Rancang bangun alat praktikum operasi sedimentasi. Operasi
sedimentasi (pengendapan) sering ditemui dalam aktivitas industri yang
berhubungan dengan zat padat. Pada prinsipnya operasi sedimentasi merupakan
operasi pemisahan zat padat dari zat cair. Agar mahasiswa dapat memahami
peristiwa pemisahan ini dengan lebih baik maka perlu bagi mereka melakukan
praktikum sedimentasi ini. Praktikum operasi sedimentasi merupakan salah satu
modul dari sejumlah praktikum yang harus dilakukan oleh mahasiswa jurusan
Teknik Kimia Universitas Lampung. Persoalan yang dijumpai untuk pelaksanaan
praktikum ini di Jurusan Teknik Kimia Universitas Lampung adalah biaya
pengadaan peralatan yang relatif mahal harganya. Untuk mengatasi masalah ini
telah dirancang suatu unit peralatan sedimentasi yang kompak yang berbasiskan
pada pengukuran konsentrasi padatan tercampur secara elektronik. Biaya
perancangan untuk alat ini relatif sedikit dibandingkan dengan peralatan yang
telah tersedia di pasaran. Peralatan yang telah dirancang ini harus dikalibrasi
terlebih dahulu sebelum digunakan.
Kata kunci : sedimentasi, konsentrasi, pengukuran elektronik
TEORI SEDIMENTASI
Sedimentasi merupakan proses pemisahan fasa, dimana partikel
padatan mengendap dari dalam slurry karena pengaruh gaya gravitasi. Di
dalam sedimentor, suspensi atau slurry terpisah menjadi cairan bening
supernatan dan lumpur encer (thick sludge). Proses disebut thickening
jika concentrated sludge merupakan produk utama yang diinginkan, dan
disebut clarification jika cairan bening yang diinginkan (Brown, 1978).
Pengendapan dan sedimentasi sering dijumpai dalam industri. Proses
ini sangat bermanfaat untuk
memisahkan padatan dari campuran limbah cair, perolehan kristal dari bentuk asalnya, pengendapan partikel makanan zat padat dari zat cairnya, dan pengendapan slurry pada proses leaching soybean.
memisahkan padatan dari campuran limbah cair, perolehan kristal dari bentuk asalnya, pengendapan partikel makanan zat padat dari zat cairnya, dan pengendapan slurry pada proses leaching soybean.
Peristiwa pengendapan dapat diamati dengan memasukkan slurry dalam
silinder. Slurry yang telah tercampur dengan baik dimasukkan ke dalam
silinder hingga mencapai ketinggian tertentu. Kemudian akan terbentuk zona
jernih pada bagian atas yang berbatasan dengan slurry di bawahnya. Ini
terjadi karena pengendapan partikel halus sebagai floc dan mendorong air
naik ke atas dan terbentuk zona cairan yang jernih. Padatan yang bergerak ke
bawah dan cairan ke atas secara kontinyu akan menyebabkan batas antarmuka turun
secara kontinyu pula. Dengan lain perkataan, ketinggian pengendapan bervariasi
terhadap waktu dan begitu juga dengan laju pengendapannya, berubah terhadap
waktu. Oleh karena itu, pengukuran ketinggian antarmuka dalam interval waktu
tertentu dapat digunakan sebagai petunjuk untuk mengikuti peristiwa
pengendapan.
Kurva yang menghubungkan ketinggian antarmuka dari dasar silinder
pada ordinat dan waktu pengendapan pada absis dapat diplot. Dari grafik ini,
kemiringan kurva pengendapan, slope dan intersept dapat ditentukan.
Slope kurva akan memberikan laju pengendapan. Konsentrasi slurry
yang berpadanan pada titik tersebut dapat dihitung dengan persamaan :
Dengan menggunakan nilai-nilai tersebut, kurva lainnya yang
menghubungkan laju pengendapan (cm/min) dengan konsentrasi slurry (g/lit)
dapat diplot.
Laju
pengendapan dapat dihitung sebagai : (ketinggian pada saat ini – ketinggian
awal)/(waktu yang dibutuhkan untuk mencapai ketinggian saat ini).
Cara seperti tersebut di atas kurang praktis karena kita harus
menentukan konsentrasi dari ketinggian interface. Cara lain adalah dengan
langsung mengukur konsentrasi slurry pada setiap ketinggian tertentu
dalam interval waktu tertentu.
