxf atau dwg untuk
file-file gambar CAD, format jpeg atau bitmap untuk gambar-gambar image, dan
sebagainya. Dengan pengetahuan mengenai format data yang standar maka kesulitan
dalam pertukaran data akan berkurang.
3.
Proses
Proses
menyangkut pertukaran informasi/data, relasi, dan konteksnya. Dengan teknologi
komputer perubahan yang terjadi pada suatu rancangan selama proses merancang
berlangsung dapat dilacak dan ditampilkan. Dengan memahami proses yang terjadi,
kontribusi yang diberikan setiap partisipan yang terlibat dalam proses itu
dapat digunakan berulang-ulang dengan konteks yang berbeda sampai tujuan akhir
perancangan tercapai.
Kelebihan
pemanfaatan studio digital dalam merancang antara lain:
-
Relatif tidak dibutuhkan ruang fisik yang besar dibandingkan studio gambar
manual.
-
Dapat sekaligus berfungsi sebagai laboratorium praktikum karena memungkinkan
proses analisis bangunan dilakukan melalui simulasi komputer.
-
Meniadakan batas-batas studio secara fisik serta menyediakan pengalaman
merancang secara bersama-sama terintegrasi pada suatu proyek tugas bersama.
-
Mendorong mahasiswa untuk bekerja secara kolaboratif dan terbiasa bertukar
informasi serta mengembangkan proses penilaian, evaluasi yang lebih ‘terbuka’
terhadap suatu karya rancangan.
KESIMPULAN
Dengan
melihat banyaknya partisipan yang terlibat dalam proses perancangan kolaboratif
yang mungkin berasal dari latar belakang keilmuan yang berbeda maka model CAD
sebagai presentasi ide rancangan harus mampu mengkomunikasikan esensi desain.
Dalam setiap tahapan proses perancangan, model tersebut harus dapat diakses
oleh semua yang terlibat dalam proses tersebut secara interaktif baik itu untuk
keperluan pengembangan desain lebih lanjut, untuk evaluasi kondisi tertentu,
atau untuk presentasi. Dengan demikian memungkinkan terjadinya proses
analisis-sintesis yang menjadi suatu siklus sampai tujuan akhir perancangan
atau hasil akhir suatu rancangan tercapai..
No comments:
Post a Comment