SISTEM PENGUKURAN
Sistem pengukuran pada umumnya terdiri dari tiga unsure utama
(seperti pada gambar 2), yaitu :
1. Sensor, yang menghasilkan respon terhadap besaran yang
sedang diukur dengan cara menghasilkan sinyal yang berhubungan dengan besaran
yang diukur. Sebagai contoh termokopel adalah sensor temperatur. Input untuk
sensor adalah temperatur dan outputnya adalah e.m.f. yang bersesuaian dengan
nilai temperatur. Untuk pengukuran konsentrasi, dalam hal ini digunakan LDR
sebagai sensor. Input untuk LDR adalah cahaya dan outputnya berupa resistensi
LDR.
2. Penyesuai
sinyal mengambil sinyal dari sensor dan memanipulasikannya sehingga nilai
besaran dapat ditunjukkan dalam suatu unsure peraga. Contoh penyesuai sinyal
adalah penguat operasional.
3. Peraga
memperoleh masukan dari bagian penyesuai sinyal dan menampilkan nilai dari
besaran yang diukur. Peraga bias berupa jarum penunjuk yang diberi skala atau
suatu bacaan digital. (Bolton, 1999)
Sensor
Light Dependent Resistor (LDR)
LDR merupakan komponen semikonduktor. Bagian yang sensitive pada
LDR adalah lapisan cadmium sulfida. Lapisan ini sangat sensitive terhadap
cahaya. Perlu dicatat disini bahwa cahaya mempunyai dua sifat, pertama sebagai
gelombang elektromagnetik, dan kedua dapat dipandang sebagai foton (partikel
yang berenergi). Cahaya yang menimpa permukaan LDR (tepatnya lapisan CdS) akan
menginjeksi energi ke dalam semikonduktor itu yang kemudian diserap oleh
electron yang berikatan secara kovalen. Energi ini memecahkan ikatan antar
atom-atom. Elektron akan mengalami delokalisasi dan bergerak dengan bebas di
dalam LDR. Hal ini berarti akan memudahkan arus listrik mengalir melaluinya
atau dengan lain perkataan tahanan listriknya menjadi rendah jika iluminasi
cahaya meningkat.
Rangkaian Sensor
Jika komponen sensor dipasang pada rangkaian sensor akan membentuk
pembagi tegangan (potential devider). Ada dua cara untuk memasang LDR pada
rangkaian sensor seperti pada gambar di bawah ini. Dalam rangkaian ini dua
resistor (Ratas
dan Rbawah) dihubungkan secara seri terhadap sumber daya (+V
dan 0V). Tahanan total dari pembagi tegangan adalah : Rtotal =
Ratas +
Rbawah
Dengan demikian besarnya tegangan keluaran sangat bergantung pada
posisi mana sensor (LDR) dipasang. Tahanan LDR bervariasi menurut persamaan aL-b dimana
L = illumination dalam Lux, a dan b adalah konstanta. (internet 1)
Penyesuai
Sinyal, Operasional Amplifier (OpAmp)
Istilah Operational Amplifier (Op.Amp) adalah suatu penguat dc
yang nilai penguatannya (gain) sangat tinggi yang mempunyai dua masukan (input)
berbeda dan satu keluaran (output). OpAmp mempunyai cirri seperti tahanan input
yang cukup besar, tahanan output yang kecil dan mempunyai penguatan yang cukup
besar. Oleh karena itu OpAmp seringkali digunakan dalam berbagai keperluan
elektronik. Secara diagram suatu OpAmp ditunjukkan dalam gambar berikut :
Pin 2 dan 3 merupakan pin (atau kaki) dan pin 6 adalah output
untuk OpAmp jenis 8 pin. Pin 2 disebut input membalik (inverted input, bertanda
negatif pada gbr). Disebut demikian karena bentuk output akan terbalik dengan
bentuk input pada pin 2 itu. Jika masukan pada pin 2 positif, maka outputnya
akan menjadi lebih negatif, atau sebaliknya jika masukan negatif maka outputnya
akan menjadi lebih positif. Sedangkan pin 3 disebut masukan tak membalik (non
inverted input). Dikatakan demikian karena bentuk outputnya sama dengan input.
Karena OpAmp mempunyai penguatan yang cukup besar maka dapat
dipergunakan untuk memperkuat sinyal yang berasal dari suatu sensor. Besarnya
penguatan dinyatakan sebagai gain A. Dari gambar 5 di atas untuk suatu OpAmp
yang mempunyai gain A maka outputnya dinyatakan dengan :
V0 = A (Vb – Va)
Peraga
Peraga
digunakan untuk menampilkan hasil pengukuran. Suatu peraga bias berupa penunjuk
(jarum meter, peraga digital), atau suatu perekam (chart recorder). Dalam
perancangan ini dipilih peraga berupa voltmeter digital.
Perencanaan Alat Ukur
Alat ukur konsentrasi yang direncanakan ini didasarkan pada
kenyataan peristiwa sedimentasi, bahwa suatu campuran tersebut akan menjadi
lebih jernih jika jumlah zat padat di dalam campuran itu berkurang. Intensitas
cahaya yang menembus cairan jernih lebih tinggi apabila dibandingkan dengan
cairan keruh. Oleh karena itu intensitas cahaya yang diterima oleh sensor dapat
menunjukkan tingkat konsentrasi suatu campuran padat-cair. Dalam hal ini
direncanakan untuk merancang alat ukur yang bacaan output-nya sebanding dengan
konsentrasi zat padat di dalam campuran. Rangkaian elektroniknya ditunjukkan
dalam gambar di bawah ini.
Peletakan sensor berdasarkan dari gambar 4.a. Jika LDR menerima
banyak cahaya maka tahanannya menurun sehingga tegangan keluaran pada titik
antara LDR dengan potensiometer menjadi lebih besar. Tegangan ini merupakan
input untuk pin 2 OpAmp 741. Karena output dari sensor menjadi inverted input
bagi OpAmp maka output OpAmp akan menjadi besar jika cahaya yang menimpa LDR
berkurang intensitasnya.
Dalam terapannya, kurangnya intensitas cahaya bias jadi karena
campuran padat-cair mempunyai konsentrasi padatan yang cukup tinggi. Dengan
rangkaian elektronik seperti dalam gambar di atas, tingginya konsentrasi zat
padat dapat dinyatakan dalam tegangan output pada kaki 6 OpAmp 741. Rangkaian
ini dapat diberi tegangan hingga 18 volt.
Rancangan Peralatan
Agar praktis dalam pemakaiannya, alat ukur konsentrasi untuk
proses sedimentasi ini perlu dibuat dalam bentuk yang kompak. LDR (sensor)
harus dapat digerakkan naik-turun guna menentukan konsentrasi zat padat pada
suatu ketinggian tertentu dari dasar sedimentasi. Dalam prakteknya, peralatan
dapat dirangkai seperti ditunjukkan dalam gambar 7 dimana tabung sedimentasi
diletakkan antara sumber cahaya dan LDR.
Intensitas cahaya yang diterima oleh permukaan LDR bergantung pada
tingkat kekeruhan campuran di dalam tabung. LDR dapat digerakkan turun-naik
sepanjang ketinggian tabung sedimentasi.
Hasil pengujian dengan menggunakan rangkaian elektronik seperti
gambar 6 dan rangkaian peralatan sedimentasi seperti dalam gambar 7 menunjukkan
bahwa semakin rendah intensitas cahaya yang rendah menunjukkan konsentrasi
tinggi pula. Dengan lain perkataan rangkaian elektronik seperti pada gambar 7
telah memberikan hasil yang sebanding antara konsentrasi campuran dengan bacaan
pada display voltmeter.
Namun demikian, rangkaian tersebut masih ada kelemahannya yaitu
jangkauan keluaran voltase pada kaki 6 IC 741 masih antara 2 volt sampai
sekitar 10 volt. Sebaiknya keluaran itu antara 0 (nol) sampai 10 volt. Nol volt
berarti di dalam air tidak terdapat zat padat tau konsentrasinya nol satuan.
CARA MENGGUNAKAN PERALATAN
Pada prinsipnya alat yang
telah dirancang ini belum dapat digunakan secara langsung untuk mengukur
konsentrasi karena belum dikalibrasi. Kalibrasi harus dilakukan untuk
menentukan hubungan antara konsentrasi zat padat dalam campuran dengan
intensitas cahaya yang diterima oleh LDR yang menembus campuran uji. Dari kalibrasi
ini akan didapat kurva kalibrasi. Kurva kalibrasi dapat digunakan untuk
menentukan konsentrasi zat padat berdasarkan intensitas cahaya yang diterima
oleh sensor.
KESIMPULAN DAN SARAN
Dari uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa konsentrasi zat padat yang tak larut dalam suatu cairan dapat
ditentukan secara elektronik. Metoda penghitungan konsentrasi tersebut harus
melalui serangkaian kalibrasi agar diperoleh data yang valid. Kalibrasi peralatan
harus dilakukan untuk masing-masing zat padat yang berbeda ukuran dan jenisnya
karena perbedaan ini menimbulkan perbedaan terhadap intensitas cahaya yang
menembus campuran.
Mengingat rangkaian elektronik yang dirancang masih mempunyai
keterbatasan dalam pembacaan outputnya, maka disarankan untuk memperbaiki atau
menambah rangkaian elektronik tersebut sedemikian sehingga bacaan output dapat
dimulai dari bacaan nol volt yang mengidentifikasikan konsentrasi sebesar nol
gram/liter.
No comments:
Post a Comment